Mestika Golok Naga Chapter 20

NIC

Setelah Ji n Kui agak besar, Ibu kandungnya yang memberitahu kepada nya akan rahasia itu, bahwa ayah kandungnya sesungguhnya seorang berbangsa Yu-cen yang sudah meni nggal dunia. Demikianlah rahasia itu.

Jin Kui menyadari sepenuhnya bahwa dia keturunan Yu cen dan biarpun dia sendiri merahasiakan hal ini, ketika dia menduduki jabatan sampai menjadi Perdana Menteri, melihat gerakan Bangsa Yu-cen tentu saja diam- diam diapun bersimpati. Inilah yang menyebabkan dia mati-matia n berusaha agar kaisar berdamai dengan bangsa Yu-cen, ара lagi karena Kerajaan Kin banyak mengirim hadiah kepada nya dan sudah lama mengadaka n persekongkolan dengannya.

Ketika mendengar berita bahwa Hak Bu Cu tewas di tangan dua orang wanita pemberontak itu, tentu saja Jin Kuil menjadi terkejut sekali dan segera dia mengadakan perundingan dengan empat orang itu.

"Celaka sekali!" Jin Kui menggebrak meja. "Hak Bu Cu tewas. Kalau Panglima Wu Chu mendengar akan hal ini, tentu dia merasa menyesal dan marah sekali. Jian Kiat, bagaimana engkau sekali ini tidak menyertai dia pergi sehingga dapat membantunya?"

"Ketika ayah menerima berita rahasia itu bahwa dua orang pemberontak wanita menyamar sebagai pengemis lolos dari pintu gerbang utara, ayah mengutus Hak Bu Cu membawa pasukan istimewa melakukan pengejaran dan ketika itu saya tidak tahu," bantah Jin Kiat yang tidak mau dipersalahkan.

"Ma-ciangkun, panggil seorang di antara tujuh pengawai yang selamat itu ke sini. Aku ingin mendengar sendirt keterangan dari nya."

"Baik, tai-jin." Ma Kiu It segera keluar dan tak lama kemudian dia datang lagi bersama seorang perajurit pe ngawal yang kelihatan ketakutan.

Setelah perajurit pengawai itu berlutut di depan Jin Kui, Perdana Menteri Jin Kui berkata dengan ketus,

"Ceritakan bagaimana matinya Hak Bu Cu.dengan jelas!"

"Begini, tai-jin. Kami llmabelas orang pengawai bersama Hak-slcu telah berhasil mengejar dua orang wanita pemberontak itu. Hak-sicu dibantu lima orang pengawal lalu menyerang yang tua sedangkan sepuluh orang pengawal menyerang yang muda dan sesuai dengan kinginan Yin-kongcu kami berusaha untuk menangkapnya hidjp-hidup."

Jin Kui mengerling dengan matanya yang sipit kepada puteranya.

"Hem, yang kaupikirkan hanya wanita saja!"

"Ayah, saya memang menyuruh menangkapnya hidup-hid up agar ia dapat menceritakan di mana adanya kawan-kawannya!" bantah Jin Kiat dengan cerdik.

"Lanjutkan!" perintah Jin Kui kepada pengawal itu. "Sebetulnya kami sudah mulai mendesak dua orang

wanita itu dan hanya tinggal menanti saatnya saja kami dapat menangkap dan merobohkan mereka. Akan tetapi muncul seorang pemuda yang membantu mereka. Pemuda itu yang menghadapi Hak-sicu sedangkan dua orang wanita itu mengamuk dan melawan kami lima belas orang pengawal. Tanpa bantuan Hak-sicu, kami kewalahan dan delapan orang dari kami tewas oleh dua orang wanita itu. Kemudian kami meli hat Hak Bu Cu terlempar dan jatuh dekat wanita yang lebi h tua itu dan wanita itu lalu membunuhnya. Kami tujuh orang lalu melarikan diri."

"Hemm, siара pemuda itu?"

"Kami semua tidak mengenalnya, tai-ji n. Dia melawan Hak-sicu menggunakan sebatang ranting."

"Sebatang ranting? Melawan Hak Bu Cu yang bersenjata golok?" seru Kui To Cin-jin sambil mengelus jenggotnya.

"Benar, to-tiang. Pemuda itu lihai sekali dan gerakannya begitu cepat hingga nampak bayangannya saja."

"Seperti ара macamnya pemuda itu ? Apa engkau akan dapat mengenalnya kalau bertemu dengan dia?" tanya Jin Kui .

"Kami bertujuh tidak dapat meli hatnya dengan jelas, tai-jin. Selain sibuk diamuk oleh dua orang wanita itu, juga gerakan pemuda itu begitu cepat sehingga yang nampak hanya bayangannya saja."

"Bodoh ! Sialan. Sudah, engkau boleh pergi!" Bentak Jin Kui Sambil menggebrak meja.

Pengawal itu dengan lega hati cepat-cepat meni nggalkan tempat itu setelah memberi hormat. Dia merasa beruntung sekali hanya dibentak, tidak dihukum.

Setelah pengawal itu pergi lima orang itu melanjutkan perundingan mereka. "Sekarang, bagaimana baiknya? Yang terutama sekali dihadapi adalah Panglima Wu Chu dari Kerajaan Kin. Bagaimana untuk menerangkan kepadanya bahwa pembantunya itu tewas di sini?"

Semua orang berdiam, memikir dan mencari jalan keluarnya.

"Tidak ada jalan lai n," akhirnya Kui To Cin-ji n mengemukakan pendapatnya, "kecuali menerangkan duduknya perkara yang sebenarnya, yaitu bahwa Hak- sicu tewas oleh pemberontak yang lihai. Tinggal mencari jalan untuk menghibur hatinya dan membuatnya berkurang kemarahannya."

"Bagaimana kalau mengirim barang berharga untuk mendi ngtnkan hatinya?" usul Panglima Ma Kiu It,

"Hmmm, kurasa itu tidak akan cukup. Selain Panglima Wu C hu sendiri kaya raya, juga Hak Bu Cu adalah pembantu utamanya yang amat disayang. Harus ada cara lain untuk menyenangkan hatinya," kata Perdana Menteri itu.

"Ahh, aku tahu caranya!" Tlba-tiba Jin Kiat berseru dengan girang."Ayah ingat ketika dia pernah berkunjung ke sini sebagai utusan Raja Kin? Ayah mewakili kaisar menjamunya di Istana dan aku yang duduk di sebelahnya meli hat bahwa dia terpesona sekali ketika melihat tarian puteri Sung Hiang Bwee. Matanya melotot sampai akan keluar dari rongganya dan berulang kali dia menelan ludah dan bertanya kepadaku ten- tang puteri itu. Ketika aku member!tahu bahwa Sung Hia ng Bwee itu puteri kaisar dari seorang selir, dia nampak kecewa dan menyesal sekali, berulang kali mengatakan sayang. Aku tahu benar bahwa dia tergila-gila kepada puteri itu!"

"Kalau sudah begitu, mengapa?" Ayahnya mendesak. "Kalau kita dapat menyerahkan Hia ng Bwee kepada Panglima Wu Chu tentu kemarahannya akan hilang. Baginya tentu Hiang Bwee cukup berharga untuk menggantikan nyawa Hak Bu Cu," kata Ji n Kiat dengan cerdik.

"Hemm, ара engkau sudah gila? la puteri kaisar! Bagaimana mungki n menyerahkannya kepada Panglima Wu Chu?"

"Hanya puteri selir, ayah. Kalau kita dapat menculiknya tanpa ada yang tahu dan mengirimnya ke utara, tentu tidak akan ada yang mengetahui dan kaisar sama sekali tidak akan menyangka kita yang melakukan hal itu."

Jin Kui mengelus jenggotnya, matanya yang sipit nampak seperti terpejam dan dia mulai mengangguk- angguk, senyum di bibirnya semakin mengejek.

"Hemm, benar juga, akal itu boleh dikerjakan. Akan tetapi yang mengerjakan haruslah seorang ahli, tidak boleh sama Sekali sampai ketahuan orang,"

Dia mengelus jenggotnya dan memandang kepada empat orang itu dengan matanya yang sipit,

"Lalu siapa kira-kira yang dapat melakukan penculika n itu tanpa diketahui orang?"

"Ayah, siapa lagi yang lebih tepat untuk melakukannya kecuali Panglima Ciang Sun Hok? Dia adalah bekas jagoan istana yang sudah hafal benar akan keadaan di istana. Kalau dia yang melakukannya, aku tanggung akan berhasil dengan baik."

Ciang Sun Hok nampak agak gelisah ketika mendengar ucapan pemuda itu,akan tetapi tentu saja dia tidak berani membantah karena memang ia dahulunya merupakan jagoan istana dan dimasukkan ke sana juga atas bantuan Perdana Menteri yang kemudian menariknya menjadi pengawal pribadinya sendiri.

"Bagus, apakah engkau sanggup melakukannya, Ciang Sun Hok?" tanya Jin Kui kepada pengawal pribadinya itu.

"Semua perintah tai-jin akan saya taati. Akan tetapi yang menjadi persoalan bukanlah menculik puteri itu. Hal itu memang mudah saja dilakukan. Akan tetapi persoalannya adalah, bagaimana membawanya keluar dari kota raja tanpa diketahui orang?"

"Itu mudah diatur," kata Perdana Menteri Jin Kui. "Setelah berhasil menculiknya keluar istana, sembunyikan dalam rumah penginapan An-Iok. Kemudian, pada keesokan paginya aku akan mengirim para selir pergi keluar kota mengunjungi kui I itu dan kesempatan itu kau pergunakan untuk menyelundupkan puteri itu ke dalam kereta sehingga ia dapat dibawa keluar kota raja tanpa banyak kesulitan."

"Bagus, itu bagus sekali, ayah! Setelah tiba di luar kota, biar aku sendiri yang memimpin pasukan untuk me ngantarnya dengan kereta ke utara."

"Jangan engkau, Jin Kiat. Kalau sampai ketahuan bahwa kita yang mengatur penculikan, kaisar tentu tidak a- kan mengampuni kita. Biar Ciang Sun Hok saja yang melakukan tugas Itu."

"Baik, tai-Jln. Akan saya laksanakan semua perintah tai-jin."

Perundingan untuk mengatur siasat dilanjutkan sampai jauh malam dan akhirnya mereka bubaran, masing-masi ng mempersiapkan diri untuk rencana itu. 0oo-dw-oo0

Posting Komentar