?" "Pengurus Su, aku dengar didekat tubuh ayah angkat ditemukan semacam barang.
Apakah barang itu ditinggalkan oleh pelaku kejahatan?" "Iya.
Itu adalah ukiran seekor walet.
Walet yang terbuat dari besi" "Coba bawa kemari, aku ingin melihatnya" "Taiya sudah menyimpannya.
Dia sudah berpesan padaku agar tidak memberitahukan pada orang lain" "Thiat-yan...
Thiat-yan! Tidak salah, orang yang sudah melukai ayah angkat adalah Thiat-yan.
Pengurus Su, pasti perempuan itu orangnya.
Kau tidak usah merasa bersalah.
Pelakunya pun tidak akan menggores-kan tulisan dikepalanya Akulah pelakunya,' tapi aku ingin meminta suatu hal padamu, beberapa hari ini kau jangan keluar rumah, tidak masalah pergi kemanapun juga, kau harus ditemani oleh beberapa orang pengawal.
Kau pernah melihat Thiat-yan dengan mata kepalamu sendiri, kemungkinan besar dia akan membunuhmu untuk menutup mulut." "Benarkah?" pengurus Su terloncat kaget "Pengurus Su, ingatlah.
Kau harus tetap hidup sebagai saksi pelaku kejahatan"
0-0-0
Terkejut Usia Cu Siau-thian kurang lebih sama dengan usia Leng Souw-hiang.
Apalagi Cu Siau-thian adalah seorang yang menguasai ilmu silat, walaupun sudah tua namun dia tetap tampak gagah perkasa, kalau hanya dilihat sekilas, orangorang pasti akan menyang-ka dia masih muda.
Tangannya sedang asyik memainkan sebuah alat penghisap cerutu yang terbuat dari gading, sewaktu mendengarkan cerita Tu Liong, dia tidak mengatakan apa apa.
dia hanya duduk diam seperti sebongkah batu.
Dia terlihat tenang dan tampangnya pun terlihat sangat tentram.
padahal Tu Liong sedang menceritakan kejadian yang sangat mendebarkan hati.
"Cu Taiya! Aku tidak melihat orang-orang yang biasa dikenal baik oleh kita.
Malah orang-orang yang tinggal di dalam rumah ini pun semua tutup mulut, seperti tidak ingin membicarakan hal ini.
Menurut tuan bukankah ini adalah suatu hal yang sangat aneh?" "Ada sebuah pepatah kuno, bencana timbul dari mulut.
Mereka semua sedang melindungi jiwa mereka masingmasing, mereka tidak ingin menyebar luaskan berita ini, sebab kalau disebarluaskan, mereka akan mendapat masalah.
Ini juga merupakan sifat egois yang dimiliki manusia ...." kata Cu Siau-thian sambil memegang cerutunya dan menempelkannya dimulut.
Terdengar suara cerutu yang dihisap dalam-dalam.
Setelah itu dia melanjutkan kata-katanya: "Tu Liong, kali ini sepertinya kau sudah pergi dengan siasia" "Aku tidak sia-sia, bisa dibilang aku pergi dan kembali mendapatkan informasi yang paling penting.
Pelakunya adalah seorang wanita, dia adalah seorang nona yang masih sangat muda" "Apakah kau yakin?" sepasang alis yang tebal sedikit terangkat.
"Tidak salah" suara Tu Liong terdengar sangat yakin "Cu Taiya, aku ingin bertanya sesuatu" "Tentang apa?" "Menurut Leng Taiya, Tuan adalah target kelima yang akan didatangi pelakunya...." "Tu Liong" Cu Siau-thian menegakkan kepalanya, sekarang wibawanya sudah menghilang lama, "bagaimanapun juga aku tetap merasa senang, aku tidak memiliki keturunan, Kau pun seorang yatim piatu.
Walaupun kita berdua tidak pernah benar-benar dekat, namun aku sudah menganggapmu sebagai anakku sendiri..." "Cu Taiya! Aku sangat tersentuh" "Dihadapanmu aku tidak punya rahasia, aku juga tidak ingin menyimpan rahasia apapun....aku, Leng Souw-hiang, Hui Ci-hong, Tan Po-hai, dan masih ada Oey Souw, kami berlima pernah bekerja sama mencelakakan seseorang.
Sekarang sudah tiba waktu pembalasannya." "Cu Taiya! Anda....?" "Dengarkan kata-kataku.
Orang-orang per-silatan semuanya ganas dan kejam.
Ini adalah keadaan yang sulit dihindari.
Namun aku Cu Siau-thian punya sedikit...?", aku tidak ingin menggunakan kekuasaanku sebagai seorang pejabat untuk menghadapi orang itu ..." Sekarang ini aku pun merasa bahwa saat itu aku benar-benar sudah kelewatan.
Huh! Kalau sekarang menyesal, apakah ada gunanya?" "Cu Taiya, anda pasti terlalu banyak menebak yang bukanbukan.
Mungkin saja...." "Aku Cu Siau-thian sudah berkelana di dunia persilatan puluhan tahun, dan sekarang sudah menjadi orang.
Aku harus berani mengakui kesalahan yang pernah aku perbuat.
Pada waktu itu Tiat Liong-san..." "Siapakah Tiat Liong-san?" "Tiat Liong-san adalah seorang pemuda dari suku Han, ..." pada waktu itu aku juga seorang pemuda yang ceroboh.
Dia selalu tidak akur denganku, akhir-nya dia menyingkir pergi ke kota.
Lalu aku bekerja sama dengan Leng Souw-hiang untuk mencelakai dirinya." "Kenapa pada waktu itu Tuan tidak mencabut permasalahan sampai ke akarnya?" "Bukannya aku tidak ingin, aku hanya tidak menyangka Tiat Liong-san sudah mengatur semua dari awal.
Sepertinya dia tahu bahwa dia tidak., dia lalu mencari aku dan orang-orang dari masa lalunya ..." semenjak saat itu, aku setiap hari selalu menunggunya.
Menunggu keturunan Tiat Liong-san datang membalaskan dendam.
Hemm.! Sepertinya waktu yang ditunggu akhirnya tiba" "Bagaimana Tuan bisa sangat yakin tentang hal ini?" "Lihatlah! barang apa ini?" Cu Siau-thian mengeluarkan sebuah benda berwarna hitam dari sakunya, "ini adalah sebuah Walet yang terbuat dari besi.
Thiat-yan, seorang perempuan yang masih muda.
Empat kejadian yang terjadi hari ini.
pelaku semua ini pastilah anak perempuan dari Tiat Liong-san." "Dari mana Tuan dapatkan barang ini?" "Aku menemukannya tadi ketika sedang berbaring santai.
Selain itu masih ada sebuah surat." "Surat?" Cu Siau-thian menyerahkan surat yang ditemukannya pada Tu Liong dan menyuruhnya membaca.
Di atas surat hanya terlihat tulisan...
"Sepuluh tahun menunggu, hari ini akan diperhitungkan...
barulah..
.membunuh..tersangka." Tu Liong tidak berbicara apa-apa, dia juga tidak merasa perlu berbicara apa-apa.
Yang dikatakan oleh Cu Taiya tidak salah.
Sekarang sudah tiba saat pembalasan.
Cu Siau-thian duduk terdiam disana, dari raut wajahnya jelas terlihat kalau dia merasa putus asa, dia sudah berkelana di dunia persilatan selama puluhan tahun.
Dia sudah menemui banyak peristiwa pembunuhan yang kejam, dan tidak sedikit menjumpai para pelaku kejahatan.
Dalam ingatannya, dia tidak pernah menjumpai siapapun yang bisa menandingi kekejaman yang dilakukan oleh Thiat-yan.
Pembunuhan yang terjadi biasanya dilakukan karena luapan emosi yang tidak terbendung.
Namun nona muda ini akan membunuh untuk membalas dendam, keadaannya sangat sadar dan dengan kepala dingin.
Kalau hatinya tidak sedingin besi, gerak-geriknya tidak mungkin sekejam itu.
Dengan pertim-bangan ini, bukankah hal ini sudah menjadikan nona Thiat-yan sebagai seorang pembunuh yang menakut-kan" Untuk menghadapi seorang musuh seperti ini, akal apakah yang akan dibuat oleh Cu Siau-thian" "Cu Taiya!" setelah terdiam sangat lama, Tu Liong akhirnya bertanya padanya, "apakah dia bisa datang dan pergi begitu mudah" dengan penjagaan yang sangat ketat, apakah kita tidak mampu menahan-nya?" "Tu Liong, dia sudah memberikan peringatan.
Tidak sembarang orang dapat menembus penjagaan dan memberikan peringatan seperti ini dengan mudah..." "Dia bisa meninggalkan surat peringatan itu di sebelah bantalmu ketika sedang tidur.
Mengapa dia tidak memanfaatkan kesempatan dan langsung membunuhmu" Apa lagi yang sedang dia tunggu?" "Mungkin saja dia ingin agar aku merasakan bagaimana takutnya menjadi sasaran pembunuhan." "Aku memiliki pandangan lain" "Oh ya?" semangat Cu Siau-thian sedikit meningkat.
"Mungkin saja Thiat-yan sudah memanfaatkan orang yang ada didalam rumah.
Tujuan meninggalkan surat ini adalah untuk menghancurkan semangatmu.
Saat Tuan sudah tidak berdaya melawannya, dengan mudah dia akan turun tangan membunuhmu" Mula-mula sinar mata Cu Siau-thian berkilau sangat terang.
Dia berharap mendengar kemungkinan yang masuk akal.
Namun mendengar teori ini, sinar matanya meredup kembali.
Terakhir dia menggeleng-gelengkan kepala dengan sepenuh hati dan berkata: "Tidak mungkin." "Jangan terlalu percaya diri!" "Orang-orang yang mengabdi padaku adalah para pendekar yang sudah berjuang bersama-sama disisiku selama bertahuntahun.
Mereka semua rela mati demi diriku.
Mana mungkin diantaranya ada seorang pengkhianat?" "Tuan jangan lupa kalau di dunia ini masih ada banyak barang-barang yang lebih menarik.
Ketika barang-barang ini muncul didepan mata, kesetiaan dan nama baik pun bisa terlupakan" "Barang apakah itu?" "Harta dan kecantikan" "Harta dan kecantikan?" "Mungkin Tuan dahulu juga pernah ter-pengaruh oleh dua hal ini" Cu Siau-thian tidak berkata apa-apa.
"Cu Taiya! Aku punya sebuah permintaan!" "Katakanlah" "Mulai dari sekarang, aku ingin meminta Tuan untuk tidak pergi diluar pemantauanku.
Pertama-tama aku harus segera mencari pengkhianat ini.
Aku akan menyingkirkannya.
Lalu aku akan turun tangan memilih beberapa orang untuk membentuk penjagaan yang sangat kuat.
Setelah aku tidak lagi memiliki kekhawatiran, aku akan keluar.
Aku akan mencari Thiat-yan dan akan mengadilinya.
Cu Siau-thian tertawa.
Walaupun tawanya terlihat dipaksakan, namun tertawa adalah hal yang sulit didapatkan.
"Apakah Tuan berpikir bahwa aku tidak mampu melakukannya?" "Aku tertawa karena aku senang memiliki seorang yang begitu setia di sampingku dan sedang mencoba membuatku tenang.
Pada waktu yang sama, aku juga mentertawakanmu yang bodoh, karena dugaan dan teori yang kau kemukakan salah semua." "Salah?" "Tepat sekali, semuanya salah.
Harta dan kecantikan memang dapat membuat seseorang mabuk kepayang.
Namun hal itu tidak mungkin membuat orang yang ada disekelilingku lupa daratan.
Hiasan Thiat-yan itu, surat itu, semua itu ditaruh di sisi bantalku oleh Thiat-yan.
Dia memang memiliki kesempatan untuk langsung membunuhku namun kesempatan itu sengaja tidak dipergunakannya." "Mengapa?" "Karena dia masih mencari sebuah barang" Sekarang topik pembicaraan beralih.
Tu Liong kemudian mulai mendaftar para pendekar yang bertugas menjaga rumah.
Cu Siau-thian mendengarkan dengan seksama.
Sebenarnya dia juga tidak sepenuhnya mempercayai mereka.
Bahkan sampai saat ini, ketika bicara dengan Tu Liong yang dipercayanya, dia tidak mau mengutarakan semua informasi yang diketahuinya.