"Terima kasih, tai-hiap !" lima belas orang itu memberi hormat sambil berlutut, akan tetapi ketika mereka mengangkat muka, ternyata pemuda itu telah lenyap dari situ seperti menghilang saja. Pengalaman itu membuat mereka jera dan ketakutan dan mereka benar benar mencari kelompok pejuang untuk menggabungkan diri !.
Setelah pengalaman itu, Tiong Li merasa bergembira. Kini dia mengerti ара yang dimaksudkan oleh guru- gurunya. Memang dia dapat mempergunakan kepandaiannya untuk kebaikan dan dia akan terus melakukannya. Di sepanjang perjalanannya, setiap kali bertemu gerombolan perampok, tentu dia menundukkan mereka dan membujuk mereka untuk bertaubat. Dan kalau ada hartawan atau bangsawan berti ndak sewenang-wenang, diapun lalu turun tangan menghajar mereka dan membujuk mereka untuk mengubah sikар dan watak mereka yang tidak benar.
Tiong Li menuju ke kota raja. Di sepanjang perjalanan dia tidak kekurangan bekal karena orang-orang yang ditolongnya tidak segan memberinya bekal dan pakaian, melihat betapa pendekar ini tidak memiliki apa-apa.
Dan pemberian yang dilakukan dengan rela itupun tidak ditolak oleh Tio ng Li kal rena dia memang membutuhkan bekal untuk biaya perjalanannya. Dia pantang untuk melakukan pencurian ара lagi perampasan barang milik orang lain, juga dia tidak sampai hati untuk mengemis. Pada suatu pagi, ketika tiba di sebelah utara kota raja, di dekat sebuah hutan, dia meli hat dua orang wanita sedang dikeroyok oleh sepasukan orang yang dipimpin oleh seorang raksasa hitam yang membuat jantungnya berdebar tegang karena dia mengenal raksasa hitam itu sebagai Si Golok Naga, orang yang telah membunuh ayahnya dan membunuh pula gurunya yang pertama, Рек Hong San-jin! Orang yang telah membunuh empat prang tokoh partai besar, pencuri Mestika Golok Naga dari istana .
Siapakah dua orang wanita itu? Bukan lain adalah Ban-tok Sian li dan The Siang Hwi ! Seperti diceritakan di bagian depan, kedua orang guru dan murid ini telah menyusup keluar dari pintu gerbang kota raja dengan menyamar sebagai pengemis. Setelah berhasil lolos dari pintu gerbang, sampai di tempat sunyi mereka menanggalkan penyamaran mereka dan berpisa h dari para pengemis lain, melanjutkan perjalanan mereka.
Akan tetapi, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh derap kaki kuda dari belakang. Karena mereka telah tiba jauh dari pintu gerbang kota raja, kedua wanita itu tidak merasa gentar 1agi. Kalau mereka harus melawan musuh di kota raja, sungguh berbahaya karena selain mereka terkurung tidak mampu keluar, juga di kota raja banyak terdapat pasukan keamanan. Berbeda kalau berada di luar kota raja, tentu saja mereka tidak takut kalau hanya menghadapi belasan orang pengawal .
Mereka berhenti di tepi jalan dan ternyata yang mengejar mereka adalab pasukan pengawal pili han yang dipimpil sendiri oleh Hak Bu Cu!
"Itu mereka! Kepung!" "Bunuh!" "Tangkap!"
Belasan orang pengawal itu berloncatan turun dari kuda mereka dan dengan senjata di tangan mereka menge- pung. Diam-diam Ban-tok Sian-li merasa kaget juga. Lagi-lagi si raksasa hitam yang muncul di situ, dan raksasa hitam itu telah menghunus goloknya yang hebat, yaitu Mestika Golok Naga. Ban-tok Sian-li merasa heran bukan main. Mestika Golok Naga adalah pusaka yang dicuri orang dari gudang pusaka kerajaan,kenapa sekarang berada di tangan seorang perwira pengawal? Akan tetapi ia tidak sempat berpikir terlampau jauh karena raksasa hitam itu sudah menerjangnya sambil membentak marah,
"Pemberontak, engkau hendak lari ke.mana? "
Golok itu menyambar dahsyat dan Ban-tok Sian-li cepat mengelak lalu membalas dengan pedangnya, dari bawah menusuk ke arah perut raksasa itu. Namun, Hak Bu Cu biarpun tinggi besar ternyata memiliki gerakan yang gesit juga karena begitu perutnya ditusuk, dia sudah dapat menghindar sambil mengelebatkan goloknya menangkis.
"Trangggg !" Bunga api berpijar ketika pedang bertemu golok dan ke dua orang ini sudah saling serang dengan sengitnya. Dan sebentar saja lima orang pengawal sudah membantu si raksasa hitam mengeroyok Ban-tok Sian-li. Wanita ini baru saja sembuh dari luka di pahanya.
Memang sudah tidak nyeri, akan tetapi kini dipakai bertandi ng, mengerahkan tenaga maka pahanya terasa pula agak nyeri karena memang belum pulih benar. Namun dengan gigih wanita itu membela diri dan dengan cepat balas menyerang para pengeroyoknya, seperti seekor harimau yang dikeroyok segerombolan srigala. Sementara itu, Siang Hwi juga dikeroyok sepuluh orang pengawal yang rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup tinggi karena mereka yang diajak melakukan pengejaran oleh Hak Bu Cu memang merupakan pengawal-pengawal pili han. Siang Hwi juga mengamuk seperti gurunya namun betapapun lihai gadis ini, para pengeroyoknya berjumlah banyak dan juga tangguh, maka tak lama kemudian iapun terdesak hebat.
Untung bagi Siang Hwi bahwa para pengawal itu sudah mendapat perintah Jin Kiat agar menangkap hidup-hid up gadis itu, maka penyerangan mereka hanya untuk mendesak dan mencari kesempatan untuk merobohkannya tanpa melukai berat. Dengah demikian, Sian Hwi masih dapat melawan dengan gigihnya.
Biarpun demikian, guru dan murid ini sudah terdesak dan agaknya tak lama lagi mereka tentu akan kalah. Dal am keadaan yang terancam bahaya itulah muncul Tio ng Li. Pemuda ini mengenal si raksasa hitam, dan setelah dia mengamati penuh perhatian, dia mengenal pula Ban- tok Sian-li, ара lagi Siang Hwi, gadis yang pernah menyelamatkannya dari ancaman tangan Ban-tok Sian-li yang hendak membunuhnya.
Tidak sukar bagi Tio ng Li untuk mengambil keputusan pihak mana yang harus dibantunya. Da n melihat betара yang paling lihai di antara lawan kedua orang wanita itu adalah si raksasa hitam, dia melepaskan buntalan pakaiannya di atas tanah dan sambil memegang ranting di tangannya, dia meloncat dan berjungklr balik, tahu- tahu telah berhadapa n dengan Hak Bu Cu sambil menotok dengan rantingnya ke arah sik u kanan raksasa itu.
Biarpun yang dipergunakan hanya ranting, akan tetapi mengeluarkan suara bersiutan dan mendatangkan angin pukulan yang amat kuat dan cepat sehingga amat mengejutkan Hak Bu Cu yang segera melempar tubuh ke belakang untuk menghindarkan lengannya dari totokan.
"Bibl, harap membantu adik Siang Hwi dan serahkan raksasa hitam ini kepadaku," kata Tiong Li yang lalu mengerahkan rantingnya menyerang lagi.
Serangannya amat cepat sehingga tidak memberi kesempatan bagi Hak Bu Cu untuk lebih dulu menyerang. Dia berusaha membacok dengan goloknya untuk menangkis dan sekaligus mematahkan ranting itu, akan tetapi ranting itu terlalu cepat gerakannya sehi ngga tidak pernah tersentuh golok. Sementara itu, melihat munculnya seorang pemuda yang lihai menghadapi si raksasa hitam, dan melihat betapa muridnya memang terdesak, Ban-tok Sian-li lalu meloncat dan membantu muridnya.
Lima orang pengawal yang tadi membantu Hak Bu Cu mengeroyok wanita itu, ki nipun mengejar dan dua orang guru dan murid itu ki ni dikeroyok limabelas orang pengawal.
Hak Bu Cu melintangkan pedangnya dan membentak, "Tahan!" Hendengar ini, Tiong Li menghentikan
gerakapnya dan berdiri menghadapi musuh.besar itu sam bil memandang tajam.
"Orang muda, siapakah engkau ? Tidak tahukah engkau bahwa dua orang wanita ini adalah pemberontak? Kami menerima tugas dari Perdana Menteri Jin Kun untuk menangkap pemberontak, dan engkau berani membantu pemberontak? minggirlah dan jangan mencampuri kalau engkau tidak ingin dianggap pemberontak pula!" "Aku bernama Tan Tiong Li dan aku bukan pemberontak, juga dua orang wanita ini bukan pemberontak. Akan tetapi engkaulah yang pemberontak dan pengacau. Engkau mencuri Mestika Golok Naga dan engkau membunuhi empat orang tokoh partai besar, membunuh pula ayahku, dan membunuh Рек Hong San- jin!"
Hak Bu Cu terbelalak dan memandang penuh perhatian. "A hh.... kiranya engkau bocah keparat itu .......
!"
Dan tanpa banyak cakap lagi dia sudah menyerang dengan goloknya. Meli hat golok ini, Tio ng Li menjadi girang. Ini lah golok pusaka yang dicuri itu. Dia harus mendapatkannya dan mengembalikan nya kepada Kaisar.
Hak Bu Cu merasa penasaran sekali. Jarang ada orang mampu menandingi nya. Akan tetapi pemuda ini, walaupun hanya bersenjatakan ranting, akan tetapi memiliki gerakan yang demikian cepat dan ilmu silat yang aneh. Tubuhnya berkelebatan seperti bayangan saja sehingga matanya menjadi berkunang dibuatnya. Juga ranting itu demikian berbahaya, mengancam jalan darahnya dengan totokan bahkan beberapa kali mengancam matanya.
Biarpun di dalam hatlnya Tio ng Li mendendam kepada si raksasa ini kalau teringat akan kematia n ayah kandungnya dan guru pertamanya, akan tetapi kesadarannya selalu membuatnya ingat bahwa dia tidak boleh sembarangan membunuh orang. Maka, diapun hanya mengirirn serangan untuk menundukkannya saja, mero bohkan tanpa niat membunuhnya! . Sementara itu, guru dan murid itu mengamuk dan setelah Siang Hwi dibantu gurunya, dalam waktu sabentar saja ia dan gurunya sudah merobohkan dan membunuh lima orang pengawal! Yang sepuluh orang menjadi jerih, ара lagi setelah mereka meli hat betapa pemimpin mereka juga kewalahan menghadapl pemuda yang memainkan ranting demikian hebatnya!
Maka mereka hanya mengepung sambil menjaga jarak, tidak berani mendesak seperti tadi dan kini kedua orang wanita itulah yang menghujankan serangan Kembali tiga orang pengawal terjungkal dan yang lain berlompatan mundur.
pegangannya. Suatu ketika, Tio ng Li menyerang dengan kecepatan kilat dan rantingnya kini dengan tepat mengenai pergelangan tangan kanan Hak Bu Cu, membuat raksasa itu berteriak kaget karena seketika tangan
kanannya menjadi lumpuh dan dengan sendirinya golok itupun terlepas dari Sebelum golok itu jatuh ke atas tanah, Tio ng Li sudah menyambar dengan tangan kirinya dan golok itu berada di tangannya. Ketika melihat ini, Hak Bu Cu menubruk kedepan untuk merampas kembali goloknya menggunakan tangan kirinya, akan tetapi dia disambut sebuah tendangan berputar yang amat keras, membuat tubuhnya terlempar .
Malang baginya, tubuhnya yang tertendang itu terjatuh ke dekat Ban-tok Sian Li. Melihat si raksasa hitam itu jatuh ke dekat kakinya, secepat kilat pedang Ban tok Sian Li bergerak menyambar dan terpenggallah
kepala raksasa hitam itu. Darah menyembur keluar dan kepala itu terpisah jauh dari badannya.
Melihat ini, tujuh orang pengawal menjadi terkejut dan mereka segera melarikan diri, meloncat ke punggung kuda dan kabur dengan ketakutan ! .
"Mereka akan datang membawa bala bantuan, kita harus cepat pergi dari slnil" kata The Siang Hwi sambil melompat dan lari, diikuti gurunya dan juga Tio ng Li.
Setelah berlari jauh, barulah mereka berbenti dan Siang Hwi memandang kepada pemuda itu, lalu tersenyum.
"Tiong Li. !" katanya lirih.
"Siang Hwi, akhirnya kita dapat saling berjumpa juga," kata pula Tio ng Li sambil tersenyum dan memberi hormat kepada Ban-tok Sian-li.
"Sian-li, saya harap Sian-li baik baik saja," katanya.
Ban-tok Sian-li mengerutkan alisnya. la sudah lupa kepada Tiong Li dan bertanya,
"Hemm, siapakah engkau?"
"Su-bo, apakah subo sudah lupa? Dia Tan Tiong Li, murid dari Рек Hon San-ji n yang meni nggal dunia ketika kita berkunjung ke Pek-hong San-кок dahulu itu." "Ahhhh ....... engkaukah anak muda itu? Akan tetapi
......... " la tidak melanjutkan kata-katanya karena merasa terheran-heran.
Kepandaian pemuda itu dulu tidaktah terlalu hebat, akan tetapi sekarang, ia menyaksikan sendiri betapa pemuda itu mengalahkan si raksasa hitam hanya dengan menggunakan sebatang ranting! Dan ia melihat betapa golok milik raksasa hitam itu kini berada di tangan kiri pemuda itu.
"Engkau merampas golok raksasa itu?" tanyanya sambil memandang golok itu penuh perhatian.
"Ini adalah Mestika Golok Naga yang dicurinya dari gudang perpustakaan istana."
"Kenapa engkau merampasnya?"
"Untuk saya kembalikan kepada Kaisar tentu.saja," Kata Tio ng Li.
Ban-tok Sian li tersenyum mengejek.
"Dan menerima hukuman berat dari Kaisar? Golok itu palsu!"
"Ehh ....... ?" Tiong Li terkejut mendengar ucapan Ban tok Sian-li itu.