Setelah selesai dengan kata-katanya itu mereka segera mengembangkan ilmu meringankan tubuh dan lari cepat menuju kearah tempat dimana suara kelintingan itu berasal. Beberapa saat setelah mereka berlari-lari itu terlihatlah disuatu tanah datar dan disekitarnya batu-batu besar menonjol. Batu-batu cadas putih dan gersang itu begitu tinggi dan besar. Dua orang kakek yang masing-masing mengenakan jubah putih. Seorang berambut putih dan berjanggut putih pula. Rambutnya digelung diatas kepala, sedangkan yang seorang lagi seorang kakek dengan tubuh tegap tetapi kepalanya licin tandas dan tidak berjenggot. Ditangannya menggenggam kelintingan yang berkilau-kilauan tampaknya.
Kakek yang bergelung telah melancarkan sebuah serangan dengan meloncat dan mengirimkan tendangan tumit kearah lawannya itu. Lawan kakek itu telah terlonjak terpental dan jatuh. Tangannya yang menggenggam kelinting emas diangkat tetapi jatuh terduduk lagi. Dari mulutnya memuntahkan darah segar. "Keparat kau !” hanya itu yang diucapkan oleh si kakek Botak.
"Ha ha-ba kini kau telah tidak berdaya. Sebentar lagi kau akan binasa, Kimleng-ji-su, Karena kau yang kalah maka kau harus meninggalkan tempat ini dengan segera !” bentak kakek berambut putih dan tertawa sinis.
"Cepat-cepat bunuhlah aku !” seru si kakek botak dengan suara lantang pula.
"Untuk membunuhmu semudah membalikkan tangan, tetap biarlah kau merasakan bagaimana orang menderita menjelang kematian. Sekarang aku akan pergi dan besok pagi aku akan datang kesini untuk mengubur mayatmu.. !”
seru kakek berambut putih.
Tahu-tahu tubuh kakek itu telah melesat pergi bagaikan menghilang karena cepatnya bergerak dan ilmu ringankan tubuh yang sudah sempurna. Sedangkan Kim-leng-ji-su hanya memandangnya dengan napas terengah-engah dan ingin berusaha berdiri tetapi tubuhnya terasa telah begitu lemah hingga dia terjatuh lagi dan memuntahkan darah kental serta napasnya sesak.
Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie meloncat menghampiri kakek botak yang tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya itu. Tetapi karena dia adalah seorang sakti yang telah puluhan tahun menjagoi kalangun dunia persilatan maka tidaklah tampak dengan jelas penderitaannya itu.
"Apakah locianpwee bernama Kim-leng-ji-su?!” tanya Kiam Ciu sambil berlutut si samping tubuh kakek botak.
Kakek yang tengah menderita luka dalam yang sangat parah itu memandang kearah Tong Kiam Ciu kemudian memperhatikan Cit Sio Wie. Dari bibirnya tampuk sekilas senyuman.
"Kau siapa dan dari siapa kau mengenal namaku?” tanya kakek itu.
"Namaku Tong Kiam Ciu. aku mengenal locianpwee dari Shin Kai Lolo” jawab Tong Kiam Ciu. Kakek yang masih menggeletak ditanah berbatu-batu itu terkatup bibirnya ketika mendengar nama Shin Kai Lolo itu. Dipandanginya wajah Tong Kiam Ciu.
Kemudian kakek menganggukikan kepala, sikutnya menahan tubuh yang masih menggeletak. "Oh jadi dia masih hidup?” tanya Kim-leng-jie-su.
"Ya” sambung Tong Kiam Ciu.
"Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya kakek botak bersemangat sekali tampaknya. "Dia titip salam buat locianpwee” sambung Tong Kiam Ciu sambil tersenyum memegangi bahu kakek itu untuk membantu mendudukkannya.
Setelah sejenak kakek itu bersemedhi dan mengatur peredaran darah. maka dia kembali berbicara : "Sebenarnya ada keperluan apa siauwhiap menemuiku? tanya kakek Kimleng-ji-su dengan suaranya yang sangat dalam dan berat.
"Aku mendapat keteiangan dari Shin Kai Lolo tentang seseorang tokoh persilatan yang maha lihay, teiapi ada hubungannya dengan locianpwee”
sambung Tong Kiam Ciu menjelaskan.
"Maksudmu?” kakek itu tidak paham dengan kata-kata Tong Kiam Ciu.
"Aku mempunyai musuh besar yang telah membinasakan seluruh keluargaku, ayah dan ibu serta saudara-saudaraku tetapi aku tidak mendapat keterangan yang jelas dari suhuku siapakah sebenarnya orang itu. Aku hanya mengetahui namanya saja ialah Ciam Gwat, keterangan lainnya aku tidak paham.
Menurut Shin Kai Lolo, Locianpwee mengetahui” kata-kata Kiam Ciu diucapkan dengan jelas disamping Kim-leng-ji-su.
"Ciam Gwat? "sambung kakek itu tampak terperanjat.
"Ya” jawab Tong Kiam Ciu singkat.
"Oh, kalau tentang dia.. . .” terdiam dan memandang kearah Cit Sio Wie, kemudian ia memandang lagi kepada Tong Kiam Ciu "Katakanlah padaku siapakah sebenarnya Ciam Gwat itu? Wie moay tidak apa-apa mendengarnya. kita akan segera mengikat tali perkawinan setelah tugasku selesai nanti!” seru Tong Kiam Ciu menjelaskan dan mendesak kakek tua itu untuk memberikan keterangan.
"Sebenarnya Shin Kai Lolo juga mengetahui benar tentang Ciam Gwat. namun dia takut kalau menyinggung perasaan orang, memang dia lalu menyuruhmu untuk menanyakan hal itu kepadaku” sambung Kim-leng-ji-su menjelaskan.
"Lekaslah katakan siapa sebenarnya Ciam Gwat itu!” tanya Kium Ciu tidak sabar. Sesaat suasana menjadi sepi. Tong Kam Ciu menantikan keterangan Kimleng-ji-su dengan hati berdebar. Walaupun kakek tua telah berusaha untuk mengatasi segala penderitaannya dengan sekuat tenaga.
Namun tampak sangat payah juga. Kiam Ciu merasa khawatir menyaksikannya "Baiklah, sebelum aku menerangkan tentang Ciam Gwat, aku akan menjelaskan dulu tentang sesuatu. Bukankah ayahmu bernama Tong Kiam Seng yang bergelar si Tinju besi?” tanya Kim-leng-ji-su.
"Ya benar” jawab Tong Kiam Ciu menganggukkan kepala.
"Dan gadis ayu itu bukannya puterinya tunggal Cit Cai Hui ?” tanya kakek gundul itu lagi. "Ya benar.” jawab Kiam Ciu.
"Sabarlah, untuk menghadapi Ciam Gwat memang sangat sukar. Wanita itu mempunyai ilmu yang sangat lihay. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, palingpaling hanya janji yang dapat kusanggupkan karena aku akan segera mati karena luka dalam yang kuderita ini . . . “ sambil berkata begitu kakek itu terbatukbatuk dan memuntahkan darah kental.
"Janganlah locianpvvee berkata begitu !” seru Kiam Ciu.
"Apa yang akan kukatakan padamu tentang diriku dalam keadaan bagini. Aku tidak lama lagi akan mati. Sekarang dengarkanlah sebuah kisah yang telah berlalu lebih setengah abad.” sambung Kim-leng-ji-su mulai memberikan harapan kepada Kiam Ciu. Lebih dari setengah abad yang lalu ada sepasang pendekar yang maha sakti.
Pendekar muda belia dan yang laki-laki tampan sedangkan yang perempuan jelita. Mereka telah banyak menundukan orang-orang sesat dengan ilmu mereka berdua yang sangat lihay tanpa tandingan. Sehingga mereka mendapat gelar Liong-Hong-Hiap-lu. Hidup mereka sangat rukun dan serasi sekali. Tampak bahagialah mereka itu. Namanya harum dikalangan Kang-ouw karena budinya yang mulia. Tiba-tiba datang suatu bencana, dengan munculnya seorang wanita jelita yang berilmu tinggi pula. Rupa-rupanya wanita itu mempunyai sifat yang tidak baik dan keji. Dia adalah wanita yang haus napsu sex, bahkan condong kearah napsu sex yang menggila. Tiada puasnya mencari korban pemuda napsunya.
Karena dia berkeyakinan bahwa orang-orang gagah atau para pendekar itu mempunyai tenaga yang hebat maka dia berkeyakinan kalau nafsunya dapat terputuskan kalau berhubungan dengan pendekar-pendekar itu.
Mulailah ramai dibicarakan orang kemunculan pendekar wanita itu yang mempunyai paras cantik jelita dan mempunyai hasrat sex yang berIebihlebihan. Wanita seperti itu memang idaman para hidung belang atau para pendekar yang memang berjiwa kotor. Tetapi mereka satu persatu telah berjatuhan dan ditendang begitu saja oleh wanita itu karena ternyata tiada seorangpun yang dapat mengalahkan keinginannya.
Setelah wanita jelita itu mendengar kalau ada sepasang pendekar sakti. Maka dia lalu mencoba menggodanya. Mula-mula si pendekar muda itu dapat bertahan, tetapi akhirnya jebol pula benteng pertahanannya. Mulailah pemuda gagah itu bentrok dengan istrinya dan lama-lama karena istrinya merasa tidak betah dan patah hati lalu ditinggalkannya suaminya yang telah berubah itu.
Hancurlah rumah tangga sepasang pendekar remaja itu. Hancurlah Liong-HongHiap-lu.
Wanita jelita dan pendekar muda itu telah membentuk suatu ikatan kekeluargaan. Mereka telah membangun sebuah rumah yang bagus dan mereka hidup bersama dalam rumah itu sebagai-suami-istri.
Mula-mula memang mereka hidup bahagia dan tenteram. Pasangan itu tampak serasi dan mereka sangat bahagia. Pendekar muda itu telah melupakan istrinya yang pertama dan kini telah lenyap. Pikirnya semuanya itu tidak penting lagi toh dia telah mendapatkan seorang wanita yang sangat jelita dan seribu kali lebih memuaskan dari pada istrinya.