Si Rajawali Sakti Chapter 62

NIC

"Eh, Kui Lin, ucapan Han Lin benar kata Perwira Kwa. '"

"Ya, Kui Lin, engkau harus menyebu Han Lin sebagai kakakmu!" kata pul ibunya. "Nah, benar, bukan? Hayo, Adikku

kita latihan. Sebut aku Lin-ko. Hayolah, kalau tidak latihan dan kemudian ada Tang lain mendengar engkau menyebut namaku begitu saja, engkau akan dikatakan adik yang kurang ajar!" Han Lin i lenggoda.

Dengan mulut masih cemberut, Kui I i n terpa~ksa berkata. "Lin-ko "

"Nah, sedap didengar, bukan Lin-moi?"

Mereka semua membuat persiapan perayaan pernikahan itu dengan gembira. Memang tidak besar-besaran, hanya mengundang sanak keluarga Perwira Kwa Siong dan beberapa orang teman pejabat di Cin-an saja. Semua orang memuji Perwira Kwa yang pandai memilih isteri baru, karena Nyonya Song memang terkenal ebagai seorang janda yang selain cantik dan lembut, juga terhormat dan Baik budi, suka menolong orang dengan pengobatan tanpa memungut bayaran tinggi, bahkan bagi yang tidak mampu, ia menolong dengan gratis.

Tiga hari setelah pernikahan dan Kui Lin bersama ibunya sudah pindah ke rumah Perwira Kwa, mengosongkan rul mah lama, Kui Lin mengatakan kepadl ibunya bahwa ia ingin memenuhi pesan dalam surat gurunya. Mereka lalu berunfl ding, dihadiri pula oleh Han Lin yanal seolah-olah kini benar-benar sudah dm anggap keluarga sendiri, sebagai kakakl dari Kui Lini

"Kui Lin, mengapa engkau tergesaJ gesa hendak pergi lagi?" kata ibunyaJ kini sebutannya bukan lagi Nyonya SongJ melainkan Nyonya Kwa.

"Ibu, aku harus menaati perintah Suhu J pula memang aku harus memanfaatkan! semua ilmu yang dengan susah payahi sudah kupelajari dan kulatih bertahun-" tahun. Apalagi sekarang hatiku dapat tenang meninggalkanmu karena di sini ada Paman eh, maaf, keliru lagi, adai Ayah yang melindungimu. Dengan adanya Ayah

dan ratusan orang perajurit dalam pasukannya, tidak ada orang akan berani mengganggumu."

"Anakku, bukan diriku yang Ibu khawatirkan, akah tetapi keselamatanmu! Siapa tahu apa yang akan terjadi di kota

raja!" kata Nyonya Kwa.

"Saya kira Paman Kwa tentu lebih mengetahui akan keadaan di kota raja. Lebih baik kalau Lin-moi mengetahui lebih banyak akan keadaan di kota raja sebelum pergi ke sana."

"Ayah, ceritakanlah apa yang terjadi di sana? Kalau Suhu menyuruh aku ke sana untuk mencegah terjadinya perang saudara, tentu sedang terjadi sesuatu di sana." Perwira Kwa Siong mengangguk-angguk. "Sesungguhnya, dilihat dari luar, tidak terjadi apa-apa di kota raja. Sri-baginda Kaisar memerintah dengan adil dan bijaksana. Akan tetapi sebenarnya, di sebelah dalam memang terdapat hal -ha!

-yang mengkhawatirkan. Seperti diketahui, setelah menggantikan Dinasti Chou menjadi Dinasti Sung, Kaisar Sung Thai Cu dengan bijaksana menerima bar nyak pejabat tinggi dan bangsawan bekas Kerajaan Chou menjadi pejabat. Kebijaksanaan ini mempunyai segi buruknya, yaitu memberi kesempatan kepada bekas kelompok Kerajaan Chou untuk bersatu dan membuat persekongkolan. Bukan tida mungkin di antara mereka itu banyak yang mempunyai ambisi untuk membangun kembali Kerajaan Chou dan menumbangkan Kerajaan Sung. Nah, agaknya keadaan ini yan membuat gurumu merasa khawatir dan mengutus engkau ke kota raja untuk membantu usaha para pendekar memadamkar kerusuhan atau pemberontakan sehingga tidak terjadi perang saudara."

"Akan tetapi bagaimana mungkin orang yang sudah diberi kedudukan masih ingin memberontak?" tanya Kui Lin penasaran.

"Hal itu tidak mengherankan, Kui Lin." kata Han Lin. "Demikianlah watak manusia yang lemah dan tidak dapat menguasai nafsu-nafsunya sendiri. Mereka itu selalu membayangkan dan menginginkan yang lebih daripada apa yang dimilikinya. Ini yang membuat mereka selalu tidak puas dan ambisi mereka untuk memperoleh yang lebih tidak pernah padam, dan keinginan memperoleh apa yang mereka dambakan itu seringkah menimbulkan cara-icara yang' tidak baik."

"Pendapat Han Lin ada benarnya," kata Perwira Kwa. "Akan tetapi ada pula orang yang masih setia kepada Kerajaan Chou, yang diam-diam mendendam kepada Kaisar Sung Thai Cu sebagai pendiri Dinasti Sung dan mereka setelah mendapatkan kedudukan tinggi, ingin sekali membangun kembali Kerajaan Chou. Mereka tentu terdiri dari para keluarga Kaisar Kerajaan Chou yang telah jatuh."

Si Han Lin menjadi tertarik sekali. "Paman, kalau menurut pendapat Paman, siapakah yang sekiranya mempunyai ambisi untuk membangun kembali Kerajaan Chou itu?"

Perwira Kwa menghela napas panjang. "Banyak sekali bekas orang Kerajaan Chou yang kini diberi kedudukan oleh Sribaginda Kaisar Sung Thai Cu. Hal ini' mungkin sekali karena Sribaginda mengingat bahwa beliau juga m?«ih seketurunan dengan keluarga Kerajaan Chou dan beliau dahulu bernama Chou Kuang Yin dan menjadi seorang panglima besar di Kerajaan Chou. Akan tetapi yang kini memiliki kedudukan paling tinggi dan juga merupakan kerabat terdekat dari mendiang Kai sar Chou Ong adalah Pangeran Chou Ba Heng yang dulu adalah keponakan men diang Kaisar Chou Ong dan kini diber kedudukan Penasehat Angkatan Peran oleh Sribaginda Kaisar.

Dialah yang ka barnya selain seorang ahli perang da ahli silat pandai, juga memiliki hubunga luas dengan para tokoh dunia kang-ouw. Maka, sudah sepatutnya kalau Chou Ban Heng yang kini berpangkat Jenderal itu diawasi gerak-geriknya.

Han Lin menjadi semakin tertarik. "Ah, kalau begitu mungkin sekali akan timbul pemberontakan dan perang saudara seperti yang dikhawatirkan gurumu, Lin-moi. Aku menjadi tertarik untuk melihat keadaan di sana."

"Bagus sekali!" Kui Lin bangkit berdiri dan melonjak kegirangan. "Mari kau temani aku, Han Lin! Kita pergi bersama!"

"Hushhh, Kui Lin. Kau menyebut apa kepada kakakmu?" bentak ibunya. "Oh, ya!" Kui Lin tertawa. "Maaf, Lin-ko, aku lupa."

"Han Lin, kami girang sekali men-

ngar engkau juga hendak pergi ke kota a. Kami titip anak kami, tolong jaga n lindungi ia yang belum banyak pe-alamannya dan terlalu keras kepala." ata Nyonya Kwa.

"Ahhh, ibu!" Kui Lin merajuk manja. "Han Lin, kalau ia menjadi liar dan idak menurut kata-katamu, kau boleh ewakili aku untuk menjewer telinga-ya!" kata pula Nyonya Kwa. Mereka lalu berkemas dan Perwira Kwa menitipkan sepucuk surat kepada Han Lin untuk diserahkan kepada Pange-ian Sung Thai Cung, yaitu adik kandung Kaisar Sung Thai Cu. Pangeran Sung Thai Cung ini dahulunya bernama Chou Kuang Tian dan kini dia dipercaya kakaknya nenjadi panglima besar angkatan perang Kerajaan Sung.

Usianya empat puluh lima tahun dan dia dahulu menjadi sahabat baik Perwira Kwa. Surat perkenalan itu akan membuat Han La. dan Kui Lin dapat diterima sebagai orang yang boleh

dipercaya.

Setelah berkemas, pemuda dan gadis itu pun meninggalkan kota Cin-an. Setibanya di luar kota, Han Lin bersui nyaring memanggil rajawali. Terdenga jawaban dari dalam hutan tak jauh dar situ dan tak lama kemudian rajawali it terbang datang. "Ain, senang sekali mempunyai rajawali seperti itu' Akan tetapi mengar. engkau tidak membiarkan dia berada gedung ayah bersama kita, Lin-ko?"

"Dia tidak akan betah tinggal di sana! Lin-moi, tidak suka menjadi tontonan. Dia mempunyai dunianya sendiri, yaitu di antara pohon-pohon besar dalam hutan." Rajawali itu kini meluncur turun dan hinggap di atas tanah dekat Han Lin. |

Kui Lin memandang dengan kagum. Tinggi burung itu hampir sama dengan tinggi badannya sendiri, sepasang sayap dan sepasang kakinya tampak demikian kokoh kuat.

;

"Lin-ko, aku ingin sekali menungganginya. Mari kita berdua menungganginya dan suruh dia membawa kita terbang ke kota raja!"

"Tidak bisa, Lin-moi. Selain kita berdua terlalu berat baginya, juga dia akan

I kusuruh pulang membawa suratku kepada I Suhu agar Suhu mengetahui ke mana [aku pergi dan apa yang akan kulakukan di kota raja."

Posting Komentar