Si Rajawali Sakti Chapter 58

NIC

"Adikku,, yang._jnanis, apa kau_ kira manusia tidak makan -daging yang dibunuhnya? Berapa banyaknya daging binatang setiap hari dimakan manusia setel dibunuh? Ketahuilah, binatang liar \ J .e"ibufu} karena n ercka hirus rnel bunuh untuk bertahan hidup. Makani pnereka memang daging para korbannj Akan tetapi manusia saling bunuh <| ngan sesama manusia karena kebencjal karena permusuhan. Manusia membunjj pintang juga dimakan dagingnya, aki JLel^iL bukan karera kelaparan, melainkfl .untuk menikmati kelezatannya, Dan mj nusia menyadari akan kekejamannya m namun tetap saja mereka melakukannya Aku tidak mau diracuni dendam kebenci ,an. Biarlah Tuhan vang menilai, karen semua berkat dan hukuman hanya merj jadi hak Tuhan untuk melakukannya."

"Wah-wah, engkau ini seorang pert dekar atau seorang pendeta, berkotbah d sini. Melihat kepandaianmu yang tinggi engkau pasti telah mempelajari ilmu sila sejak kecil dan sudah bertahun-tahun."

"Memang, sedikitnya sepuluh tahui aku mempelajari ilmu dengan tekun dai dengan sungguh-sungguh."

"Nah, kalau pendirianmu seperti se>

ang ini, lalu apa artinya engkau be-i ar silat sampai mencapai tingkat ting- "Aduh, agaknya engkau telah keliru - sar menilai artinya orang belajar silat, Adik aih, tidak enak rasanya kita

\ dah berbincang-bincang begini panjang n jauh, akan tetapi belum saling melenai nama sehingga sulit menyebut, lari kita berkenalan dulu. Namaku Si Han Lin, yatim piatu, sebatang kara, se-ik kecil ikut guru di Puncak Bukit Cemara, Pegunungan Cin- lin-san, umurku i ua puluh satu tahun!" Han Lin memper-enalkan diri dengan kocak, menyebutkan mur segala.

"Sebatang kara? Tidak mempunyai sanak saudara sama sekali?" tanya Kui Lin. "Wah, kalau sanak saudara sih, banyak sekali, tidak terhitung jumlahnya!" kata Han Lin.

"Eh? Masa ada orang mempunyai saudara vang tak terhitung jumlahnya saking banyaknya?"

"Benar,-_£ngkaij_ ini termasuk salah satu _di /5rvtara_saudiira-5dudaraku. Sena Ofang di dunia irri adalah saudaraku."

Kui Lin cemberut. "Ngawur! &ajf begitu, semua penjahat, bahkan TjM pi San>-wan dan anak buahnya tadi, n J reka se mua itu juga saudaramu?"

"Ya..» J

b. /»rsama dengan aku. Sudahlah, Adik yarJ naik, aku sudah memperkena kan diri sekarang aku ingin mendengar siapa n* mamu dan di mana tempat tinggalmu." j "Namaku Song Kui Lin, ayahku sudai meninggal dunia dan ibuku berdagang obat, tinggal di Cin-an. Han Lin, engkau ini manusia aneh. Belum pernah selama hidupku aku bertemu dengan seorang manusia aneh seperti engkau ini!"

"Aku aneh? Lho, apa anehnya? Apai kah aku mempunyai buntut? Aku samaf dengan semua pria lainnya, Kui Lin. KeT napa engkau mengatakan aku aneh?" Hati Lin tersenyum.

Kui Lin cemberut. "Engkau memilik) inu silat yang tinggi, dan engkau sudah a kali menolongku, berarti engkau suka cnentang kejahatan dan menolong orang perti sikap seorang pendekar. Akan «tapi, sungguh membuat orang mati » nasaran "

"Eitti! Jangan mati penasaran, Kui in! Sayang ah, engkau masih begini . i uda "

"Aku tidak akan mati, engkau yang hbih dulu mati L" bentak Kui Lin. "Maksudku, engkau seorang pendekar, akan ?ttapi engkau juga seorang yang put-Ivauw!"

Han Lin tertegun. Kata-kata put-hauw {tidak berbakti) adalah sebuah kata yang mat tidak disukai orang karena dalam i ata itu bukan hanya sekadar berarti ndak berbakti, melainkan lebih daripada itu. Put-hauw dapat berarti anak yang lurhaka, anak yang terkutuk! Semua rang di Cina merasa ngeri dan tidak a yang mau menerima kalau disebut nak put-hauw'

Han Lin mengerutkan alisnya. "Engkau selalu salah menilai, Kui Lin." katanya kini tanpa senyum. "Tadi engkau sa menilai arti orang belajar silat, sekara engkau keliru pula menilai aku anak pu hauw."

"Kalau aku keliru seperti yang katakan, hayo katakan di mana kel' nyai" gadis itu menantang.

"Apa kau kira belajar silat itu han untuk menjadi tukang pukul, tukang !x kelahi, untuk melukai atau membui orang, untuk menang-menangan menjadi jagoan? Pendapat demikian it salah sama sekali, bahkan mengotori ar dari ilmu silat itu sendiri. Di jarrr dahulu, ilmu silat muncul dalam kehidu an manusia, bukan diadakan oleh orang orang yang kuat dan suka menindas ya lemah. Ilmu silat lahir justeru kare adanya penindasan dari yang kuat ter hadap yang lemah. Si,-lemah yang kala kuat itulah yang kemudian mencari akal, bagaimana caranya bagi si lemah untuk melawan si kuat, bukan untuk menyerang mencari musuh, melainkan untuk membela dirinya dari tindasan si kuat yang sewenang-wenang. Ilmu silat mempunyai

tiga unsur pokok. Pertama, yaitu tadi, untuk membela diri dari si kuat yang sewenang-wenang menindasnya, ke dua, ilmu silat daiah ilmu gerak tari yang memperlihatkan keindahan gerakan tubuh manu-ia, dan ke tiga yang lebih penting lagi, i mu silat adalah gerak atau olah raga yang sejalan dengan olah jiwa, sehingga yang sehat kuat bukan hanya raganya, melainkan terutama sekali jiwanya. Raga yang kuat namun jiwa yang lemah akan membuat orangnya mempergunakan kekuatan raganya untuk memuaskan nafsu-nafsunya, bertindak sewenang-wenang yang menjurus kepada kejahatan. Oleh karena itu, setiap orang guru silat haruslah mengutamakan latihan untuk membangun akhlak dan menguatkan jiwa terlebih dulu sebelum menguatkan raganya. Itulah ilmu silat, Kui Lin."

"Wah, panjang lebar bertele-tele, Han Lin. Semua yang kau ucb«rkan itu sudah semestinya. Guruku adalah Louw Keng Tojin yang berjuluk Lam-liong (Naga Selatan), seorang tosu (pendeta To), tentu saja selain ilmu. silat juga mengajarkan tentang kebajikan, maka aku se menentang kejahatan dan membela benaran dan keadilan! Akan tetapi e kau bukan saja bersikap lunaf' terha para penjahat, bahkan engkau tidak in membalas dendam terhadap para penj&hfl keji yang telah membunuh ayah ibumi! Apakah itu bukan put-hauw namanya?" j

"Hauw (bakti) bukan sekadar mejJ balas dendam. Kui Lin. Orang yang ben bakti kepada orang tuanya, yang tem penting adalah menjadi orang yang berB kelakuan baik dan bertindak benar, karfj na hai ini berarti akan mengharumkaj pama orang tua, 'walaupun orang "tUM sudah tidak ada di dunia. Seorang anail yang hprhuflf haik akan mengangkat dengan tajam dan nama orang tuanya karena!

Orang-orang _ akan bertanya-tanya siapal orang tua anak vang baik budi itu. SeJ baliknya anak yang .berbudi jahat akan I menyeret nama orang tuanya ke dalami lumpur. Memang kuakui, Tiat-pi Sam-| wan itu amat jahat telah membunuhi orang tuaku. Akan tetapi kalau aku diracuni dendam kebencian terhadap mereka lalu membalas, membunuh mereka it'-ngan kejam, lalu apa bedanya antara u dan mereka? Apakah nama orang > aku yang sudah meninggal dunia akan terangkat kalau aku membunuh Tiat-pi Sam-wan karena dendam kebencian?"

"Uhhh, engkau memang manusia aneh! i alu, apa yang akan kau lakukan ter-adap orang-orang yang telah membunuh

orang tuamu?"

"Aku menentang kejahatan tanpa melihat orangnya, tanpa melihat apakah mereka itu membunuh orang tuaku atau tidak. Kalau mereka yang membunuh rang tuaku itu ternyata bukan orang yang melakukan kejahatan, sudah pasti aku tidak akan menentangnya. Kalau mereka jahat, aku akan menentangnya, menentang kejahatannya."

"Hemmm, menentang mereka akan tetapi tidak mau membunuh, lalu apa yang akan kau lakukan terhadap mereka?"

"Terhadap semua pelaku kejahatan, tanpa pilih bulu, aku pasti akan menentangnya, bukan dengan cara membunuh mereka, melainkan kalau mungkin aku akan menyadarkan mereka agar mer kembali ke jalan benar. Kalau perJu, akan menggunakan kepandaian silat r menundukkan mereka agar mereka rasa jera dan bertaubat. Akan membunuh, tidak.. Yang berhak ir., bunuh atau menghidupkan hanya Tuhan.

"Engkau aneh. Mengapa sih en takut membunuh orang jahat?"

"Bukan takut, Kui Lin, akan teta aku tidak mau menjadikan perbuata~ sebagai mata rantai Karma senin terus berputar dan bersambung ti putusnya."

"Hemmm, maksudmu?" "Begini, Kui Lin. Tiat-pi Sam-membunuh ayah ibuku, peristiwa itu j dah pasti ada hubungannya dengan kar orang tuaku. Kalau aku membunuh m reka, apakah kau kira urusannya akai habis sampai di situ saja? Setiap poho ada buahnya, setiap'perbuatan pasti a* akibat kelanjutannya. Sudah pasti di pi hak Tiat-pi Sam-wan akan ada yang jug timbul dendam kebencian seperti aku dc akan berusaha membalas dendam deng

Membunuhku. Lalu, dari pihakku ada pufa Ung mendendam dan berusaha membalas mbunuhku. Dendam mendendam, benci lembenci, bunuh membunuh. Itulah ran

Karma yar,g tiada putusnya. Mata tai yang menyambungnya adalah per-tan kita. Nah, kalau aku tidak men dam dan tidak melakukan balas dendam, berarti aku tidak menjadi mata lantai yang menyambung sehingga rantai karma yang bunuh membunuh itu pun terputus dan berakhir, terganti karma lain yang lebih baik.

Mengertikah kau, Kui Lin?"

"Ah, rumit benar! Aku tidak mengerti. Pokoknya, aku akan bertindak sesuka hatiku, menentang para penjahat, kalau perlu membunuh mereka agar mereka tidak mendatangkan kesengsaraan kepada rakyat dan membela mereka yang benar dan tertindas. Pendeknya, aku akan menegakkan kebenaran dan keadilan, membela yang lemah tertindas dan menentang yang kuat sewenang-wenang. Kalau seorang pendekar tidak mau membunuh penjahat, dia itu seorang pengecut!"

Han Lin mengerutkan alisnya. Gadfl ini sungguh liar dan ganas, pikirnya dai tidak ada gunanya berbantahan dengar™ nya.

"Terserah kepadamu, Kui Lin. Akal tetapi sekali-kali kau ingat dan kenang! kan kembali percakapan kita ini." Kail Lin berseru memanggil rajawalinya. Bui rung itu melayang turun dan Han Lift! segera melompat ke punggurgnya dari rajawali terbang membubung ke angkasa. I Setelah Han Lin pergi, bo ulah Kui Lin merasa kehilangan. Ia tentu saja! dapat mengerti maksud semua ucaparl Han Lin tadi.

Gurunya juga mengajarkan* hal yang hampir sama. Akan tetapi ke-I kerasan hatinya membuat ia enggan un-l tuk mengaku salah. Setelah Han Lini pergi, baru ia merasa betapa hatinya I merasa amat kagum kepada pemuda itu, I hanya ia menyayangkah bahwa pemuda! itu baginya terlalu lemah!

Posting Komentar