Suling Naga Chapter 24

NIC

Tanya pula Gak Jit Kong, memandang penuh selidik.

"Saya kebetulan berada disini, karena ketakutan melihat perkelahian lalu saya bersembunyi di dalam semak belukar, nonton perkelahian. Melihat mereka sudah tidak berdaya dan khawatir ji-wi membunuh mereka, maka saya keluar...."

"Kenapa membunyikan suling?"

Kini Gak Goat Kong mendesak.

"Saya tidak tahu harus berbuat bagaimana untuk mencegah dilanjutkannya perkelahian itu, dan karena saya hanya bisa meniup suling, maka dalam kegugupan saya lalu meniup suling saya untuk menarik perhatian. Syukur saya berhasil...."

"Siapakah namamu dan engkau dari perguruan silat mana?"

Gak Jit Kong bertanya lagi.

"Nama saya Sim Houw dan bukan dari perguruan silat, saya hanya bisa meniup suling, tidak bisa apa-apa selain itu, locianpwe."

"Bohong! Engkau selalu mengacau dengan suara sulingmu, tentu engkau mengerti sedikit ilmu silat. Biar kuselidiki dia datang dari perguruan silat mana suhu!"

Kata Hui Lan dan gadis itu sudah meloncat ke depan dan tangan kirinya menyambar, jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri itu menotok ke arah pundak kanan Sim Houw. Sim Houw tahu bahwa, jalan darah Kian-keng-hiat-to di pundaknya akan ditotok dan akibatnya amat hebat karena jalan darah itu merupakan satu di antara jalan darah besar. Akan tetapi dia diam saja sedikitpun tidak berkutik, tidak mengelak atau menangkis, seolah-olah dia tidak tahu bahwa nyawanya terancam oleh serangan itu.

"Hui Lan, jangan....!"

Gak Goat Kong berseru kaget melihat betapa muridnya hendak membunuh pemuda yang agaknya memang tidak menya-dari akan bahaya itu. Tentu saja Sim Houw sadar sepenuhnya, bahkan dia tahu bahwa tidak ada bahaya yang mengancam dirinya. Gadis itu hanya menggertaknya saja dan sama sekali tidak berniat melakukan totokan secara sungguh-sungguh, dan andaikata demikian, diapun dapat menyelamatkan dirinya dengan ilmu memindahkan jalan darah! Dan benar saja dugaannya, tanpa dicegah oleh gurunya sekalipun, Hui Lan memang tidak mau membunuhnya. Gadis itu hanya ingin memaksanya mengeluarkan ilmu silatnya untuk membela diri agar ia dapat mengenal ilmu silatnya. Melihat betapa pemuda itu sama sekali tidak tahu bahwa dia diserang dengan totokan maut, gadis itu merasa sebal dan totokannya berobah menjadi dorongan atau tamparan pada pundak pemuda itu.

"Plakkk....!"

Dan tubuh Sim Houw terpelanting! Namun, Hui Lan juga terkejut dan heran sekali, menahan rasa nyeri pada telapak tangannya. Ia tadi merasa seperti menampar benda yang lunak sekali akan tetapi dari dalam kelunakan itu muncul tenaga yang membuat tenaga tamparannya membalik sehingga ia terpukul tenaga tamparannya sendiri yang menimbulkan rasa nyeri. Akan tetapi buktinya, pemuda itu terpelanting keras oleh tamparannya! Sebelum Hui Lan sempat menyatakan keheranannya, tiba-tiba dua orang gurunya berseru.

"Hui Lan, hati-hati! Banyak musuh datang!"

Gadis itu cepat menggerakkan tubuh menoleh Dan benar saja. Sedikitnya dua puluh orang yang dipimpin oleh seorang wanita cantik berloncatan dengan cepat sekali menuju ke tempat itu. Sim Houw juga sudah bangkit berdiri, mengebut-ngebutkan pakaiannya yang kotor dan berdirii di belakang tiga orang itu. Diam-diam dia merasa mendongkol juga karena gadis itu sungguh sama sekali tidak memandang sebelah mata kepadanya. Seorang gadis yang selain cantik manis dan gagah perkasa, juga manja, angkuh dan ringan tangan! Dua puluh empat orang itu semua berpakaian serba merah sehingga amat menyolok sekali.

Mereka terdiri dari laki-laki yang usianya antara tiga puluh sampai lima puluh tahun, dipimpin seorang kakek berusia lima puluh tahun yang bertubuh tinggi kurus dan bermuka pucat. Laki-laki ini berada di depan bersama seorang wanita yang lebih menarik perhatian lagi. Wanita ini cantik dan berpakaian merah, bukan serba merah seperti yang lain. Memiliki sepasang mata yang amat tajam dan gerak-geriknya lincah. Sebatang pedang tergantung di punggungnya. Sim Houw tidak mengenal semua orang itu. Juga agaknya Beng san Siang-eng dan murid mereka tidak mengenal wanita cantik yang usianya kurang lebih dua puluh lima tahun itu, apa lagi dua puluh empat orang yang berpakaian serba merah. Wanita itupun agaknya belum mengenal pihak tuan rumah, karena begitu berhadapan, ia sudah bertanya dengan suara lantang.

"Siapakah di antara kalian yang berjuluk Pendekar Suling Naga?"

Sepasang Garuda Beng-san itu saling pandang dengan murid mereka. Hui Lan menggerakkan pundak dan gadis ini sudah marah sekali melihat sikap wanita yang datang bersama segerembolan orang berpakaian serba merah itu dan ia sudah menudingkan telunjuk kanannya sambil membentak,

"Dari mana datangnya perempuan liar yang membawa gerombolan bajak atau rampok ini?"

Akan tetapi, wanita cantik itu hanya mengeluarkan senyum mengejek, agaknya tidak memperhatikan kemarahan Hui Lan. Sekali lagi ia bertanya,

"Siapakah Pendekar Suling Naga?"

Dan kini pandang matanya ditujukan kepada Sim Houw dan ditatapnya wajah pemuda itu penuh selidik. Juga dua puluh empat orang berpakaian serba merah itu memandang kepada empat orang itu bergantian dengan sinar mata mengancam. Wanita cantik itu bukan sembarang orang. Ia bukan lain adalah Ciong Siu Kwi yang berjuluk Bi-kwi (Iblis Cantik), murid pertama Sam Kwi (Tiga Iblis). Seperti telah diceritakan di bagian depan Siu Kwi atau Bi-kwi dengan cara kasar minta pusaka itu dari seorang gadis yang lihai bukan main, telah mewarisi semua ilmu kesaktian dari ketiga gurunya.

Ketika ia pulang menjumpai guru-gurunya, ia melaporkan akan kegagalan dua macam tugas yang dipikulnya. Pertama, ia telah gagal mencari Pendekar Super Sakti Majikan Pulau Es karena pendekar sakti itu telah tewas, kemudian tugas ke dua, yaitu mencari Pek-bin Lo-sian untuk minta senjata pusaka Liong-siauw-kiam juga gagal. Ketika wanita itu menghadap Pek-bin Lo-sian yang menjadi paman guru dari ketiga Sam-kwi, ia mendapatkan kakek tua renta itu dalam keadaan sakit berat dan napasnya tinggal satu-satu! Siu Kwi atau Bi Kwi dengan cara kasar minta pusaka itu dari Pek-bin Lo-sian yang dijawab oleh Pek-bin Lo-sian bahwa pusaka itu telah dia berikan kepada orang lain karena dia tidak suka kalau pusaka itu terjatuh ke tangan Sam Kwi, tiga orang keponakan seperguruannya sendiri yang jahat!

Mendengar jawaban ini. Bi-kwi memaksa kakek tua renta itu untuk menunjukkan siapa orang yang diserahi pusaka itu. Namun kakek yang sudah menderita penyakit berat itu hanya tersenyum mengejek, tidak mengaku. Bi-kwi marah, lalu menggunakan kekerasan terhadap kakek itu yang sebenarnya masih susiok-kongnya sendiri. Disiksanya kakek itu, akan tetapi Pek-bin Lo-sian tetap tidak mau mengaku. Tubuhnya yang sudah tua dan menderita penyakit berat itu tidak dapat menahan siksaan yang dilakukan Bi-kwi dan kakek itupun tewas tanpa menyebut nama Sim Houw yang telah diserahi pusaka Suling Naga atau Siauw-liong-kiam. Seperti kita ketahui, Bi-kwi pulang dengan hati mengkal dan uring-uringan karena ia pulang dengan tangan kosong. Akan tetapi ia mendengar berita akan munculnya seorang pendekar yang berjuluk Pendekar Suling Naga.

Sebelum pulang menyampaikan laporan kepada tiga orang gurunya, lebih dulu ia menemui perkumpulan Ang-i-mo (Setan Berbaju Merah), yaitu perkumpulan sesat yang telah ditaklukkannya. Perkumpulan itu dipimpin oleh seorang datuk sesat bernama Tee Kok yang berusia lima puluh tahun sebagai ketuanya. Ketika mereka bentrok dengan Bi-kwi, mereka kalah dan Tee Kok merajuk, menyatakan kalah dan menyerah. Melihat kehebatan mereka, Bi-kwi dengan cerdik mengampuni mereka dan menyuruh mereka berjanji untuk membantunnya dalam segala macam hal kalau dimintanya, Tee Kok menyanggupi. Bi kwi lalu memerintahkan Ang-i-mo untuk melakukan penyelidikan, mencari adanya pendekar yang berjuluk Pendekar Suling Naga dan kalau ada beritanya agar cepat memberi kabar kepadanya di puncak Thai-san, di mana ia tinggal bersama Sam Kwi.

Setelah itu barulah ia pulang ke Thai-san, di mana ia terpaksa menerima Bi Lan sebagai sumoi atau murid guru-gurunya yang baru, bahkan ia lalu dengan cerdik menyediakan dirinya untuk melatih sumoinya itu menggantikan guru-gurunya. Baru beberapa bulan kemudian, datang Tee Kok bersama anak buahnya yang pilihan, berjumlah dua puluh empat orang bersama dia, berkunjung ke Thai-san dan melaporkan bahwa mereka mendengar akan munculnya Pendekar Suling Naga di daerah selatan. Mendengar ini, cepat Bi-kwi meninggalkan Thai-san, bersama dua puluh empat orang itu cepat-cepat melakukan pengejaran dan pencarian ke selatan. Akhirnya, mereka mengikuti jejak orang yang dicari di sepanjang pantai Sungai Wu-kiang dan tiba di kaki bukit yeng menjadi tempat tinggal Beng-san Siang-eng bersama murid mereka.

Tee Kok dalam pelaporannya kepada Bi-kwi hanya mengatakan bahwa anak buahnya belum pernah ada yang berjumpa dengan pendekar yang dicari, hanya mendapat keterangan bahw pendekar itu masih muda dan lihai sekali. Maka, ketika mereka tiba di tempat itu, perhatian Bi-kwi dan kawan-kawannya tertarik kepada Sim Houw. Akan tetapi, mereka merasa ragu-ragu karena pemuda itu tadi mereka lihat didorong oleh gadis cantik itu saja terpelanting, mana mungkin orang lemah itu yang dinamakan Pendekar Suling Naga? Karena itu Bi-kwi lalu mengajukan pertanyaan kepada mereka, dengan sikapnya yang angkuh, siapa di antara mereka yang berjuluk Pendekar Suling Naga. Biarpun Hui Lan telah membentaknya dengan ucapan menghina, ia tetap tidak perduli dan mengulangi pertanyaannya.

"Siapakah Pendekar Suling Naga? Hayo mengaku, kalau tidak kalian berempat tentu akan menjadi setan-setan tanpa nyawa!"

Sekali lagi ia menghardik, sekali ini sinar matanya berkilat mengeluarkan ancaman yang mengerikan. Kalau sepasang saudara kembar Gak itu masih bersikap sabar, murid merekalah yang sudah kehabisan kesabaran lagi.

Posting Komentar