Naga Sakti Sungai Kuning Chapter 17

NIC

Han Beng memukul-mukul terus sambil melangkah maju dan terhuyung-huyung, kedua matanya terpejam. Dari kedua tangan anak yang memukul-mukul secara ngawur itu keluar hawa pukulan yang mengeluarkan uap panas! Sementara itu, Giok Cu sudah terjatuh terduduk, tidak kuat menahan kepeningannya dan anak perempuan itu pun hanya menundukkan muka sambil memejamkan kedua matanya.

Sejak tadi Liu Bhok Ki memandang dengan penuh kagum dan heran melihat sepak terjang anak laki-laki itu. akan tetapi, kini dia menjadi kuatir sekali. Dilihatnya betapa wajah anak yang kerut-merut menahan nyeri itu makin lama berubah semakin merah sehingga kini kehitaman!

Celaka, pikirnya karena dia tahu bahwa anak itu ternyata keracunan hebat. Agaknya gogitan dan darah anak naga itu terlampau kuat dan menimbulkan racun yang amat dasyat yang menguasai tubuh anak itu akan kuat bertahan. Dan anak perempuan itu pun agaknya sudah hampir tidak kuat lagi, sudah duduk dengan lemas.

Liu Bho Ki sudah siap hendak meloncat ke depan ketika han Beng yang terus melangkah maju itu kini tiba didekat ban- to Mo-li Phang Bi Cu yang agaknya baru muncul.

Mendengar ada langkah kaki ringan di sebelah kanannya, Han Beng lalu menyerang ke kanan, memukul dengan kepalan tangan kanannya. Pukulan itu mengeluarkan angina pukulan yang mengandung hawa panas sekali. Ban-to Mo-li meringkan tubuh mengelak dari sambaran hawa panas itu dan dari samping ia menampar kearah leher Han Beng.

“Plakkkk” tubuh Han Beng terpelanting dan anak itu pun tak mampu bangkit kembali.

Tamparan ban-tok Mo-li itu mengandung racun, dan memang disengajanya ia memukul anak itu terjatuh ke tangan orang lain, anak itu atau darahnya tidak dapat dipergunakan lagi karena mengandung racun maut! Sebaliknya, ia tentu saja akan mampu melenyapkan pengaruh racun dari tubuh anak itu karena ia memiliki obat penawarnya!

Han Beng yang tadinya sudah pening, kini mendadak merasa betapa tubuhnya lumpuh. Dia berusaha menggerakkan kaki tangannya, namun gagal dan dia membuka matanya, memandang kepada wanita cantik itu tanpa mampu bergerak lagi. Ada terjadi keanehan di dalam tubuhnya. Kalau tadinya, tubuh itu seperti menggembung rasanya, seolah-olah kemasukan angina panas dan akan meledak, kini perlahan-lahan hawa panas itu berkurang seolah-olah tubuhnya mulai mengempis dan hawa panas yang berputaran cepat sekali ditubuhnya itu kini mulai agak tenang, ketika dia membuka kedua matanya, pandangannya tidak berkunang dan tidak kelihatan berputaran lagi.

Rasa mual di perutnya juga hilang dan dia bahkan mulai merasakan suatu kenyamanan yang aneh, seolah-olah orang yang tadinya dipanggang terik matahari kini berteduh di bawah pohon yang rindang, dan menghirup hawa yang sejuk sekali. Akan tetapi, dia masih belum mampu menggerakkan kaki tangannya yang seperti lumpuh. Ada rasa dingin yang hebat masuk ke tubuhnya melalui leher dan agaknya hawa dingin inilah yang membuat rasa panas di tubuhnya bekurang. Dan memang sesungguhnya demikianlah. Telah terjadi sesuatu kebetulan yang berulang pada diri Han Beng. Anak ini mestinya sudah tewas oleh gigitan ular Sungai Huang-ho karena gigitan itu mengandung racun yang amat kuat.

Akan tetapi, hawa panas dasyat yang amat kuat itu yang membuat setiap pukulan Han Beng tidak dapat ditahan oleh seorang jagoan silat, juga mendatangkan bencana dan ancaman maut lain lagi.

Tubuhnya yang tidak terlatih itu, biarpun masih bersih, tidak kuat menahan kekuatan dasyat di dalamnya dan Han Beng terancam maut untuk kedua kalinya. Hal ini nampak ketika wajahnya berubah semakin merah lalu menghitam. Akan tetapi, pada saat itu “Kebetulan” sekali ban-to Mo-li diserangnya dan wanita iblis ini hendak menguasai dirinya dengan memberi tmparan beracun pada lehernya.

Sama sekali diluar dugaan Ban-to Mo-li sendiri bahwa racun dari kukunya yang amat kuat itu, yang mengandung hawa dingin, ternyata malah menyelamatkan nyawa Han Beng!

Racun dingin inilah yang mengurangi tekanan hawa panas di tubuh Han Beng sehingga keadaan dalam tubuh anak itu menjadi seimbang. Dan sebaliknya, racun dingin ini pun kehilangan daya serangnya yang berbahaya karena bertemu dengan hawa panas itu.

Memang racun bertemu racun yang bertentangan itu kehilangan daya serangnya yang mematikan, bahkan sebaliknya dapat menjadi obat yang amat ampuh!

Melihat han Beng roboh dan lemas, para tokoh kang-ouw menjadi girang dan mereka pun kini kembali berebut maju untuk dapat lebih dulu menangkap dan melarikan anak itu. ada pula sebagian yang lari untuk menubruk dan melarikan Giok Cu. Akan tetapi, Liu Bhok Ki sudah meloncat kedepan dan tangan kakinya bergerak cepat dan menyerang mereka yang hendak memperebutkan Han Beng. Empat orang terlempar ke belakang terkena tendangan kaki Liu Bhok Ki yang sudah marah sekali.

“Manusia-manusia buas seperti iblis!” Liu Bhok Ki membentak.

“Kalian menjadi kejam dan jahat oleh dorongan nafsu ingin memperoleh darah anak naga! Tidakkah kalian melihat betapa anak ini menderita dan keracunan hebat?”

Tiba-tiba terdengar suara ketawa merdu, yaitu suara ketawa ban-tok Mo-li.

“Hi-hi-hik, Liu Bhok Ki ! jangan berlagak menjadi pendekar budiman! Engkau sendiripun memperebutkan anak naga dan tentu engkau menginginkan pula darah anak itu!”

Semua orang terkejut. Baru sekarang mereka tahu bahwa orang tinggi besar yang melindungi Han Beng itu adalah pendekar Liu Bhok Ki yang namanaya pernah mengemparkan dunia persilatan puluhan tahun yang lalu!

Liu Bhok Ki juga mengenal wanita cantik itu. teringat dia akan mendiang isterinya. Memang terdapat banyak persamaan baik bentuk tubuh maupun wajah antara isterinya dan wanita itu bukan lain adalah enci dari isterinya.

“Phang Bi Cu,” katanya halus dan menyebut nama wanita itu karena dia tidak mau menyebutkan julukannya yang mengerikan itu.

“Aku sama sekali tidak menginginkan darah anak ini, melainkan hendak melindunginya karena dikeroyok oleh jagoan-jagoan dunia persilatan yang tidak tahu malu!”

“Bohong!” kata ban-to Mo-li sambil melirik kepada semua tokoh yang mengepung tempat itu. “Siapa tidak tahu bahwa tadi engkau telah pula menelan mustika naga?”

Liu Bhok Ki terkejut. Tak disangkanya bahwa wanita ini sungguh cerdik dan dapat mengetahui hal iyu.

“Benar, akan tetapi aku hanya ingin melindungi anak ini karena dialah yang tadi memberikan anak naga itu kepadaku.”

Mendengar ini, para tokoh kang-ouw sudah menrjang lagi dan disambut oleh Liu Bhok Ki. Kini pendekar inilah yang dikeroyok, akan tetapi dia memang hebat bukan main, ilmu silatnya tinggi dan tenaga sin-kangnya sukar dilawan sehingga banyak diantara para apengeroyok itu roboh oleh pukulan atau tendangan kakinya.

Seorang tosu yang sudah tua, usianya kurang lebih tujuh puluh tahun, bertubuh pendek kate dan jubahnya berwarna kuning, di punggungnya terdapat sebuah pedang yanag panjang, meloncat kea rah Giok Cu dan cepat sekali tangannya menyambar tubuh anak itu dan dibawanya lari! Melihat ini, Ban-tok Mo-li berseru marah.

“Tosu keparat, kembalikan bocah itu kepadaku!” dengan gerakan tubuhnya yang ringan bagaikan seekor burung wallet, Ban-tok Mo-li sudah berlari mengejar. Ia melihat Han Beng masih lumpuh sedangkan Liu Bhok Ki dikeroyok banyk orang.

Untuk sementara waktu tidak akan ada yang mampu melarikan Han Beng, maka lenih dulu ia harus merampas anak itu lebih dajulu ia harus merampaskan anak perempuan itu. ia tidak akan membiarkan siapapun melarikan dua oran anak itu yang akan dibawanya semua.

Tosu yang melarikan Giok Cu itu pun memiliki ilmu lari cepat yang cukup hebat. Dia adalah Tung-hai Cin-jin, seorang tosu perantau yang namanya terkenal sekali di daerah pentai timur. Ilmu silatnya tinggi, terutama sekali ilmu pedang samurainya yang panjang, dan ilmu tendangan yang disebut Tendngan terbang.

Sebagai seorang tokoh kang-ouw, tentu saja Tung-hai Cin- jin juga ingin mendapatkan anak naga. Dia membutuhkan mustika dan darah naga karena menurut dongeng, satu diantara khasiat darah naga dan mustika naga itu adalah memperpanjang usia! Dia sudah berusia tujuh puluh tahun dan merasa betapa usia tua menggerogoti tubuhnya dan kkuatannya. Karena itu, dia ingin sekali mempermuda dirinya dan memperpanjang usianya!

Memang kalau dilihat kenyataan ini amatlah aneh. Semua manusia merasakan betapa kehidupan ini bergelimang, kekecewaab, penyesalan, duka, rasa takut, permusuhan, apalagi kalau usia tua sudah mencengkeram diri, maka banyak penderitaan dialami, terutama sekali penderitaan jasmani yang sudah mulaia lemah dan berpenyakitan. Akan tetapi anehnya, semua orang ingin berusia panjang!

Dua orang itu terlalu tangguh untuknya. Maka, begitu melihat Ban-tok Mo-li turun tangan, juga Liu Bhok Ki melindungi anak laki-laki, dia melihat betapa perhatian orang semua ditujukan kepada anak laki-laki dan seakan melupakan anak perempuan yang hampir roboh karena lemas itu. maka, dia pun berpikir bahwa kalau tidak bisa mendapatkan keduanya, memperoleh anak perempuan itu pun sudah cukup berharga.

Dia lalu mempergunakan Gin-kang nya, melompat, menyambar tubuh Giok Cu dan melarikan anak perempuan itu. dia merasa betapa ketika dia menyentuh tubuh anak itu, terasa amat panas dan hawa panas yang luar biasa menyerangnya. Namun, dia cukup pandai dan memiliki sin-kang yang kuat untuk melindungi dirinya dari serangan hawa panas itu. dia berhasil memondong lalu mengempit tubuh anak perempuan itu dan dibawanya lari secepat terbang. Akan tetapi, belum ada lima ratus meter dia lari, tiba-tiba berkelebat bayangan yang cepat sekali melewatinya dan ada angina menyambar kearah kepalanya.

Tung-hai Cin-jin mengelak kesamping dan ketika dia memandang, ternyata ban-tok Mo-li telah berada dihadapannya!

Peristiwa sejak perebutan anak naga di permukaan sungai tadi sudah berjalan dengan cepatnya dan tanpa terasa, kini malam telah mulai terusir kegelapaannya dan terganti cuaca pagi yang remang-remang. Namun Tung-hai Cin-jin mengenal baik siapa wanita di depannya maka tanpa banyak cakap lagi dia lalu mencabut pedang samurainya dan melintangkan pedang panjang itu didepan dada.

“Tosu tua bangka tak tahu diri! Apakah engkau lebih mementingkan anak perempuan itu daripada nyawamu? Hayo berikan anak itu atau terpaksa kuambil nyawamu lebih dulu!” bentak ban-tok Mo-li dengan siakap garang.

“Sian-cai , Ban-tok Mo-li, pinto (saya) amat

membutuhkan anak ini, disana masih ada anak laki-laki itu yang akan lebih berguna bagimu daripada anak ini.dengan siakap garang.

“Sian-cai , Ban-tok Mo-li, pinto (saya) amat

membutuhkan anak ini, disana masih ada anak laki-laki itu yang akan lebih berguna bagimu daripada anak ini. Berilah kesempatan kepada pinto, Phang-toanio (Nyonya besar Phang), dan pin-to tidak akan melupakan budimu ini.”

“Persetan denganmu!” bentak ban-tok Mo-li. “Serahkan anak itu!”

Tung-hai Cin-jin menggeleng kepalanya. “Tidak, Toanio, pin-to membutuhkannya!” “Keparat, mampuslah!” Ban-tok Mo-li sudah menggerakkan tangannya dan tahu-tahu ada sinar kilat menyambar kearah leher tosu itu. kiranya wanita cantik itu telah mencabut pedang dan sambil terus melakukan serangan kilat.

Posting Komentar