Maka cepat iapun membuka pintu kamar, ia lihat dibawah sorot obor, orang aneh itu sudah hancurkan sebuah kereta muatan hingga benda mustika berantakan berserakan ditanah, tersorot oleh sinar api, benda2 berharga itu memancarkan sinar kemilauan yang indah.
Sedang kapal jamrud itu tampak sudah dikempit oleh si orang aneh.
Kedua mata Siang Lui se-akan2 memancarkan api saking murkanya, dengan senjatanya Hok-mo-kim-kong-co atau gada penakluk iblis yang diputar sedemikian kencangnya, ia terus memburu.
Begitu hebat tenaganya hingga meja kursi, tembok dan pintu berantakan kena dihantam senjatanya itu.
Belum pernah Jun-yan melihat Siang Lui memakai senjatanya itu.
Mungkin melihat si orang aneh itu terlalu tangguh baginya, maka Malaikat bermata tiga ini sekarang merasa perlu keluarkan senjata andalannya.
Tapi orang aneh itu seperti tidak mau terlibat dalam pertempuran, hanya berkelit kian kemari dibawah sambaran gada orang, dan sedikitpun Siang Lui tak bisa menyentuh padanya.
Ber-duyun2 begundalnya Siang Lui juga merubung datang dengan senjata lengkap, tapi ketika melihat macamnya orang aneh yang menakutkan, yang bernyali kecil segera bergidik, apalagi suruh maju mengeroyok? Dalam keadaan ribut2 itu, tiba2 diantara penonton itu ada satu orang berteriak.
Wah, celaka, hancur semua, hancur semua! Terkesiap hati Jun-yan mendengar suara itu, ketika ia berpaling kearah suara itu, benar juga dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi berjingkrak2 kegirangan oleh peristiwa itu.
Ketika melihat Jun-yan berpaling, ia membalasnya dengan seulas senyuman.
Sementara itu Siang Lui memutar gadanya semakin kencang, ditambah ilmu Thong-pi-kang yang lihay, tapi sesudah 30-40 jurus sedikitpun masih belum bisa menyentuh tubuh orang aneh itu.
Diam-diam ia apa mau percaya apa yang diceritakan Li Pong tempo hari ternyata tidak omong kosong belaka, betapa hebat ilmu silat orang aneh ini, benar-benar susah diukur.
Tapi sekali gebrak saja hampir pundaknya kena dihajar orang, melihat serangan orang aneh ini, terang ilmu pukulan geledek Pi-lik-jiu dari keluarga In di Holam, tapi sekarang melihat gerak tubuhnya yang enteng, tampaknya dari aliran lain lagi.
Dan karena sudah lama masih belum bisa mengalahkan lawan, hati Siang Lui menjadi gugup.
Makin lama ia menjadi semakin kalap, saking sengitnya ia memutar gadanya hingga penonton terpaksa menyingkir mundur oleh angin gambarannya.
Melihat pertarungan yang susah dilerai itu jika diteruskan entah bagaimana akhirnya, maka cepat Jun-yan berseru .
Sudahlah, berhenti, berhenti ! Mendengar suara Jun-yan, orang aneh itu tampak tertegun sejenak hingga gerak tubuhnya agak merandek, kesempatan itu telah digunakan Siang Lui untuk mengemplang dengan gadanya.
Saat itu kedua tangan si orang aneh itu lurus kebawah tanpa ber-jaga2, jika kemplangan itu kena kepalanya, jangankan manusia, sekalipun batu juga akan hancur lebur.
Keruan Jun-yan terkejut, ia menjerit kaget sambil menekap mulutnya.
Tapi pada saat itulah, sampai Siang Lui sendiri tidak jelas bagaimana jadinya.
tiba2 pandangan semua orang se-akan2 kabur, mendadak orang aneh itu ulurkan tangan kirinya, secepat kilat gada Siang Lui sudah kena ditangkapnya.
Cepat Siang Lui menarik sekuatnya, tapi sedikitpun lawan tak bergeming, lekas2 ia gunakan ilmu Thong-pi-kang mendorong kedepan, tapi masih tetap tak bisa membuat orang aneh itu bergerak malahan lengannya sendiri hampir2 patah, keruan terkejutnya tidak kepalang.
Ketika tiba2 orang aneh itu menarik kebawah, menyusul disengkelit kesamping, maka terasa oleh Siang Lui suatu tenaga yang amat besar menubruk kedadanya hingga cekalannya menjadi kendor, gadanya telah kena dirampas orang, sedang tubuhnya akhirnya ter-huyung2 kebelakang terus jatuh terduduk.
Sejak ia unjuk diri di kangouw, belum pernah mengalami kekalahan sehebat ini, dalam masgulnya ia membentak pula.
Tinggalkan namamu sobat! Akan tetapi orang aneh itu hanya sedikit mengapkan mulutnya yang sudah tidak utuh lagi dan mengeluarkan semacam suara yang menggoncangkan sukma, se- konyong2 gada yang dirampasnya itu ditimpukan ketanah hingga amblas sedalam setengah gada itu, lalu berjalan ke arah Lou Jun-yan.
Terima kasih atas maksud baikmu , kata Jun-yan ketika melihat orang aneh itu mendekatinya.
Tiba2 orang aneh itu taruh kapal jamrud itu ditangan Jun-yan, sekali melesat, mendadak meloncat keluar secepat terbang.
He, nant....
Jun-yan hendak meneriakinya, tapi orang sudah sampai diluar dan sekejap mata saja sudah menghilang.
Menyaksikan semua itu, Sam-bok-leng-koan Siang Lui benar2 terkejut, iapun tahu bukan tandingan orang.
Maka ia berbangkit buat kembali kekamarnya.
Orang she Siang , tiba2 Jun-yan menegurnya sembari meletakkan kapal jamrud yang diterimanya dari si orang aneh itu keatas meja, barangmu ada disini, apa kau kira aku benar2 menginginkannya? kau sendiri yang menjaganya masih dapat dibegal orang, kalau panji Sam-thay Piaukiok kalian telah kupatahkan, rasanya tidak berlebihan.
Sekarang apa kau masih akan menggiring aku kembali ke Jing-sia-san? Siang Lui sudah lesu sekali, ia hanya kebas tangannya dan menyahut.
Bolehlah kau pergi, dalam dua bulan, biar aku pergi menemui gurumu! Haha, berani mengaku kalah, masih terhitung seorang laki2 sejati! Jun-yan meng- olok2 sembari tinggalkan pergi.
Baru saja ia melangkah keluar pintu, segera dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi menggapai padanya.
Cepat ia mendekatinya.
Tabah benar nona puji pelajar itu dengan tertawa.
Biasanya mulut Jun-yan cukup tajam, tapi aneh, menghadapi suseng ini, mukanya menjadi merah, hatinya ber-debar2, sekejappun tak sanggup buka suara, sampai lama sekali baru ia menjawab .
Ah, kau terlalu memuji saja ! Disini bukannya tempat bicara, bila nona tidak menolak, marilah kita tinggalkan tempat ini , ajak suseng itu tiba2.
Aneh juga, Jun-yan benar2 kesemsem oleh pemuda ini, maka ia hanya mengangguk setuju.
Segera mereka mendatangi kandang kuda, suseng itu menuntun keluar keledainya, mereka berdua menunggangi satu keledai terus dilarikan keluar kota.
Siapakah she nona yang terhormat ? tanya suseng itu sesudah sampai ditempat yang sepi.
She Lou, bernama Jun-yan...
ia merandek lalu pikirnya hendak balik menanya .
Dan kau ? Namun aneh, ia menjadi tak enak mengucapkannya.
Ia sendiri heran mengapa bisa malu2 kucing begini.
Nona Lou , kata suseng itu pula, orang aneh yang mirip mayat hidup itu, pernah apa dengan kau? Tidak pernah apa2 denganku , sahut Jun-yan.
Lalu menyambungnya pula.
Tapi kalau diceritakan, agak panjang juga! Tidak apa, lihatlah, dibawah sinar bulan yang indah, kita menunggang diatas satu keledai, sekalipun kau bercerita sebelum setahun, akupun takkan bosen, makin jelas ceritamu, makin baik , ujar suseng itu.
Senang sekali hati Jun-yan oleh rayuan pemuda itu.
Tanpa pikir lagi, segera ia tuturkan pengalamannya selama itu.
Ketika selesai ceritanya, hari sudah remang2, subuh sudah tiba.
Karena sejak tadi tidak mendengar suara sisuseng, maka Jun-yan berpaling memandang orang, ia lihat wajah si pelajar itu mengunjuk rasa heran dan girang bukan buatan, ia menjadi heran, tanyanya.
Eh, hal apa yang membuat kau begini gembira? Ah, tidak apa2 , sahut suseng itu tertawa.
Aku hanya terlalu kagum terhadap ilmu kepandaian orang aneh yang tinggi itu.
Nona Lou, apakah kau tahu, sebab apakah ia selalu tunduk dan menurut pada perintahmu? Ya, aku sendiri tidak mengerti kelakuannya yang aneh itu , sahut Jun-yan.
Orang itu mahir ilmu silat dari berbagai cabang aliran, sesungguhnya susah dipercaya.
Suseng itu termenung sejenak, tiba2 bertanya pula.
Sekarang tujuan nona hendak kemana? Memangnya aku tidak mempunyai tujuan, cuma Sam-bok-leng-koan itu bilang dalam dua bulan ini akan mencari suhu ke Jin-sie, bila aku tidak hadir hingga suhu mau percaya atas obrolan mereka sepihak, kelak pasti aku akan didamprat habis2an .
Nona Lou, ujar suseng itu.
Sam-bok-leng-koan bertiga tidak nanti berani mendatangi gurumu, tentu mereka akan mengundang banyak tokoh2 Kangouw lainnya untuk mana sedikitnya akan makan waktu sebulan, dan selama sebulan ini, aku ingin minta sesuatu bantuan, entah kau sudi tidak.
Silahkan berkata , sahut Jun-yan.
Betapa tidak, sejak si gadis merasa orang sudi menolong hindarkan dirinya dari kesulitan, dalam hatinya sebenarnya sudah berbenih asmara, ia justru berharap setiap hari bisa berdampingan dengan sipemuda.
Aku ingin minta nona bikin perjalanan bersamaku ke Hun-kui (Hunlam dan Kuiciu), dalam sebulan, tentu kita bisa kembali , sahut suseng itu.
Tentu saja aku iringimu , sahut si gadis.
Dalam hati ia memikir, meski tidak bisa kembali dalam sebulan juga aku tidak menyesal.
Karena pikiran ini, wajahnya menjadi merah.
Maka sambil mengucapkan terima kasih, segera suseng itu keprak keledainya terlebih cepat ke arah barat.
Jun-yan duduk didepan orang, maka tidak mengetahui gerak gerik sisuseng yang waktu itu sebenarnya lagi tengak tengok kebelakang, maksudnya ialah ingin tahu apakah orang aneh yang berilmu silat tinggi, tapi sangat menurut pada Jun-yan itu, apakah mengintil dibelakang.
Namun ia agak kecewa, sebab satu bayanganpun tidak kelihatan.
Dalam perjalanan selama setengah bulan, dasar gadis remaja mudah terpikat, tanpa merasa Jun-yan telah jatuh kedalam jaring2 cinta, ia merasa setiap gerak-gerik suseng tampan itu sangat menarik.
Hanya satu hal yang belum diketahuinya, ialah setiap kali ia menanya nama dan asal usul suseng itu, orang selalu menjawabnya samar2 dan membilukan pembicaraan.
Karena melihat kedua tangan orang tak berjari, kecuali jari tengah tangan kanan dan memakai sebuah selongsong emas yang ber-kilat2, maka ia memanggilnya It-ci Toako atau engko berjari satu, tapi pemuda itupun mau menyahutnya.
Suatu hari, selewatnya Kuiciu, tibalah mereka diwilayah Hunlam.
Tempat dimana mereka lalui, kedua samping adalah lereng2 gunung hanya di-tengah2nya suatu jalan yang tidak terlalu besar.
Daerah Kuiciu dan Hunlam terhitung dataran tinggi yang banyak lereng pegunungan, penduduknya jarang, tempatnya penuh rahasia.
Sebab itu banyak pula binatang2 aneh yang tak dikenal namanya, dan karena jarang melihat manusia, maka bila ketemu orang, binatang itupun tidak takut2.
Sungguh tidak Jun-yan duga bahwa tempat yang mereka datangi ini ternyata indah permai tidak kalah dengan pegunungan Jing sia tempat kediaman gurunya.
Ditambah lagi bikin perjalanan dengan suseng itu, maka hatinya selalu riang gembira.