Si Tangan Halilintar Chapter 67

NIC

“Ketahuilah bahwa kini bangsa Mongol sedang melakukan gerakan untuk menundukkan Pemerintah Mancu dan merampas kerajaan. Mereka di pimpin oleh seorang tokoh Mongol yang gagah perkasa dan hebat bernama Galdan. Mereka mulai menyerbu ke selatan dan kalau kita dapat bergabung dengan mereka dan membantu gerakan mereka, tentu gerakan menentang Pemerintah Mancu akan berhasil!”. Cun Song mengerutkan alisnya. "Akan tetapi itu berarti bahwa tanah air kita akan tetap di jajah bangsa Mongol kembali seperti dahulu kalau Pemerintah Mancu kalah. Lalu apa bedanya? kita tetap saja di jajah bangsa asing!”.

"Bukan begitu, Cun Song. Kita bergabung dengan orang Mongol hanya untuk menjatuhkan Pemerintahan Mancu. Kalau hal itu sudah terjadi, kiranya akan lebih mudah untuk membalik dan mengusir orang-orang Mongol sebelum mereka menyusun kekuatan di sini”.

Cun Song mengangguk-angguk mengerti dan setuju. "Lalu, bagaimana untuk dapat mengadakan kontak dengan mereka, twako?”.

"Aku sudah mencari keterangan tentang cara itu, Cun Song. Menurut keterangan yang kami dapat, kini Pangeran Galdan, demikian dia menyebut dirinya, katanya dia masih keturunan Kaisar Jenghis Khan dahulu, mempunyai beberapa tempat persembunyian di perbatasan utara”.

"Baiklah, ku harap engkau akan melanjutkan usahamu untuk mengadakan hubungan dengan mereka. Aku sendiri masih mempunyai urusan penting”.

"Urusan penting apakah, Cun Song? Kami akan membantumu”.

"Tidak, twako, ini merupakan urusan pribadiku. Akan ku selesaikan sendiri. Ku harap engkau melanjutkan usahamu mengadakan kontak dengan Pangeran Galdan. Setelah nanti ada hubungan, aku akan mencarimu”.

"Baiklah, Cun Song. Kelak ku harap kita akan dapat selalu bekerja sama dan menikmati hasilnya bersama pula. Akan tetapi dimana aku dapat menemuimu. Setelah aku berhasil mengadakan hubungan dengan Pangeran Galdan?”.

"Bukan engkau yang menghubungi aku, twako. Akan tetapi aku yang akan mencarimu di daerah lembah Huang-ho”.

"Baiklah, Cun Song. Ada lagi sesuatu yang amat penting untuk kau ketahui”. "Apakah itu, twako?”.

"Begini, Cun Song. Kami mendapat sebuah berita rahasia lagi tentang seorang pengeran keponakan kaisar Mancu bernama Pangeran Dorbai”.

Cun Song mengerutkan alisnya mendengar ini. Pangeran Dorbai adalah Pangeran Mancu yang memimpin pasukan menyerbu rumah paman tuanya, yaitu mendiang Song Kwan dan penyerbuan itu menyebabkan Song Kwan dan isterinya juga ayah ibunya sendiri tewas!.

"Ada apa dengan Pangeran jahanam itu?” tanyanya dengan hati mulai merasa panas. "Eh? Agaknya engkau membencinya, Cun Song?”.

"Apakah engkau juga tidak membenci semua keluarga Kaisar Mancu, twako?”.

"Ah, benar juga. Akan tetapi ketahuilah, Cun Song, menurut penyelidikan kami, kami mendengar akan suatu rahasia, yaitu bahwa diam-diam Pangeran Dorbai mempunyai hubungan rahasia dengan Pangeran Galdan orang Mongol itu”.

Cun Song memandang heran. "Aih, benarkah itu, twako? Bukankah Pangeran Dorbai itu seorang yang sibuk menentang para pejuang?”.

"Dulu memang begitu. Akan tetapi kini ia telah di angkat oleh Kaisar sebagai seorang menteri, pejabat tinggi yang mengepalai seluruh pejabat di daerah sehingga dia memiliki kekuasaan yang tinggi. Pengaruhnya besar sekali dan agaknya kekuasaan tinggi itu menyebabkan dia bercita-cita untuk meraih kedudukan yang lebih tinggi lagi”.

"Hemmm, memberontak?”. "Ku kira begitulah. Dia hanya keponakan kaisar sehingga tentu saja tidak berhak mewarisi tahta kerajaan. karena itulah agaknya kini dia melihat kesempatan dengan adanya gerakan Pangeran Galdan dari Mongol itu untuk menjatuhkan kekuasaan Kaisar Kang Shi, pamannya sendiri sehingga dia mempunyai kesempatan untuk menggantikan kedudukan kasiar”.

"Hemmm, kalau begitu boleh juga engkau mengadakan kontak dengan Pangeran Dorbai itu, twako. Kelak kalau kita berhasil menjatuhkan kekuasaan pemerintah Mancu, aku sendiri yang akan membunuh Pangeran Dorbai sebelum dia mengambil kesempatan menjadi kaisar!”.

Pernyataan kebencian yang di lontarkan Cun Song terhadap Pangeran Dorbai ini tidak mengherankan Can Ok sehingga dia tidak menduga bahwa ada sesuatu antara pemuda itu dengan Pangeran Dorbai karena di antara para pejuang yang membenci pemerintah penjajah Mancu, siapa yang tidak membenci seorang pangeran, apalagi kalau pangeran itu dulu selalu sibuk membasmi para pejuang seperti Pangeran Dorbai?.

"Baiklah, Cun Song. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Mudah-mudahan saja apa yang kita cita-citakan berhasil”. Cun Song tersenyum. "Cita-cita kita yang bagaimana, Can-twako?”.

Can Ok tertawa. "ha-ha-ha, tentu saja engkau kelak menjadi kaisar dan aku menjadi Perdana menterinya!”.

Mendengar ini, Cun Song tertawa bergelak dan Can Ok terbahak-bahak sehingga mereka berdua tertawa dengan gembira membayangkan terlaksananya cita-cita yang muluk itu.

Setelah berbincang-bincang cukup, Cun Song pamit dan meninggalkan tempat itu. Can Ok lalu bersiap-siap untuk melaksanakan rencananya, yaitu mengadakan hubungan dengan Pangeran Galdan di perbatasan utara. Untuk mengadakan hubungan dengan Pangeran Dorbai, tentu saja dia belum berani karena hal itu pasti tidak mudah di lakukan. Pangeran yang berniat memberontak ini pasti tidak berani terang-terangan mengadakan hubungan dengan para pejuang yang selama ini menjadi musuhnya. Baru mungkin mengadakan kontak dengan Pangeran Dorbai kalau dia sudah menjadi sekutu orang-orang Mongol.

****

Kota Ci-kian adalah sebuah kota yang cukup ramai karena mempunyai hubungan langsung dengan kota raja. Perdagangan tumbuh dengan baik karena kota ini menjadi pusat pemasok barang kebutuhan makan sehari-hari bagi penduduk kota raja.

Penduduk kota Ci-kian rata-rata hidup cukup sejahtera dari penghasilan mereka bercocok tanam dan berdagang hasil sawah lading. Karena itu, biarpun mereka di jajah Kerajaan Ceng pimpinan orang mancu, rakyat merasa cukup sandang pangan papannya sehingga hidup dengan aman tentram. Akan tetapi, baru beberapa bulan ini kota ini di ganggu seorang penjahat yang amat lihai. Penjahat itu melakukan perkosaan dan pembunuhan secara kejam sekali. Hebatnya gerakannya seperti setan karena amat cepatnya sehingga tidak ada seorangpun yang dapat melihat wajahnya dengan jelas. Yang melihatnya dengan jelas mungkin hanya mereka yang telah di bunuhnya. Mereka yang tidak terbunuh hanya melihat bayangan seorang laki-laki, wajahnya tidak jelas, tubuhnya tegap dan penjahat itu hanya memiliki lengan kanan karena lengan kirinya buntung dan sisanya tersembunyi dalam lengan baju yang kosong. Ada pula yang mendengar pengakuan penjahat itu yang berjuluk sebagai Si Tangan Halilintar karena semua pembunuhan dilakukan dengan tamparan yang demikian kuatnya sehingga yang di tampar pecah kepalanya atau patah-patah tulang dadanya, juga berguncang remuk isi perut dan dadanya!. Lebih hebat lagi, apa yang menjadi korbannya hanyalah orang-orang pribumi Han. Belum pernah dia mengganggu pembesar Mancu. Dalam waktu tiga bulan saja, sudah ada lima orang gadis di perkosa dan di bunuhnya, dan ada sepuluh orang pribumi Han yang tidak berdosa dibunuhnya. Maka, kota Ci-kian menjadi gempar dan nama julukan Si Tangan Halilintar tersohor dan di takuti orang.

Posting Komentar