Akan tetapi, Gui Kok Houw akhirnya dapat membujuknya dan menyatakan bahwa mereka sebagai pejabat- pejabat tinggi mempunyai wewenang bertindak berdasarkan pembelaan negara. Dan bukankah ketiga orang gadis itu sudah cukup kuat untuk dijadikan alasan membasmi keluarga Lee?
Kebetulan sekali, datang seorang tosu dari Go-bi-pai, yakni Lek Kong Tosu yang ingin mencari Siang Lan untuk membalas dendam atas tewasnya Thio Kim Cai, yakni anak murid Go-bi-pai yang menjadi perwira Kim-i- wi dan yang tewas di dalam rawa ketika bertempur melawan Siang Lan dahulu itu. Mendapatkan kawan ini, Gui Kok Houw dan Wai Ong Koksu menjadi girang mereka segera berangkat ke Siang-kan-bun di Propinsi Kiang-si, membawa perwira-perwira Kim-i-wi sebagai anak buah.
Kebetulan sekali di tengah jalan mereka bertemu dengan Siang Lan dan Sui Lan yang sedang mencari Hwe Lan! Tentu saja mereka menjadi girang sekali dan tanpa banyak cakap lagi mereka lalu menyerang kedua dara pendekar itu biarpun Siang Lan dan Sui Lan melawan sekuat tenaga, akan tetapi melawan Wai Ong Koksu dan Lek Kong Tosu, mereka menemukan lawan yang jauh lebih tinggi ilmu kepandaiannya.
Pada saat pertempuran berjalan seru, Souw Cong Hwi putera pangeran itu yang sedang mencari-cari Hwe Lan semenjak malam tadi. Melihat Siang Lan dan Sui Lan diserang oleh perwira, ia segera melompat ke tengah pertempuran dan dengan berpedang ia membantu kedua orang gadis itu.
“He, Souw-kongcu!” berteriak Gui Kok Houw yang tidak ikut bertempur. “Apakah kau hendak membantu pemberontak?”
“Mereka bukan pemberontak-pemberontak!” seru Souw Cong Hwi marah. “Mereka adalah puteri-puteri dari Lee-ciangkun!”
“Ha-ha-ha! Kalau begitu, Lee-ciangkun tentu telah menjadi pemberontak pula!” kata Gui Kok Houw sambil tertawa.
Souw Cong Hwi menjadi marah dan tetap membantu kedua orang gadis itu, akan tetapi, biarpun ia membantu tetap saja mereka bertiga bukanlah lawan kedau orang tua yang ilmu kepandaiannya setingkat dengan guru- guru mereka!
Beberapa puluh jurus kemudian, ketiga orang muda itu telah dapat ditotok dan ditawan!
Betapapun juga, Gui Kok Houw dan Wai Ong Koksu tidak berani mengganggu Souw Cong Hwi, maka mereka lalu menyuruh serombongan perwira Kim-i-wi untuk mengantarkan dan menjaga baik-baik pemuda itu, diantar kembali ke kota raja dan diserahkan kepada ayahnya. Yang ikut dengan mereka menuju ke Siang-kan-bun cukup lima orang perwira sebagai penjaga dua orang gadis yang telah ditawan itu.
Demikianlah, maka Gui Kok Houw, Wai Ong Koksu, dan Lek Kong Tosu sambil membawa Siang Lan dan Sui Lan yang terikat kedua tangannya, menyerbu rumah Lee Song Kang sehingga terjadi pertempuran hebat di taman belakang rumah perwira she Lee itu.
Memang kalau semenjak tadi orang melihat keadaan di taman itu, ia akan merasa betapa aneh dan lucunya keadaan. Belum berapa lama terlewat, Hwe Lan menyerang Lee Song Kang mati-matian, sedangkan Hong An dan Sin Liong juga bertempur hebat dan seru. Akan tetapi sekarang, Hwe Lan bersama Lee-ciangkun mengeroyok Wai Ong Koksu, sedangkan Hong An dan Sin Liong mengeroyok Lek Kong Tosu! Tadinya mereka lawan, kini berkawan. Sungguh aneh dan lucu.
Sementara itu Nyonya Lee yang melihat kedua anaknya ditawan, segera maju untuk memeluk mereka, akan tetapi atas isyarat Gui Kok Houw, dua orang perwira maju dan kedua tangan nyonya itu diikat pula dan ia dijadikan tawanan!
Wai Ong Koksu dan Lek Kong Tosu benar-benar lihai sekali, sehingga biarpun mereka berdua dikeroyok, akan tetapi tidak menjadi gentar, bahkan mereka dapat mendesak heba kedua pengeroyok masing-masing. Wai Ong Koksu memainkan tongkatnya secara hebat sekali sehingga Lee Song Kang dan Hwe Lan terdesak mundur dan terancam sekali keadaannya. Sedang Lek Kong Tosu bersenjata sebatang joan-pian (cambuk lemas) yang berduri, demikian hebat permainannya sehingga kedua orang pemuda murid Kun-lun-pai dan murid Pat-jiu Sin-kai itu terdesak betul-betul dan gerakan pedang mereka makin lama makin lemah!
Sementara itu, Gui Kok Houw tiada hentinya tertawa bergelak,
“Lee Song Kang, percuma saja kau melawan, lebih baik menyerah! Mana bisa kau melawan Wai Ong Koksu dan Lek Kong Tosu dari Go-bi-pai? Ha-ha-ha!” Akan tetapi, pada saat itu, dari luar berkelebat dua bayangan yang luar biasa gesitnya. Bayangan yang membawa pedang bersinar putih menyambar ke arah Lek Kong Tosu dan seketika itu juga joan-pian di tangan tosu dari Go-bi-pai itu terpental keras! Sementara itu, terdengar suara bergelak tertawa dan sebatang tongkat kecil menangkis tongkat Wai Ong Koksu yang sedang mendesak dua lawannya!
Semua orang melompat ke belakang dan ternyata bahwa yang datang itu adalah Pat-jiu Sin-kai, pengemis sakti itu bersama seorang to-kouw wanita yang bukan lain adalah Toat-beng Sian-kouw Si Dewi Pencabut Nyawa!
“Ha-ha-ha!” Si Pengemis Sakti tertawa. “Wai Ong Koksu, kau benar-benar hendak menghina orang muda. Apakah kau tidak malu menjadi perwira tertinggi di kerajaan dan merangkap tokoh besar dari Bu-tong-pai?”
“Pat-jiu Sin-kai! Kembali kau hendak membela pemberontak!”
“Siapa pemberontak? Perwira gundul hati-hatilah kau membuka mulutmu!” Toat-beng Sian-kouw membentak, dan Wai Ong Koksu memandang kepada to-kouw yang galak ini dengan heran, karena ia tidak kenal siapa adanya wanita tua ini.
“Siapakah kau?”
Kini Pat-jiu Sin-kai yang tertawa menghina. “Wai Ong Koksu! Percuma saja kau menyebut dirimu seorang tokoh persilatan kalau kau tidak kenal kepada Dewi Pencabut Nyawa!”
Bukan main terkejutnya hati Wai Ong Koksu ketika mengetahui bahwa to-kouw ini adalah Toat-beng Sian- kouw yang namanya telah menggemparkan dunia kang-ouw.
“Ah, tidak tahunya Toat-beng Sian-kouw yang datang!” katanya. “Tidak tahu keperluan apakah Toat-beng Sian- kouw mencampuri urusan kami?”
“Tua bangka busuk!” Toat-beng Sian-kouw yang galak berseru marah. “Kau mengganggu ketiga orang muridku, masih bertanya hendak apa?”
Sambil berkata demikian, Dewi Pencabut Nyawa ini melompat ke dekat Sui Lan dan Siang Lan dan sekali ia mengulurkan tangan, ia menepuk pundak kedua orang muridnya yang segera terbebas dari totokan. Lima orang perwira dan Gui Kok Houw hendak mencegah, akan tetapi dengan mengebutkan lengan bajunya, tiga orang perwira terpelanting jatuh sedangkan Gui Kok Houw sendiri yang hanya terkena ekbutan itu sedikit saja terhuyung-huyung ke belakang!
Siang Lan dan Sui Lan setelah terlepas dari totokan, lalu mengerahkan tenaga dan tali pengikat tangan mereka terlepas! Mereka cepat membebaskan ibu mereka, kemudian mereka berdua berlutut di depan Toat- beng Sian-kouw, disusul pula oleh Hwe Lan yang segera berseru,
“Suthai!”
Wai Ong Koksu menjadi marah sekali. dengan tongkat diputar-putar ia berkata, “Kami adalah pembawa perintah Kaisar, apakah kalian tua bangka inipun hendak menjadi pemberontak?”
Tiba-tiba Pat-jiu Sin-kai tertawa geli, dan ia mengeluarkan sehelai surat dan berkata,
“Wai Ong, siapa yang menjadi pemberontak? Kau sendiri sebagai seorang Koksu telah mengaku-aku diutus oleh Kaisar, bukankah pengakuan palsu ini merupakan pengkhianatan? Lihatlah apakah kau kenal surat ini?”
Wai Ong Koksu dan Gui Kok Houw menjadi pucat melihat surat itu karena mereka tahu bahwa itu adalah surat pengumuman sesuatu dari Kaisar, dan ketika mereka membaca surat yang dibentangkan oleh Pat-jiu Sin-kai, ternyata berisi tulisan singkat berikut cap kerajaan yang menyatakan bahwa Kaisar telah memberi ampun kepada tiga dara pendekar Siauw-lim-pai atas dosa-dosanya! Wai Ong Koksu dan Gui Kok Houw saling pandang dengan muka pucat. Bagaimana mungkin pengemis sakti ini bisa mendapatkan surat pengampunan dari Kaisar untuk tiga dara pemberontak itu? Mereka tidak tahu bahwa setelah tiga dara itu berhasil lolos dari kota raja, Pangeran Souw Bun Ong lalu menghadap kepada Kaisar dan menceritakan tentang keadaan tiga dara itu yang ternyata adalah puteri-puteri dari Lee Song Kang, busu yang telah banyak membuat jasa itu. Kaisar telah mendengar tentang terculiknya anak-anak dari Lee- busu, dan mengingat akan jasa-jasa Lee-busu, dan mengingat pula bahwa puteri-puterinya itu sengaja diusahakan oleh musuh-musuh untuk membalas dendam kepada ayah mereka sendiri, Kaisar merasa terharu dan atas bujukan Pangeran Souw Bun Ong akhirnya Kaisar mengampuni mereka dan memberi surat pengampunan itu. Souw Bun Ong lalu memberikan surat kepada Pat-jiu Sin-kai yang segera menyusul ke Siang-kan-bun.
Wai Ong Koksu dan Gui Kok Houw tentu saja tidak berani membantah terhadap pengumuman dalam surat Kaisar ini, maka Wai Ong Koksu lalu berkata,
“Kalau begitu, urusan tiga orang nona itu habislah sampai di sini saja. Akan tetapi, utnuk menghilangkan rasa penasaran di dalam hati, dan karena kita telah bertemu dan berkumpul di sini, kuharap tuan rumah suka menganggap kami sebagai tamu-tamu yang hendak minta diberi pengajaran dalam kepandaian silat!”
“Hm, Wai Ong Koksu hendak menantang pibu?” Pat-jiu Sin-kai berkata sambil tertawa menyindir. “Karena tak mungkin kalau tantangan ini ditujukan kepada Lee-busu, maka kau orang tua suka berterus terang saja, siapakah sebenarnya yang kau tantang? Apakah kau akan menantang anak-anak muda atau apakah kau akan menantang Lee-busu yang sebetulnya masih dianggap anak buahmu sendiri?”
Merahlah wajah Wai Ong Koksu mendengar ini. “Ada orang berkata bahwa yang tua harus berhadapan dengan yang tua lagi! Pertempuran kita di kota raja dulu masih belum dilanjutkan, maka aku harap kau pengemis tua ini suka melanjutkan memberi pengajaran kepadaku. Nanti akan datang giliranku minta sedikit pelajaran dari Toat-beng Sian-kouw yang telah lama kudengar kehebatan namanya.”
Lek Kong Tosu melangkah maju dan merangkap kedua tangannya kepada Toat-beng Sian-kouw sambil berkata,
“Pinto (aku) lancang mewakili Wai Ong Koksu untuk menerima sedikit petunjuk dari Sian-kouw!”
Wai Ong Koksu tertawa senang. “Nah, kalau begini kita dua lawan dua, bukankah ini menarik sekali?”
Pat-jiu Sin-kai dan Toat-beng Sian-kouw saling pandang sambil tersenyum. “Tamu-tamu ini benar-benar berdarah panas,” kata Toat-beng Sian-kouw, “kalau tidak dilayani mereka akan pulang dengan hati penasaran. Baiklah, Lek Kong Totiang kau majulah!” sambil berkata demikian, Toat-beng Sian-kouw mencabut pedangnya yang berada di punggungnya sedangkan Pat-jiu Sin-kai menggerakkan tongkat kecilnya menghadapi Wai Ong Koksu.
Sementara itu, Lee Song Kang melangkah mendekati Gui Kok Houw dan berkat dengan senyum mengejek, “Gui-ciangkun, bagaimana dengan kau? Sebagai tuan rumah, aku hanya menuruti kehendak tamuku. Apakah kau ingin sambutan seperti Wai Ong Koksu? Ataukah kau mau minum arak di dalam?”
Ucapan yang amat manis ini membuat Gui Kok Houw menjadi merah sekali mukanya. Ia hanya dapat mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan berkata,
“Sudahlah, harap kau maafkan aku...” lalu ia mengajak kelima orang perwira Kim-i-wi untuk cepat-cepat tinggalkan tempat itu, kembali ke kota raja!
Pertandingan ilmu silat antara Pat-jiu Sin-kai dan Wai Ong Koksu berjalan ramai dan seru, akan tetapi mereka berdua membatasi diri dan hanya bertempur sekadar mencari keunggulan belaka tanpa bermaksud mencelakai lawan, akan tetapi tidak demikian dengan pertempuran yang terjadi antara Lek Kong Tosu dan Toat-beng Sian-kouw. Tosu dari Go-bi-pai ini sengaja datang untuk membalas dendam, dan kini menghadapi Toat-beng Sian-kouw yang ia tahu adalah guru dari ketiga orang gadis yang dianggap musuh itu, ia mengeluarkan seluruh tenaga dan kepandaiannya dan melanjutkan serangan-serangan berbahaya dengan joan-piannya. Akan tetapi, setelah bertempur tiga puluh jurus lebih, ia harus mengakui keunggulan ilmu pedang pendeta wanita itu, karena sianr pedang Toat-beng Sian-kouw mengurungnya dan menindih cambuknya sehingga ia tidak berdaya sama sekali. Akhirnya dengan totokan tangan kiri yang mengenai pundaknya, Lek Kong Tosu mencelat mundur dan dengan muka pucat ia lalu mengangkat kedua tangannya ke dada dan berkata,
“Toat-beng Sian-kouw benar-benar gagah. Pinto mengaku kalah dan mudah-mudahan lain kali mendapat kesempatan pula menerima pengajaran!” kemudian tosu ini lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara itu, seperti juga dulu ketika bertempur di kota raja, Wai Ong Koksu yang bertongkat besar itu dipermainakn oleh Pat-jiu Sin-kai yang memegang tongkat kecil. Dasar Wai Ong Koksu yang tidak tahu diri, karena sebetulnya dulupun ia telah dikalahkan oleh pengemis sakti ini yang sengaja tidak mau mencelakainyaa. Kini ia mulai menjadi pening kepala menghadapi gerakan-gerakan Pat-jiu Sin-kai yang amat cepat itu dan akhirnya hanya bisa mengelak ke sana ke marai terhadap sambaran tongkat kecil yang amat lihai.
“Cukup, kepandaianmu memang lebih tinggi dariku!” Wai Ong Koksu masih cukup cerdik untuk mendahului dengan pernyataan ini karena kalau diteruskan tentu ia akan mendapat malu besar. Ia lalu menjura kepada semua orang dan berkata,
“Segala urusan telah selesai dan biarlah tindakanku yang bodoh ini kalian lupakan saja!” sambil menyeret tongkatnya, perwira tua yang gundul ini lalu meninggalkan tempat itu, kembali ke kota raja.
Hwe Lan telah dipeluk oleh ibunya dan gadis yang keras hati itu kini menangis terisak-isak di dalam pelukan ibunya. Ketika Lee Song Kang mendekatinya dan meraba kepalanya, Hwe Lan menjatuhkan diri berlutut di depan perwira itu.
Atas nasehat-nasehat Toat-beng Sian-kouw dan Pat-jiu Sin-kai, Lee Song Kang mengajukan permohonan ke kota raja untuk mengundurkan diri dengan alasan bahwa ia telah tua. Ia berhenti dari jabatannya sebagai perwira dan hidup sebagai seorang petani di kampungnya.
Setelah bertemu kembali dengan Siang Lan, tahulah Kui Hong An bahwa selam ini ia telah salah lihat, dan biarpun kedua orang gadis itu serupa benar, namun hatinya telah jatuh cinta kepada Siang Lan dan tabiat gadis itu lebih cocok dengan dia.
Sebagaimana dapat diduga terlebih dahulu, berkat campur tangan Pat-jiu Sin-kai dan Toat-beng Sian-kouw yang menjadi comblang untuk murid-murid mereka, akhirnya Souw Cong Hwi dijodohkan dengan Hwe Lan, dan The Sin Liong dengan Sui Lan. Hong An sudah yatim piatu itu akhirnya minta tolong pula kepada Pat-jiu Sin-kai untuk menjadi perantaraannya dan dijodohkan dengan Siang Lan.
Maka berbahagialah tiga dara pendekar Siauw-lim itu. Sungguhpun mereka telah menikah, namun tiada hentinya ketiga pendekar ini bersama suami masing-masing, mengulurkan tangan membantu kepada mereka yang perlu ditolong, memberantas mereka yang jahat dan menindas, dan mereka selalu menjadi penegak- penegak kebenaran dan keadilan!
>>>>> T A M A T <<<<<