Si Teratai Emas Chapter 57

NIC

"Aih, engkau tidak dapat membayangkan keadaannya sekarang!" kata Bibi Pi sambil tertawa.

"Pembesar Chouw tergila-gila kepadanya dan memenuhi segala permintaannya. Ia kini mendapat tiga buah kamar yang lengkap dengan perabot-perabot mewah di bagian timur perumahan besar itu, memiliki dua orang gadis pelayan, dan begitu ia tiba di sana, ia telah dibuatkan pakaian untuk empat musim selama setahun penuh. Isteri pertama tidak masuk hitungan lagi, usianya sudah lima puluh tahun lebih, setengah buta, hanya duduk dalam kamarnya dan makan sayur-sayuran, setiap hari hanya membaca kitab suci bersembahyang. Isteri ke dua baru saja melahirkan seorang anak perempuan dan masih beristirahat di tempat tidur. Karena itu, semua kunci diserahkan kepada Cun Bwe dan ialah yang mengatur seluruh urusan rumah tangga, memutuskan apa yang harus dibeli, apa yang harus dimasak, dan biarpun ia hanya isteri ke tiga, akan tetapi ia seperti isteri pertama saja. Dan agaknya iapun sekarang sudah mengandung."

Goat Toanio dan Sun Siu Oh saling pandang dan tidak memberi tanggapan. Akan tetapi mereka diam- diam merasa heran akan jalannya nasib seseorang, dan merasa kagum dan juga iri melihat nasib cemerlang dari seorang gadis pelayan yang kini memasuki masa gemilang dan bahkan lebih mulia daripada keadaan dan kedudukan mereka sebagai janda-janda. Hari raya Ceng-beng tiba. Hari raya di mana keluarga pergi berkunjung ke kuburan Nenek moyangnya, untuk membersihkan kuburan, bersembahyang. Goat Toanio dan keluarganya juga pergi, dan setelah melakukan upacara sernbahyang, diantar oleh kacung A Tai,

Mereka mengikuti orang-orang yang membanjiri lapangan untuk menonton pertunjukkan kesenian dan olah raga. Pertandingan olah raga dipimpin oleh Li-Kongcu, putera dari Li-Taijin, pembesar yang berkedudukan tinggi dari Ceng-Ho-Sian. Li-Kongcu berusia tiga puluh tahun, bertubuh tegap dan sejak kecil dia suka akan olah raga, pandai silat, suka berburu binatang, menunggang kuda dan dia terkenal di antara para ahli silat dan olahragawan di sekitar daerah Ceng-Ho-Sian. Ketika itu, Li-Kongcu meninggalkan lapangan dan masuk ke dalam rombongan penonton untuk melihat-lihat dan tiba-tiba dia melihat serombongan wanita yang menarik perhatiannya, terutama seorang di antara mereka yang bertubuh tinggi semampai. Dia tertarik sekali dan ingin tahu siapa adanya wanita itu, sudah menikah ataukah masih bebas.

"Cepat kau selidiki siapa adanya tiga orang wanita yang mengenakan pakaian putih berkabung itu," perintahnya kepada kacungnya. Tak lama kemudian kacung itu kembali dan melaporkan hasil penyelidikannya dengan suara berbisik,

"Mereka adalah keluarga dari mendiang Hakim Distrik Shi Men. Yang tubuhnya paling kecil itu adalah Kakak iparnya bernama Wu, yang bertubuh sedang itu adalah isteri pertamanya bernama Goat Toanio. Yang tinggi itu adalah isteri ke tiga, namanya Mong Yu Lok, dan sampai sekarang, seperti yang lain itu, ia belum menikah."

"Bagus, terima kasih," kata Li-kong girang. Pemuda ini terus mengamati Mong Yu Lok, sampai akhirnya wanita ini bersama rombongannya memasuki joli dan meninggalkan tempat keramaian itu.

Sementara itu, ketika Goat Toanio dan Mong Yu Lok, ditemani enci dari Goat Toanio, nonton keramaian, yang menjaga rumah adalah Sun Siu Oh, isteri ke empat, dan puteri Shi Men. Mereka berdiri di pintu gerbang, melihat orang-orang yang lalu lalang di depan rumah mereka. Kebetulan sekali selagi mereka berdiri memandang orang-orang yang lewat, muncullah seorang pedagang barang-barang kelontong kebutuhan rumah tangga dan alat-alat rias, menawarkan dagangannya dengan teriakan nyaring. Puteri Shi Men menyuruh penjaga pintu gerbang untuk mengejar pedagang itu, menanyakan apakah pedagang itu menjual minyak gosok untuk membersihkan cermin. Pedagang itu mengatakan tidak menjual barang itu, akan tetapi dia tetap saja datang mendekat dan memandang dengan penuh perhatian kepada Sun Siu Oh.

"Kalau engkau tidak menjualnya, sudah saja! Kenapa berdiri di situ dan memandang seperti itu?" Sun Siu Oh menegur.

"Apakah engkau tidak ingat lagi kepadaku? Aku adalah Lai Wang, dahulu menjadi pegawai di sini."

"Apa? Engkau Lai Wang?" seru Siu Oh, terkejut. "Bagaimana aku dapat mengenalmu, engkau sekarang begini gemuk. Ke mana saja engkau seIama bertahun-tahun ini?" Tentu saja Siu Oh ingat pada Lai Wang, orang yang menjadi korban karena ulah isterinya, Lian Cu, yang berjina dengan Shi Men sehingga akibatnya, Lai Wang dihukum buang dan Lian Cu menggantung diri sampai mati.

"Setelah aku diusir keluar dan aku menjalani hukuman sampai akhirnya diberi pengampunan dan keluar. Aku kembali ke kampung halamanku di Sui-cou. Sampai beberapa lamanya aku menganggur, kemudian aku bekerja sebagai pelayan seorang bangsawan. Kemudian aku berhenti dan membantu seorang pandai perak di kota ini dan aku berkeliling menjualkan barang-barang kelontong buatannya. Ketika aku melihatmu, aku tidak berani memperkenalkan diri, kalau saja tidak disusul."

"Engkau tidak perlu takut kepada kami. Apa saja sih daganganmu itu? Masuklah dan biarkan kami melihat-lihat," kata Siu Oh dengan ramah dan akrab. Lai Wang membawa dagangannya masuk ke pekarangan sebelah dalam dan di situ dia memperlihatkan dagangannya yang banyak macamnya. Puteri Shi Men membeli hiasan rambut berupa kembang dan Siu Oh sendiri membeli mainan sepasang burung Hong dan sepasang ikan yang sedang bermesraan. Tentu saja pilihan ini merupakan suatu isyarat halus untuk Lai Wang. Akan tetapi Siu Oh mengatakan bahwa Lai Wang boleh mengambil uangnya besok dan hal inipun merupakan suatu undangan agar Lai Wang datang lagi pada keesokan harinya. Ketika Lai Wang... datang lagi dengan dagangannya, Goat Toanio juga menegurnya dengan gembira.

"Wang, mengapa selama ini engkau tidak pernah memperlihatkan dirimu?" "Setelah apa yang terjadi dahulu, saya tidak berani lagi datang ke sini."

"Ah, kenapa begitu? Majikanmu telah meninggal dunia untuk beberapa lamanya dan dahulu engkau sudah seperti anggauta keluarga kami sendiri. Engkau boleh datang berkunjung kapan saja engkau suka. Adalah wanita itu, Nyonya ke Lima, yang bertanggung jawab atas peristiwa yang tidak menyenangkan dan yang menimpa dirimu itu. lalah yang selalu mencari gara-gara, dan ia pula yang membuat isterimu Lian Cu sampai membunuh diri, dan ia pula yang membuat majikanmu terpaksa mengusirmu dengan bermacam cara. Akan tetapi sekarang ia telah menerima hukumannya yang setimpal."

"Toanio, sungguh melegakan hati mendengar toanio bicara seperti itu."

Posting Komentar