Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 29

NIC

-oo0dw0oo-

Lo Cin Ki dan ketiga anak muda itu mematuhi perintah ini, maka mereka lalu menggali dua lubang dan mengubur dua jenazah itu baik-baik.

Kemudian, setelah penguburan itu selesai, Cin Cin Tojin berkata kepada Tan Hong dan Siok Lan, "Tan Hong, dan kau Siok Lan, aku dan sute telah membuat persetujuan dan rasanya tidak ada salahnya apabila pinto memberitahu kalian di sini juga, oleh karena sifat orang-orang ksatria tak perlu malu-malu membicarakan urusan yang baik. Ketahuilah, kami berdua orang tua telah bermufakat untuk menyandingkan kalian sebagai suami isteri."

Baik Tan Hong maupun Siok Lan ketika mendengar pernyataan yang demikian terus terang dan tanpa tedeng aiing-aling ini keduanya menunduk, tanpa berani mengangkat muka, bahkan sedikitpun tak berani berkutik!

Untuk sesaat keadaan menjadi sunyi, dan tiba-tiba Cin Cin Tojin tertawa senang. "Tan Hong, bukankah kau seorang laki-laki? Jawablah, bagaimana pendirianmu?"

"Suhu yang mulia, teecu adalah seorang yang tidak mempunyai sanak famili yang patut ditaati dan dijunjung tinggi selain suhu seorang. Maka, mengenai diri teecu, mati atau hidup teecu serahkan seluruhnya kepada suhu." Suara Tan Hong terdengar mengharukan ketika ia mengucapkan kata-kata ini oleh karena pemuda itu teringat akan keadaan dirinya yang sebatang kara.

Cin Cin Tojin memandang ke arah muridnya dan melihat pakaian Tan Hong yang penuh tambalan serta keadaan tubuh pemuda itu yang kurus, ia merasa amat kasihan. "Tan Hong muridku, biarpun pinto maklum akan ketulusan dan kebaktian hatimu terhadap gurumu, akan tetapi pinto sekali-kali tidak akan memaksa atau memerintahkan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak hatimu sendiri. Apalagi dalam soal perjodohan, karena bukan pinto yang akan menjalani, akan tetapi kau sendiri. Maka sebelum mendapat jawabanmu yang menyatakan setuju, pinto takkan merasa puas."

Tan Hong mengerti bahwa kata-kata suhunya ini bukan dimuksudkan untuk menggodanya, akan tetapi desakan ini berdasarkan rasa kasih sayang yang timbul dari keinginan hati orang tua itu untuk melihat ia berbahagia. Maka biarpun ia menjadi makin malu dan menundukkan mukanya makin dalam, ia menjawab juga, "Suhu, kalau suhu menghendaki ... baiklah, teecu setuju dan teecu merasa amat bangga oleh karena diri teecu yang tidak berharga ini mendapat perhatian dari susiok. Tak lain teecu hanya menghaturkan beribu terima kasih!"

Terdengar Lo Cin Ki dan Cin Cin Tojin tertawa puas dan senang, "Bagus, Tan Hong, demikian seharusnya sikap seorang ksatria, jujur dan terus terang, tak usah malu-malu lagi," kata Lo Cln Ki.

"Dalam hal perjodohan tak perlu memandang keadaan calon menantu, yakni maksudku keadaan kekayaannya. Yang terpenting adalah keadaan batinnya. Eh, Siok Lan bagaimana dengan kau? Setujukah kau? Seperti juga Cin Cin suheng, ayahmu inipun tidak mau mempergunakan hak sebagai seorang ayah untuk memaksa anaknya. JawabJah, setujukah kau?"

Siok Lan adaJah seorang wanita, maka daJam hal ini tentu saja amat berat baginya untuk menjawab. Biarpun di dalam hati ia merasa girang dan setuju, akan tetapi mulutnya tak sanggup menyatakannya. la hanya menunduk dengan muka merah dan menggunakan jari telunjuknya untuk menggurat-gurat tanah. Sampai lama keadaan menjadi sunyi oleh karena semua orang menanti jawaban Siok Lan yang tak kunjung keluar.

Tiba-tiba Ong Kai teringat akan godaan kedua orang muda itu dulu ketika terjadi peristiwa di rumah keluarga Lai, tertawa dan ingin membalas godaan mereka. "Suhu," katanya sambil tersenyum, "sudah tentu saja sumoi setuju sekali! Hal ini kiranya tak perlu dijelaskan lagi, bukankah begitu, sumoi?"

Siok Lan menggerakkan kepalanya dan memandang kepada Ong Kai dengan marah. Tapi Ong Kai tersenyum saja dan mengedip-ngedipkan mata seperti hendak menyatakan bahwa mereka telah "tahu sama tahu!" Melihat hal ini, Lo Cin Ki dan Cin Cin Tojin tertawa bergelak- gelak.

"Lanji, kalau kau tidak setuju dengan pendapat Ong Kai, katakanlah!" Akan tetapi ia diam saja tanpa berani berkutik. Tan Hong merasa kasihan sekali kepada "tunangannya" dan tiba-tiba ia teringat sesuatu, maka untuk membantu Siok Lan, ia lalu berkata kepada gadis itu dengan suara perlahan, "Sumoi, dulu kau berjanji akan menceritakan sesuatu mengenai keluarga Lai setelah kita berhasil menunaikan pembalasan dendam kita."

Siok Lan teringat dan wajahnya berseri. Ia tidak merasa malu lagi setelah mendengar Tan Hong bicara kepadanya. Ia lalu mengangkat muka memandang kepada ayahnya dan Ong Kai dan berkata, "Ayah, sebelum aku menyatakan pesan keluarga Lai, terlebih dulu hendak kuceritakan tentang sepak terjang gagah perkasa dari Ongsuheng yang menolong seorang gadis bernama Lai siocia!" Kemudian dengan singkat Siok Lan menceritakan peristiwa penculikan Lai Hwa Eng dan bagaimana dengan gagah Ong Kai menolong gadis itu.

"Dan sebelum kami bertiga meninggalkan rumah keluarga Lai, aku mendapat tugas untuk menjadi perantara dan menjodohkan Lai Hwa Eng dengan Ong suheng!"

Muka Ong Kai yang sudah hitam itu menjadi makin hitam ketika darah menyerbu naik ke mukanya. Ia pandang sumoinya dengan mata terbuka lebar, setengah tidak percaya dan setengah marah. Akan tetapi Siok Lan tidak memperdulikannya, lalu berkata selanjutnya, "Dan Lai Wangwe suami isteri minta supaya hal ini kumintakan perkenan dari ayah sebagai guru dan wali Ong suheng." Lo Cin Ki tertawa geli. "Aah, kalian anak-anak muda ini memang aneh! Bagaimana menurut pandanganmu, Lanji? Apakah Hwa Eng itu seorang gadis baik?"

"Baik sekali, ayah, lebih baik daripada anakmu sendiri. Kalau ayah tidak percaya, boleh ayah bertanya kepada Ong suheng!"

Siok Lan dan Tan Hong saling pandang dan keduanya tertawa girang oleh karena mendapat kesempatan untuk menggoda dan membalas Ong Kai. Sedangkan Cin Cin Tojin yang mendengar ini hanya tersenyum saja dengan girang. Ia senang dan ikut gembira melihat kebahagiaan anak-anak muda ini, kebahagiaa yang belum pernah ia alami semasa mudanya, "Eh, Ong Kai, jadi diam-diam kau telah membuat pilihan sendiri?" Lo Cin Ki bertanya kepada muridnya. "Kau telah mendengar sendiri uraian Siok Lan, bagaimana pikiranmu? Setujukah kau? Kalau setuju, sekarang juga aku akan ikut Siok Lan pergi ke rumah keluarga Lai untuk merundingkan urusan perjodohan ini."

Sekarang Ong Kai yang merasa malu sekali dan diam saja. Tubuhnya yang tinggi besar dan kuat itu hanya duduk tak bergerak bagaikan patung, hanya kedua matanya saja kadang-kadang melirik ke arah Siok Lan dan Tan Hong yang mentertawakannya!

Setelah lama Ong Kai tak dapat menjawab, tiba-tiba Siok Lan berkata, membalas godaan Ong Kai tadi. "Ayah, tak perlu banyak ditanya lagi, sudah tentu Ongsuheng setuju sekali bukankah begitu, Ong suheng? Ayoh, Ong suheng, kalau kau tidak setuju dengan keteranganku ini, coba kau sangkal dan nyatakanlah?" Seperti halnya Siok Lan tadi, kini Ong Kaipun sama sekali tidak berani menyangkal, oleh karena memang ia telah setuju sekali dengan nona Lai Hwa Eng yang mempunyai mata dan bibir seperti mendiang tunangannya dulu! "Baiklah kalau begitu dari sini aku dan Siok Lan akan langsung menuju ke rumah keluarga Lai dan membicarakan urusan ini," kata Lo Cin Ki dengan suara sungguh-sungguh karena ia tidak mau menggoda lebih jauh kepada muridnya.

"Nah, sekarang, anak-anak, pinto hendak bicarakan hal yang penting sekali."

“Ketahuilah, pada waktu ini, para pengacau bangsa Tartar yang mempergunakan kesempatan selagi keadaan negara sedang kacau dan sukar karena akibat bencana alam, mereka datang mengacau di perbatasan barat dan melakukan perampokan dan penculikan terhadap bangsa kita. Tentara kerajaan yang lemah tak dapat menghalau mereka, maka kini para enghiong dari seluruh negeri berhimpun dan bersatu disana, mengumpulkan tenaga untuk mengusir para pengacau itu. Kita pun tak boleh ketinggalan membela tanah air dan bangsa! Sudah menjadi tugas kewajiban kita untuk menyumbangkan tenaga untuk mengusir pengacau. Tan Hong dan Ong Kai, kalian berdua sekarang pergilah ke Seelok, di mana telah terjadi pertempuran antara pihak kita dan para pengacau yang banyak jumlahnya dan kuat. Pinto sendiri hendak mencari balabantuan di antara kawan-kawan di kalangan kangouw, sedangkan Lo sute bersama puterinya biar membereskan urusan dengan keluarga Lai terlebih dulu untuk selanjutnya menyusul ke Seelok. Nah, mari kita berpisah dari sini menjalankan tugas masing-masing dan selamat bekerja!"

Setelah berkata demikian, tosu yang gagah perkasa itu laiu meninggalkan tempat itu, dan Lo Cin Ki yang sebelumnya telah berunding dengan suhengnya, juga meninggaikan tempat itu bersama Siok Lan. Tan Hong dan Ong Kai, juga pergi dengan cepat menuju ke barat untuk memenuhi perintah Cin Cin Tojin. Di sepanjang jalan kedua pemuda ini nampak gembira dan wajah mereka berseriseri karena telah menerima warta bahagia dari kedua guru mereka itu. Kini setelah di situ tidak ada Siok Lan dan kedua orang tua itu, Tan Hong dan Ong Kai tanpa malu- malu lagi saling menyatakan kegirangan hati mereka dan tiada hentinya mereka membicarakan keadaan tunangan masing-masing dengan hati puas!

Posting Komentar