sambang Siok Siat Shin Ni.
Kini kita telah melihat calon pewaris yang dapat diandalkan ialah Tong Kiam Ciu. Maka kitapun bersedia untuk membantu dan menolong pemuda itu . . . .”
sahut Eng Ciok Taysu. Mereka mengobrol sudah begitu lama sambil menunggu berita dari Shin Kai Lolo yang saat itu masih berada didalam pagoda.
Adapun Kun-si Mo-kun yang pada waktu keributan ditepi telaga Ang-tokouw antara Kwi Ong dan Tok Giam Lo, sigadis berpakaian serba hijau dan Shin Kai Lolo tadi dia sempat memperhatikan keadaan Kiam Ciu vang tampak lemah dan pucat wajahnya. Kakek yang digelari si Raja Setan itu telah yakin kalau Kiam Ciu mendapat luka dalam yang berat dan terkena racun Tok Giam Lo ketika dia mengejar siraja bisa itu tadi dalam memperebutkan peta Pek-seng. Maka segeralah Kun-si Mo-kun bertindak membawa pergi pemuda itu dengan diamdiam.
Tindakannya itu telah diketahui oleh murid kesayangan Shin Kai Lolo yang memang telah menaruh hati kepada Kiam Ciu. Kemudian memberitahukan keadaan Kiam Ciu itu kepada suhunya. Juga pada saat itu sedang dalam keadaan gawat antara Shin Kai Lolo dengan Kwi Ong.
Adapun Kun-si Mo-kun setelah membawa Tong Kiam Ciu menjauhi tempat keributan dan membawa masuk kedalam pagoda, maka segeralah mengadakan pemeriksaan terhadap pemuda itu. Ternyata Tong Kiam Ciu terkena racun dan terluka dalam memerlukan perawatan dan istirahat sampai tiga hari tiga malam lamanya. Shin Kat Lolo setelah menemui Kun-si Mo-kun dan mendapat penjelasan bahwa Tong Kiam Ciu harus dirawat dan istirahat selama tiga hari tiga malam untuk memulihkan kembali tenaganya dan menyembuhkan luka dalam. Maka segeralah nenek itu menyanggupkan diri untuk menjaga Tong Kiam Ciu.
"Aii, kalau memang Tong Siauwhiap membutuhkan perawatan selama tiga hari tiga malam maka kita harus menjaganya dari gangguan musuh-musuh kita, terutama Kwi Ong. Aku yakin Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya bersedia untuk membantu menjaga dia!” seru Shin Kai Lolo.
Mereka berdua keluar dari pagoda meninggalkan Tong Kiam Ciu di pembaringan dalam keadaan tidur. Setelah sampai diluar pintu pagoda tentu saja ketiga jago silat kawakan itu segera menghujani dengan pertanyaanpertanyaan.
Hati Kun-si Mo-kun jadi senang dan dia melihat suatu harapan besar mendapat dukungan mereka itu untuk menjaga Kiam Ciu. Maka Shin Kai Lolo segera menjelaskan persoalan tentang keadaan Tong Kiam Ciu yang harus beristirahat dan menyembuhkan luka-lukanya selama tiga hari didalam pagoda itu. "Kalau begitu, kita harus menjaganya !” seru Eng Ciok Taysu.
"Ya. kita harus menjaganya agar dia dapat tenang istirahat dan memulihkan kembali jalannya Cinkie pemuda itu” jawab Kun-si Mo-kun.
Permintaan Kun-si Mo-kun kepada Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya itu mendapat sambutan dengan tulus ikhlas.
Demikian para jago silat kenamaan itu mengadakan penjagaan diluar pagoda. Adapun Teng Siok Siat mengadakan pengertian.
Belum seberapa lama mereka mengadakan penjagaan itu. Tampaklah Kwi Ong yang di sertai juga oleh Tay Jat Cin Jin, Tok Giam Lo serta gadis berpakaian serba hijau yang terkenal dengan sebutan Ceng-hi-Sio-li. Tetapi orang-orang dari partai Kong-tong tidak kelihatan.
Mereka telah mendatangi pagoda itu. Kwi Ong mendatangi dengan pedang Oey Liong Kiam terhunus dan menghampiri Kun-si Mo-kun.
"Hey orang gila, mana Tong Kiam Ciu ?” bentak Kwi Ong.
Kun-si Mo-kun dan kawan-kawannya bersikap acuh terhadap pertanyaan itu.
Mereka pura-pura tidak mendengarkan pertanyaan itu. Bahkan mereka melihat ketempat lain. Kwi Ong gusar hati, melangkah maju lagi dan membentak.
"Jika kau tidak menyerahkan dia. aku akan masuk dan menyeretnya!”
Sikapnya yang congkak, wajahnya yang beringas dan menantang itu menambah kegusaran Kun-si Mo-kun saja. Maka kakek itu lalu membentaknya dengan suara gusar dan menantang pula : "Hei Kwi Ong! Kita sudah dua kali bertemu, dua kali pula kau tidak terhasil mengalahkan diriku. Sekarang aku akan menghadapimu dengan perangkap Ngoki-kiat-ceng (perangkap lima jalur jalan ajaib) dan akan menguji ketinggian ilmumu!” seru Kun-si Mo-kun dengan lantang.
Ketika Kun-si Mo-kun menyebutkan perangkap Ngo-ki-kiat-ceng tampaklah Ceng-hi-Sio li (pendekar silat wanita berpakian hijau) terkejut.
Mendengar tantangan itu hati Kwi Ong tidak tahan lagi. Dengan sebuah gerungan keras bagaikan kerbau gila dia telah menyerang Kun-si Mo-kun dengan mengirimkan jurus Ciok-po-thian-keng atau menggempur batu menembus langit. Namun Kun-si Mo-kun telah siap siaga. Dengan sebuah gerakan lincah dan cepat sekali kakek itu telah meloncat, sedangkan pedang Kwi Ong melesat menikam tempat kosong. Begitu tubuh Kwi Ong telah lewat dan agak condong tahu-tahu Kun-si Mo-kun telah melesat menendang mukanya. Hebat sekali tendangan itu, jika saja Kwi Ong tidak cepat menghindar maka hancurlah wajahnya karena terkena tendangan itu.
Kwi Ong terperanjat, tetapi untung dia nyaris dari tendangan itu ! Namun demikian dia tidak dapat menghindari lagi terhadap serangan Siok Siat Shin-ni yang telah menghembuskan lengan jubahnya yang mendamparkan angin bertenaga dahsyat pula. "Aduh!” terdengar Kwi Ong menjerit dan cepat-cepat meloncat mundur menjauhi lawannya. Namun Siok-siat Shin-ni tidak tinggal diam dan membiarkan lawannya terlepas. Dengan mencabutkan pedang dan langsung menyerang dengan jurus yang mematikan kearah tubuh Kwi Ong. Pedang Tiong-goan-liong-kiam (Pedang naga merah daerah pertengahan) itu tampak berputar-putar menyilaukan mata dan bergerak sangat cepat sekali.
Hanya dengan ilmu yang tinggi Kwi Ong dapat menghindari seranganserangan pedang Tiong-goan-liong kiam itu. Walaupun demikian pakaian Kwi Ong telah tersayat dan terkoyak serta tampaklah noda-noda darah. Untung bahwa raja iblis dari selatan itu mempunyai ilmu Kim-kang-lik atau Tenaga dalam ajaib hingga goresan-goresan pedang itu tidak dapat melukai tubuhnya lebih dalam lagi. Saat itu barulah Kwi Ong menemukan lawan yang benar-benar hebat. Dia jadi sangat gelisah, karena sejak dia memimpin orang-orangnya dari suku Biauw menyerbu daerah pertengahan itu belum pernah ada seorangpun jago silat yang berhasil mengalahkan dirinya. Bahkan dia telah banyak membunuh jago-jago silat daerah pertengahan. Tetapi kini kenyataannya, sangat hebat sekali. Dia telah mendalami kenyataannya yang luar biasa. Ternyata Kun-si Mo-kun dan Sioksiat Shin-ni telah berhasil membuat dia kalang kabut.
Gerakan Kwi Ong tampak kacau, ternyata dia tidak berhasil memecahkan rahasia ilmu jebakan Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong jadi gelisah.
"Adapun gadis yang berpakaian serba hijau atau terkenal dengan-panggilan Ceng-hi Sio-li yang juga ingin merebut peta Pek-seng, setelah melihat Kwi Ong jadi kelabakan melawan Kun-si Mo-kun dan Siok-siat Shin-ni. Maka gadis itu segera berniat untuk membantu Kwi Ong.
Tampaklah Ceng-hi Sio-li juga telah siap-siap memberikan bantuan terhadap Kwi Ong. Ketika kakek Kun-si Mo-kun menggunakan tangannya dan Siok-siat Shin-ni meloncat mengarahkan pedangnya ke ulu hati Kwi Ong maka tampaklah kelebatan Ceng-hi Sio-li meloncat melalui atas kepala Nenek jago pedang itu.
Hingga akhirnya perhatian nenek itu terpecah beralih kearah kelebatan Ceng-hi Sio-li. Serangan terhadap Kwi Ong terhenti.
Begitulah dengan cepat gadis itu bergerak kearah Kun-si Mo-kun yang juga tengah menggerakan pukulannya kearah Kwi Ong. Tahu-tahu tampaklah kelebatan Ceng-hi Sio-li melalui atas kepalanya. Hingga kakek itu terpaksa mengalihkan perhatannya kearah kelebatan bayangan yang mengancam kepala kakek itu. Akibatnya serangan terhadap Kwi Ong terpaksa terhenti. Maka pecahlah siasat Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong merasa sangat bersyukur terhadap bantuan gadis itu, Maka dengan cepat pula dia telah meloncat kebelakang Ceng-hi Sio-li.
Sedangkan Kun-si Mo-kun sangat gusar mendengar kenyataan itu. Setelah itu pertempuran berhenti ! "Hai ! Siapa namamu dan siapa suhumu ?! Hayo beritahukan lekas atau kubunuh kau sekarang juga! “ seru Kun-si Mo-kun dengan gusar.
Namun Ceng-hi Sio-li menyahut dengan tenang.
"Namaku . . . . . tidak! Aku terkenal dengan sebutan Ceng-hi Sio-li ! Aku tidak perlu kasih tahu nama suhuku padamu, karena kalau kau mendengarnya akan jatuh pingsan!” jawab gadis itu seenaknya.
"Hayo lekas jawab yang benar!” bentak Kun-si Mo-kun gusar sekali.
"Hihihi, baiklah kalau kau memang ingin tahu juga tentang suhuku biar kau tidak penasaran. Apakah kau pernah dengar partai silat Ngo-kiat-pay? Aku adalah salah seorang murid dari partai silat Ngokiat-pay!” jawab gadis berpakaian hijau dengan bangga.
Kalau seandainya saat itu ada seribu kali geledek menyambar dan gemuruhnya membelah bumi takkan mengejutkan Kun-si Mo-kun. Tapi serentak dia mendengarkan nama partai silai Ngo-kiat-pay terasa tergetar hatinya. Tibatiba saja kakek raja setan itu tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.
"Hahaha aku sudah duga. Nenek itu belum binasa! Hahaha dia telah membentuk partai silat Ngo-kiat-pay. Hahaha!”
"Tetapi kini dia telah cacad dan wajahnya telah menjadi sangat buruk.”
sambungnya lagi. Ceng-hi Sio-li mendengarkan perkataan Kun-si Mo-kun dengan sikap waspada. Dia tahu bahwa sekarang sedang berhadapan dengan musuhmusuhnya. Juga berhadapan dengan orang pandai dari kalangan tua. Tetapi belum lagi dia berseru menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun, tahu-tahu kakek itu telah berseru lagi. "Kau muridnya ? Baiklah kini kau akan kubinasakan terlebih dahulu, baru nanti setelah muridnya aku akan mencari suhunya dan akan kubinasakan sekalian !” seru Kun-si Mo-kun.
Begitu selesai dengan kata-katanya itu, maka Kun-si Mo-kun langsung meloncat menerkam Ceng-hi Sio-li dengan gerak tiba-tiba dan cepatnya luar biasa, hingga gadis itu tidak mampu lagi untuk berkelit.
Ceng-hi Sio-li terpaksa harus memapasnya dengan lengannya pula. Tetapi Kwi Ong waspada, ketika dia melihat dayangnya bahaya yang mengancam keselamatan Ceng-hi Sio-li maka dia langsung mengirimkan pukulan hebat kearah dada Kun-si Mo-kun.
Akibatnya Kun-si Mo-kun tak sempat lagi mengelak maupun menangkis serangan yang tidak terduga itu. Tubuh Kun-si Mo-kun terlempar karena hantaman Kwi Ong itu. Kakek itu jatuh dan memuntahkan darah segar.
Kemudian Kwi Ong meloncat sambil berseru kearali Ceng-hi Sio-li, Tok Giam Lo dan Liat Kiat Koan (pemimpin partai silat Kong-tong).
"Aku yang akan membereskan Kun-si Mo-kun! Kalian carilah dimana persembunyian Tong Kiam Ciu.” seru Kwi Ong sambil mengirimkan serangan kearah K Kun-si Mo-kun yang telah berdiri dan siap dengan kuda-kudanya.
Tetapi sekejap itu pula telah tampak Shin Kai Lolo lelah meloncat berdiri disamping Kun-si Mo-kun memberikan bantuan. Sedang Siok Siat Shin-ni, Eng Ciok Taysu dan Tie-kiam-suseng telah berbaris menjaga pintu masuk ke pagoda dengan pedang terhunus. Dalam keadaan itu, sewaktu-waktu pertempuran segera bisa berkobar.