Mestika Golok Naga Chapter 19

NIC

"Kalau Mestika Golok Naga yang aseli, engkau tidak akan mampu mematahkannya. Akan tetapi coba kaupatahkan golok itu!" kata pula wanita yang berpengalaman itu.

Tiong Li tidak percaya, lalu menggunakan kedua tangan untuk mematahkan golok itu.

"Krekkk!" Golok itu patah menjadi dua potong dengan mudahnya.

Tiong Li terbelalak, dan memandang kepada Ban-tok Sian-li.

"Sian-li, bagaimana Sian-li dapat mengetahui bahwa golok itu palsu?"

"Mudah saja. Kalau Mestika Golok Naga yang aseli, tentu tadi pedangku sudah patah-patah kalau bertemu dengan pusaka itu. Akan tetapi, pedangku sama sekali tidak patah, gempilpun tidak. Itu berarti bahwa golok itu palsu adanya."

Tiong Li membuang gagang golok itu.

"Sungguh aneh. Dia sendiri mengaku mencuri golok pusaka dan bahkan membunuh empat orang tokoh partai besar, kemudian membunuh ayahku dan membunuh pula suhu Рек Hong San-jin untuk menyembunyikan rahasianya. Dan sekarang golok yang dipegangnya itu palsu! Aneh!"

"Kenapa aneh, Tio ng Li? Kurasa dia ada yang mengutus, dan kalau benar dugaanku dia ada yang mengutus, maka golok aselinya tentu berada di tangan yang mengutusnya itu," kata Siang Hwi sambil memandang kepada pemuda itu penuh kagum.

Sejak pertama kali bertemu dulu, Siang Hwi memang sudah suka sekali kepada Tiong Li sehingga dibujuknya gurunya agar tidak membunuh pemuda itu. Kini ia melihat Tiong Li sudah men jadi seorang pemuda dewasa yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, maka Siang Hwi menjadi kagum bukan main.

Tiong Li juga memandang gadis itu dengan kagum. Kini Siang Hwi telah menjadi seorang gadis dewasa yang cantik jelita, dan sinar matanya masih seperti dulu, lembut akan tetapi tajam sekali. Dan meli hat ketika gadis itu tadi menghadapi para pengeroyoknya, dia maklum bahwa Siang Hwi memiliki ilmu kepandaian silat yang cukup tangguh.

"Aku akan mencari pengutusnya sampai kudapatkan golok pusaka itu!"kata Ban-tok Sian-li.

"Aih, subo. Golok itu menjadi milik negara, kalau kita dapat menemukannya harus dikembalika n kepada kaisar."

"Ah, engkau tahu ара! Kaisar amat lemah, lebi h baik golok itu dipergunakап untuk membantu perjuangan! Mari kita pergi!"

Wanita itu yang bagaimanapun merasa tidak enak dan tidak suka karena ia merasa kalah lihai oleh pemuda itu, sudah berkelebat pergi.

'Tiong.Li, aku harus pergi mengikuti subo," kata Siang Hwi sambil memandang kepada pemuda itu dengan menyesal

"Siang Hwi, pertemuan kita singkat sekali. Sebetulnya aku ingin banyak bercakap-cakap denganmu. Kapan kita dapat bertemu kembali? Aku tidak pernah melupakan engkau yang telah menyelamatkan nyawaku."

Siang Hwi tersenyum manis. "Kenapa engkau masih bicara begitu? Soal menyelamatkan nyawa, kalau tadi engkau tidak muncul, kukira aku dan subo akan tewas di tangan mereka. Karena itu, tidak ada hutang budi lagi di antara kita. Kalau memang berjodoh, tentu kelak kita akan dapat bertemu kembali."

Tiba tiba wajah gadis itu berubah merah sekali karena ia sudah terlanjur bicara tentang berjodoh, pada hal tentu saja yang ia maksudkan berjodoh untuk bertemu kembali, akan tetapi dapat disalah artikan.

"Sudahlah, Tio ng Li. Aku khawatir subo nanti marah. Selamat tinggal, Tio ng Li. Aku kagum kepadamu yang kini telah menjadi seorang pendekar yang amat lihai."

"Selamat jalan, Siang Hwi, dan ingat, kita pasti akan dapat saling ber jumpa kembali dan dapat berfcakap- cakap lebih lama lagi."

Gadis itu melambaika n tangan lalu berkelebat pergi. Sampai lama Tiong Li berdiri termenung. Dia harus mengakui dalam hatinya bahwa dia amat tertarik kepada Siang Hwi dan merasa amat suka kepada gadis murid datuk wanita itu. Entah mengapa, begitu bertemu kembali dengan gadis itu, dia merasa ada kebahagiaan yang aneh menyelinap di dalam hatinya dan kini setelah berpisah, dia merasa kehilangan dan kesepian.

Cinta asmara memang ajaib. Merasa bahagia kalau bersanding, merasa tersiksa kalau berpisah. Ingin memiliki dan dimiliki, ingin menyenangkan dan di senangkan, ingin memanjakan dan dimanjakan. Ada rasa belas kasihan, ada rasa sayang yang mendalam dan kalau semua kei nginan itu terpenuhi, hati penuh dengan kebahagiaan yang mendalam. Namun, ci nta itu pula yang dapat mendatangkan derita dan siksa.

Kalau ci nta tidak terbalas, kalau cinta dikhia nati, kalau cinta berubah menjadi bosan. Maka cinta dapat berubah menjadi benci! Dan semua ini adalah ulah nafsu. Nafsu bertujuan satu, yakni ingin senang sendiri.

Cinta nafsu selalu menghendaki dirinya senang, maka cinta seperti ini membutuhkan balasan cinta, kalau tidak, cintanya akan berubah menjadi kebencian. Dapatkah seseorang mencinta, kalau yang dicinta itu tidak membalas cintanya dan malah menci nta orang lai n? Dapatkah seseorang mencinta kalau yang dicinta itu tidak menghiraukannya, bahkan mencibir dan menghinanya? Cinta yang bergelimang nafsu selalu menghendaki imbalan, jadi cintanya hanya merupakan cara untuk mendapatkan sesuatu. Jelas, bahwa cinta seperti ini adalah cinta nafsu.

Akan tetapi kita manusia tidak dapat melepaskan diri dari nafsu yang memang diikut sertakan dalam diri setiap orang manusia. Kalau kita mencinta seseorang, maka nafsu mendorong kita menuntut sesuatu yang menyenangkan dari orang yang kita cinta itu, baik yang kita cinta itu kekasih, isteri, anak, sahabat atau siapapun juga.

Kemanakah, larinya ci nta kita kalau isteri kita menyeleweng dengan orang lain? Ke manakah perginya cinta kita kalau anak kita durhaka dan tidak berbakti kepada kita. Atau kalau seorang sahabat mengkhia nati dan merugikan kita? Tidak, kita tidak dapat mencinta tanpa pamrih, tidak dapat menci nta demi cinta itu sendiri.

Bahkan bagi kebanyakan dari kita, cinta kita terhadap Tuhan sekalipun mengandung harapan-harapan dan imbalan .

Lemas rasanya kedua kaki Tiong Li ketika akhirnya dia meni nggalkan tempat itu dan entah bagaimana, kaki nya membawanya kembali ke kota raja ! Dia ingin melihat kota raja, sebuah kota yang kabarnya indah dan ramai.

0oo-dw-oo0

Tewasnya Hak Bu Cu tentu saja amat mengejutkan hati Perdana Menteri Jin Kui. Dia segera mengadakan perundingan dengan para pembantunya, dan juga puteranya. Di dalam ruangan rahasia di bagian belakang gedung perdana menteri itu, berkumpullah mereka.

Yang pertama adalah Perdana Menteri Jin Kui, berusia limapuluh tahun lebi h, sorang pembesar dengan pakaian mewah tubuhnya sedang saja, akan tetapi matanya yang sipit itu melirak-1irik dengan cara yang menunjukkan bahwa di memiliki watak yang cerdik dan licik sekali.

Mulutnya juga selalu tersenyum mengejek dan angkuh. Orang seperti ini pandai sekali menjilat-jilat atasan dan menghina dan menghimpit bawahan, dan kalau menjadi musuh amatlah berbahaya karena hatinya kejam dan banyak tipu muslihatnya. Dia duduk di kepala meja, dihadap oleh empat orang.

Yang pertama, duduk di sebelah kanannya adalah puteranya yang bernama Jin Kiat. Wajah pemuda berusia duapuluh lima tahun ini cukup tampan, akan tetapi juga bentuk wajahnya membayangkan kelicikan dan kecurangan. Terutama sekali pada matanya yang bergerak-gerak lincah itu.

Hidungnya juga melengkung seperti hid ung kakaktua dan suaranya meninggi seperti suara wanita. Dia terkenal sebagai seorang pemuda mata keranjang, akan tetapi juga cerdik sekali dan selain ahli sastera juga ahli dalam hal ilmu silat, menjadi kebanggaan ayahnya. Orang ke dua adalah seorang berpakaian pendeta. Dia seorang tosu bernama Kui To Cin-jin, masih guru dari Ji n Kiat karena tosu ini lah yang mengajarkan ilmu silat tlnggi kepada Jin Kiat. Selain sebagai guru pemuda itu, juga Kui To Cin-ji n bertugas sebagai penasihat Perdana Menteri karena tosu yang berusia limapuluh lima tahun ini memiliki pandangan yang luas. Kui To Cin-jin bertubuh kurus, tinggi dan wajahnya yang seperti wajah tikus itu memiliki jenggot yang panjang sampai ke dada, namun jarang dan tipis.

Orang ke tiga berpakaian seperti ahli silat dan dia bernama Ciang Sun Hok, menjadi jagoan dan tugasnya sebagai pengawal pribadi Perdana Menteri. Karena dia mengawal secara rahasia maka dia mengenakan ракаian biasa, tidak berpakaian sebagai perwira atau perajurit. Tubuhnya tinggi tegap dan dari pembawaannya jelas menunjukkan bahwa dia seorang yang kuat dan bertenaga besar di sampi ng ilmu silatnya yang tinggi.

Ciang Sun Hok yang berusia empatpuluh lima tahun ini adalah seorang peranakan Khitan yang sejak muda sudah menghambakan diri kepada Perdana Menteri Jin Kui maka dipercaya penuh oleh pajabat tinggi itu.

Adapun orang ke empat adalah seorang panglima berpakaian mewah, bernama Ma Kiu It, berusia empatpuluh tahun dan juga dia bertubuh tinggi tegap sehingga nampak gagah dalam ракаian panglima. Dialah panglima pasukan pengawal Perdana Menteri Jin Kui .

Tiga orang pembantu dan puteranya inilah merupakan orang-orang yang dipercaya oleh Perdana Menteri Jin Kui di samping Hak Bu Cu, pembantu yang datang dari utara itu.

Atas bujukan Perdana Menteri Jin Kui inilah maka Kaisar bersikap lunak dan suka mengadakan perdamaian dan mengalah terhadap Bangsa Yu-cen atau Kerajaan Cin (Kin) .Hal ini sebetulnya tidak aneh kalau orang mengetahui asal usul Ji n Kui yang penuh rahasia. Ketika ibu kandung Jin Kui masih seorang gadis, diam-diam ia mempunyai hubungan gelap dengan seorang pelayan keluarganya. Pelayan ini adalah Bangsa Yu-cen. Dari Hubungan ini gadis itu mengandung dan meli hat ini, orang tuanya marah kepada pelayan itu dan diam-diam si pelayan dibunuh dan gadis itu dinikahkan dengan seorang Bangsa Han yang bermarga Jin.

Posting Komentar