Si Rajawali Sakti Chapter 50

NIC

"Menurut aku, siasat itu bagus sekali dan kiranya hanya dengan cara itulah kalian akan berhasil, Chou Kongcu."

"Engkau tidak cemburu, bukan?" muda itu menggoda sambil mengamati wajah wanita yang menjadi kekasih barunya itu.

Cu Yin tersenyum. Kemarin malam memang ia merasa tak senang ketika perkenalkan kepada Hui Lan dan mendengar bahwa gadis itu adalah calon isteri Kian Ki. Ia menganggap gadis itu akan menjadi penghalang niatnya? Bermain gila dan bersenang-senang denjan Kian Ki, maka diam-diam ia berusaha membunuhnya.

Akan tetapi usahanya itu gagal karena Liu Cin menyambitkan batu-batu ke arah tempat ia bersembunyi. Agar jangan ketahuan, ia cepat melarikan diri. Akan tetapi setelah ia banyak bicara dengan Kian Ki dan mulai mengenal? watak pemuda yang mata keranjang ini ia tahu bahwa Hui Lan tidak akan me jadi penghalang.

"Aih, Kongcu, mengapa cemburu? Kita sudah sepakat untuk sama-sama mencari kesenangan dan tidak ada ikatan di antara kita. Engkau bebas bermain cinta dengan wanita manapun, sebaiiknya aku pun tidak terikat kepadamu dan aku pun memperoleh kebebasan. Apalagi Hui Lan adalah calon isterimu yang sudah ditentukan oleh orang tuamu dan orang tua Hui Lan. Tentu saja aku tidak cemburu bahkan aku akan membantumu." "Membantuku? Membantu bagaimana?"

"Membantu engkau mencapai kehendakmu tanpa harus menggunakan paksaan secara kasar karena kalau engkau melakukan perkosaan, aku sangsi apakah Hui Lan akan mau tunduk. Gadis itu memiliki watak yang keras. Aku mempunyai cara yang jauh lebih baik. Mendekatlah, agar kubisikkan siasatku dan tidak terdengar orang lain."

Kian Ki mendekatkan telinganya ke mulut wanita itu dan sambil merangkul leher pemuda itu, Cu Yin berbisik-bisik. Kian Ki tampak senang sekali dan sambil menanti datangnya tengah malam mereka tenggelam dalam gelombang nafsu mereka sendiri.

Manusia adalah mahluk yang paling sempurna perlengkapannya dan menjadi mahluk yang memiliki kepandaian dan kekuasaan karena kita disertai hati atau pikiran. Akan tetapi justeru pikiran kini yang dapat menyeret kita menjadi mahluk yang paling rapuh dan kejam. Kita mengadakan hukum-hukum, hukum adat, hukum agama, hukum pemerintah dan hukum-hukum kesusilaan dan lain-lain. Makin banyak kita manusia mengadakan hukum, makin banyak pula yang kita langgar sendiri!

Mahluk selain manusia sejak lahir juga disertai nafsu-nafsu karena tanpa adanya nafsu yang menyertai hidup, makhluk tidak dapat hidup. Di antaranya selain mendorong untuk terdapat gairah hidup, nafsu juga memberi kenikmatan Kenikmatan nafsu dalam makan membuat semua mahluk suka makan sehingga tinggal hidup tidak mati kelaparan. Nafsu dalam hubungan sex membuat semua mahluk dapat menikmatinya dan mau melakukannya sehingga semua mahluk dapat berkembang biak dan tidak musnah. Akan tetapi semua mahluk selain manusia mempergunakan dan melakukan hasrat nafsunya di bawah pengendalian nalurinya sehingga semua berlangsung apa adanya dan wajar saja, apalagi karena makhluk mengadakan hukum apa pun maka tidak terjadi pelanggaran apa pun.

Demikian pula manusia sejak lahir disertai berbagai macam nafsu yang mendatangkan kenikmatan sehingga menolong manusia mempertahakan hidupnya. Akan tetapi selain disertai nafsu, manusia juga dikaruniai hati akal pikiran dan kelebihan ini bahkan seringkah mendorong manusia berbuat menyimpang dari kewajaran dan batasan hukum-hukum yang mereka adakan sendiri. Pikiran yang membuat manusia bukan menjadi majikan dari nafsu-nafsunya sendiri, melainkan menjadi budak yang dikuasai nafsunya sendiri. Pikiran membayangkan kenikmatan- kenikmatan itu, ingin mengulang lalu mulailah kita melakukan pengejaran untuk dapat memperoleh kenikmatan yang ditimbulkan nafsu itu. Dan kalau nafsu sudah menjadi majikan, kita menjadi budak yang dikuasainya, maka terjadilah perbuatan- perbuatan yang melangga hukum-hukum yang kita adakan sendiri. Kenikmatan memiliki harta benda yang dapat memenuhi semua kebutuhan hidup seperti sandang-pangan-papan kita kejar-kejar dan dalam pengejaran ini muncullah segala macam cara yang melanggar hukum-hukum kita sendiri seperti mencuri. merampok, menipu, korupsi, manipulasi, dan sebagainya. Kenikmatan dalam hubungan sex yang sesungguhny amat indah dan suci karena hal itu m rupakan syarat mutlak untuk perkembangbiakan manusia, juga merupakan pencurahan yang paling inti dari kasih sa yang antara suami / isteri, oleh pikiran dibayang-bayangkan seolah dikunyah- kunyah sehingga membangkitkan gairah untuk mengejarnya. Pengejaran ini menimbulkan segala cara yang melanggar hukum-hukum yang diadakan manusi sendiri dan terjadilah perkosaan, perjinahan, pelacuran dan sebagainya!

Kalau nafsu sudah memperbudak manusia, maka segala pengetahuan tidak ada artinya. Sejak ribuan tahun yang lalu, Tuhan telah memberi petunjuk melalui manusia-manusia yang dipilihNya agar menyebarkan pelajaran tentang hal yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan, melaksanakan kebaikan dan mengharamkan serta menjauhi kejahatan atau perluatan yang melanggar hukum tadi. akan tetapi kenyataannya, segala pengetahuan yang ditampung dalam pikiran sama sekali tidak mampu mengendalikan nafsu. Adakah seorang pun pencuri di dunia ini yang tidak tahu bahwa mencuri itu jahat? Adakah seorang pun koruptor di dunia ini yang tidak tahu bahwa. korupsi itu jahat? Semua telah tahu! Setiap orang yang melakukan kejahatan tentu tahu bahwa apa yang dilakukannya ! tidak baik dan tidak boleh!

Akan tapi tetap saja di mana-mana terjadi tindakan yang jahat itu. Pengetahuannya, hati akal pikirannya, tidak mampu mengekang gairah nafsunya sendiri. Bahkan sang pikiran yang suka mengaku-aku sebagai Aku itu membela nafsu dan membantah pengetahuan tentang hukum dan pelanggarannya itu. Misalnya seorang pencuri, kalau kesadarannya akan kesalahannya itu muncul, hati akal pikirannya segera berbisik. "Tidak apa, ini kulakukan karena terpaksa untuk mencukupi kebutuhan hidup keluargaku." Seorang koruptor melawan kesadarannya sendiri dengan bisikan pikiran "Tidak apa-apa semua pejabat juga melakukan itu dan itu lebih banyak lagi!" Dan yang paling menyedihkan bahkan sang pikiran berbisik "Jangan khawatir, tidak ada orang yaitu tahu, tidak ada orang melihatnya." Dengan bisikan ini dia lupa bahwa dirinnya juga orang, akan tetapi sudah tidak di-orangkan sendiri, dan memang benar karena padas saat itu, orangnya sudah hampir berubah menjadi setan!

Demikian pula halnya dengan dua orang anak manusia bernama Chou Kia Ki dan Lai Cu Yin itu. Mereka berkecimpung dalam lautan berahi yang mengasyikkan dan memabukkan. Apakah mereka tidak tahu bahwa perbuatan mereka itu melanggar hukum kesusilaan? Tentu saja mereka tahu, akan tetapi gairah nafsu sudah membuat mereka menjadi buta. Mereka menjadi hamba-hamba kenikmatann nafsu dan kesenangan sehingga menghalalkan segala cara demi memperoleh kenikmatan itu!

Berbahagialah orang yang menyadari akan kelemahannya dan selalu berserah diri, mohon bimbingan Tuhan karena hanya Kuasa Tuhan yang akan mampu meredakan dan mengendalikan nafsu sehingga dia akan selalu ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap setiap langkah dan tindakan dalam hidupnya.

Setelah menjelang tengah malam, Kian Ki dan Cu Yin berindap-indap menghampiri kamar tidur Ong Hui Lan. Sebagai calon mantu Jenderal Chou, tentu Ong Hui Lan diberi sebuah kamar yang lebih indah, lebih besar dan lebih lengkap dibandingkan kamar-kamar lainnya. Mereka berdua mendekatkan telinga di jendela dan pendengaran mereka yang tajam dapat menangkap pernapasan Hui Lan dan tahu bahwa gadis itu sudah tidur pula. kemudian, dengan tenaganya yang amat kuat, Kian Ki dapat membuka jendela kamar itu dari luar tanpa menimbulkan suara keras.

Kemudian Cu Yin mengeluarkan belasan batang hio-swa (dupa biting),. menyalakannya dan menimpukkan dupa-dupa biting ke dalam kamar, denngan tepat gagang dupa-dupa itu menancap di atas meja. Asap hio yang baunya harum dan aneh itu segera mememnuhi kamar yang jendelanya sudah ditutup kembali oleh Kian Ki dari luar kamar.

Mereka berdua menunggu selama kurang lebih satu jam sampai belasan batang hio yang menancap di atas meja am kamar itu terbakar habis dan asapnya merembes perlahan-lahan keluar kamar melalui celah-celah atap. Ketika mereka menempelkan telinga pada jendela dan mendengar betapa pernapasan Hui Lan kini terdengar berat tanda bahwa ia sudah terpengaruh asap dan berada dalam keadaan tidur yang amat dalam seperti tiak sadar, Cu Yin sambil tersenyum dan memberi isarat agar dia memasuki kamar.

Kian Ki juga tersenyum, lalu memasuki kamar melalui jendela itu, dan dia mencabuti gagang belasan batang hio dan menyerahkan kepada Yu Cin yang berada di luar. Cu Yin menerimanya lalu meninggalkan tempat itu kembali ke kamarnya sendiri.

Agaknya setan-setan sendiri menggerakkan hati akal pikiran Kian dan Cu Yin yang malam itu melaku perbuatan terkutuk. Dalam keadaan tidur nyenyak dan tidak sadar atau kesadaranya hanya layap-layap saja, Ong Hui Lan tidak berdaya akan apa yang dilakukan Chou Kian Ki terhadap dirinya!

Chou Kian Ki sesungguhnya mencintai Ong Hui Lan. Dia tidak ingin menyakiti gadis yang menjadi calon istcrinya itu dan memang dia melakukan perbuatan terkutuk itu dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Sebetulnya dia terpaksa melakukan ini karena niatnya itu bukan terdorong nafsu berahi, melainkan untuk mematahkan perlawanan Hui Lan yang menentang rencana ayahnya. Siap untuk menggauli Hui Lan secara ini memang sudah direncanakan oleh Hongs Siansu dan juga disetujui ayahnya. Kalau Hui Lan sudah digaulinya biarpun dengan setengah memperkosanya karena gadis itu berada dalam keadaan hampir tidak sadar oleh pengaruh dupa pembius, tentu tida ada alasan lagi bagi Hui Lan untuk mengulang rencana Jenderal Chou. la sudah menjadi isteri Kian Ki, sudah menjadi putusan Jenderal Chou, maka tidak ada jalan lain kecuali mendukung rencana oleh mertuanya! Keyakinan inilah yang mendorong Kian Ki tega menggauli tunangannya sendiri yang berada dalam keadaan hampir tidak sadar. Bagi Hui Lan, peristiwa yang dialaminya itu tentu saja membuatnya terkejut dan menolak. Akan tetapi karena ia sudah terbius, maka peristiwa itu hanya lapat-lapat saja, seperti orang bermimpi. Ketika keesokan harinya pagi-pagi sekali, pembius itu sudah melepaskan cengkeramannya dari kesadaran Hui Lan dan gadis itu terbangun dari tidur dan, dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika ia mendapatkan dirinya berada dalam rangkulan dan pelukan Kian Ki. Matanya terbelalak, jeritnya tertahan ketika ia melihat betapa mereka berdua dalam keadaan telanjang!

"Ihhh !" Hui Lan bangkit dan suaranya membuat Kian Ki terbangun. Pemuda ini juga bangkit dan dia merangkul Hui Lan.

"Lan-moi !"

"Apa ........ apa yang terjadi ?

yang kau lakukan ini ?" Hui Lan kata tergagap dan ia menarik seprei untuk

menutupi badannya, mukanya pucat sekali dan matanya terbelalak memandang wajah Kian Ki. Kamar itu hanya diterangi sebuah lampu yang tidak begitu terang !

"Lan-moi, maafkan aku !” Hui Lan melihat pakaiannya bertumpuk di sudut pembaringan. Cepat disambarnya pakaiannya dan sambil berkerudung selimut ia melompat turun dari pembaringan, bersicepat mengenakan pakaiannya di balik almari dan biarpun karena tergesa-gesa pakaiannya masih belum beres benar, ia sudah menghampiri pembaringan lagi. la melihat Kian Ki juga sudah mengenakan pakaiannya dan pemuda itu duduk di tepi pembaring dengan wajah khawatir.

"Ki-ko, katakan, apa yang telah tejadi? Kenapa engkau berada di atas pebaringanku dan ......... dan........ apa yang ka Apa ........... apa yang terjadi ? Apa yang mau

lakukan ini ?" Hui Lan berkata tergagap dan ia menarik selimut untuk menutupi

badannya, mukanya pucat sekali dan matanya terbelalak memandang wajah Kian Ki

Lakukan?” la Terbelalak memandang kearah pembaringan di mana terdapat tanda- tanda bahwa ia telah ternoda! la telah dinodai Chou Kian Ki! "Kau kau. la

menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka pemuda itu. "Engkau telah mengauliku, menodaiku.......Keparat !"

"Tenang dan sabarlah, Lan-moi. jangan ribut-ribut, apakah kau ingin seorang mendengar dan tahu akan keadaan ini?" Mendengar itu, tiba-tiba Hui Lan menangis. Ia menangis sesenggukan, la terisak-isak, akan tetapi ia mengguna kedua tangan menutupi mukanya menahan agar isak tangisnya tidak sampai terdengar kuat. la menyadari bahwa kalau ada orang mendengar bahwa telah ternoda, hilang kegadisannya, itu akan merupakan aib yang tak tertanggungkan perasaannya.

Kian Ki menghibur dengan kata-kata lembut, akan tetapi dia tidak berani mendekat apalagi menyentuh tunangann itu. "Lan-moi, engkau tahu aku amat mencintamu. Malam tadi, karena kebanyakan minum arak, aku tidak kuat lagi menanggung rindu hatiku kepadamu.

Aku ingin dekat denganmu, maka aku........ aku memasuki kamarmu dan aku..........

ahhh, Lan-moi. Hal itu telah terjadi. Engkau tunanganku, bukan? Calon isteriku. Kita saling mencinta dan apa salahnya kalau malam tadi kita sudah menjadi suami isteri? Besok aku akan minta kepada ayah agar kita segera melangsungkan pernikahan, menjadi suami isteri yang sah. Aku cinta kamu, Lan-moi, aku bersumpah, aku cinta kamu dan engkau akan menjadi isteriku, ibu anak-anakku "

"Tidak! Engkau jahanam keparat yang terkutuk. Setelah apa yang kau lakukan terhadap diriku ini, aku tidak sudi menjadi isterimu, tidak sudi menjadi sahabatmu sekalipun. Engkau menjadi musuhku, musuh yang harus kubunuh!" Setelah berkata demikian, tiba-tiba Hui Lan melompat ke depan dan menyerang dengan pukulan ke arah dada Kian Ki. Pemuda yang memang amat sayang kepada Hui Lan itu tidak melawan.

"Wuuuttttt bukkk!" Pukulan tangan kanan Hui Lan itu tepat mengenai dada Kian

Ki dan tubuh pemuda itu terjengkang di atas pembaringan. Pada saat terdengar suara orang-orang di luar kamar. Mendengar ini, Hui Lan yang kwatir kalau mereka mengetahui apa yang terjadi, segera menyambar pedang Ceng hwa-kiam miliknya dari dinding dia pun membuka daun pintu kamar pergi cepat keluar gedung. Para pada yang melihat gadis itu tergesa-gesa pergi hanya memandang heran akan tetapi tidak berani bertanya. Kian Ki yang tidak terluka parah oleh pukulan itu karena tadi dia telah melindungi dirinya dengan tenaga sakti segera melaporkan kepada ayahnya akan peristiwa itu. Dia menceritakan bahw dia telah berhasil melaksanakan siasat yang diajukan Hongsan Siansu, akan tetapi setelah sadar Hui Lan lalu pergi meninggalkan gedung.

“Hemmm, gadis itu sungguh keras kepala dan keras hati? Yang menodainya adalah calon suaminya sendiri, mengatakan tidak mau menerima keadaan menghilangkan aib dengan cepat-cepat menikah denganmu? Mengapa ia malah pergi dan membawa aib yang akan menyiksa perasaan hatinya? Ah, agaknya gadis itu sesungguhnya tidak cinta padamu, Kian Ki”

"Ayah, akan tetapi aku mencintainya! Aku harus mendapatkannya, aku akan mengejarnya, Ayah!"

Setelah berkata demikian, Kian Ki cepat merapikan pakaian dan membawa pedangnya lalu keluar dari gedung untuk melakukan pengejaran terhadap Hui Lan yang melarikan diri. Tiba di pekarangan depan, Lai Cu Yin menyusulnya.

"Chou Kongcu, sepagi ini engkau hendak ke mana?"

Kian Ki berhenti melangkah dan setelah berhadapan dengan Cu Yin, dia menghela napas dan berkata, 'Yin-moi, aku harus mengejar dan mencari Lan-moi!"

Cu Yin tersenyum dan berkata. "Aku tadi sudah mendengar bahwa Hui Lan melarikan diri. Akan tetapi, engkau sudah berhasil, bukan?"

"Sudah, akan tetapi ia keras kepala.

Setelah terbangun pagi tadi, ia mar marah, memukulku, lalu melarikan di Aku harus mendapatkannya kembali, Yin moi, aku tidak mau kehilangan Lan-moi isteriku!"

Cu Yin tersenyum mengejek. "Hem, engkau amat mencintanya. Kalau engkau dapat menyusulnya akan tetapi ia kukuh tidak mau kembali apa yang akan lakukan?"

"Aku akan minta maaf kepadanya aku akan membujuknya." "Kalau ia tetap menolak?"

Posting Komentar