"Terang kau tidak punya kepercayaan penuh dan teguh dalam mempelajari ajaran Lwekang perguruan baru kau ajukan pertanyaanmu itu. Tapi aku tidak salahkan kau ajaran Lwekang perguruan kami memang jauh berbeda dibanding ajaran golongan besar lainnya, ayahmu sendiri tidak tahu akan faedah dan manfaat ajaran kita, hal ini sudah kuduga sejak beberapa waktu yang lalu."
"Ya, Tecu tahu bahwa pertanyaan tadi sebetulnyalah terlalu goblok."
"Tidak, kau seorang yang cerdik pandai," sela Jing-hou-khek. "Seharusnya kau sendiri bisa berpikir bila ajaran Lwekang perguruan kita bakal membawa bahaya dikelak kemudian hari, apakah aku bisa berlatih terus?''
Benar juga demikian pikir Cin Liong-hwi, rasa ganjalan dalam hatinya seketika luber dan lenyap sama sekali. Katanya: "Harap Suhu suka memberi maaf akan kegoblokan Tecu tadi, selanjutnya pasti Tecu lebih tekun lebih rajin belajar supaya tidak mengecewakan harapan kau orang tua."
Namun Jing hou khek malah menghela napas, ujarnya, "Sayang selanjutnya aku tidak bisa memberi ajaran lagi."
"Kenapa? Suhu, apakah kau tidak bisa memaafkan aku?"
"Ayahmu sudah curiga, hubungan antara guru dan murid kita juga tamat sampai disini saja. Untung kau cukup cerdik dan pandai, ajaran ajaran Lwekang perguruan kita sudah kuajarkan tujuh delapan bagian, sisanya yang masih ada akan kuajarkan teorinya saja kau dapat mempraktekkan pelan pelan menurut latihanmu."
Cin Liong hwi berpikir: "Luka Lu Tang wan sudah hampir sembuh, dua tiga hari lagi ayah pasti akan pulang. Selanjutnya terang aku tidak bisa membolos keluar lagi untuk latihan disini." karena pikirannya ini segera ia berkata, "Sebetulnya Tecu berat untuk berpisah dengan Suhu, kalau bukan karena Tecu tidak punya sanak saudara ingin rasanya Tecu ingin ikut Suhu, kelana di Kangouw." lalu dengan laku hormat ia menyembah, kelakuannya benar-benar lucu seperti harus dikasihani.
"Dalam dunia ini tiada perjamuan yang tidak bubar," ujar Jing-hou-khek, "anak baik, kau bangunlah, kau masih harus mempelajari Simhoat yang lain."
Setelah Cin Liong-hwi dapat mengapalkan teori yang diajarkan Jing-hou-khek lantas berkata; "Kau lekas pulang aku juga perlu segera pergi."
Sekonyong konyong terdengar bentakan Jing hou-khek bersama suara orang lain yang hampir berbareng, hardik Jing hou-khek, "Siapa itu?" orang itupun membentak, "Kiranya kau gembong iblis ini, bagus, apa kau kira bisa tinggal pergi begitu gampang ?"
Orang yang membentak ini bukan lain adalah Lu Tang wan.
Dibelakang Lu Tang wan masih ada dua orang Iagi itulah ayah Cin Liong-hwi sendiri yaitu Cin Hou-siau sedang seorang yang lain adalah Sip It sian.
Lu Tang-wan kelihatannya begitu murka, kiranya bahwa Jing-hou khek ini bukan lain adalah orang yang menyergap dirinya sehingga ia terluka dalam oleh pukulan berbisa.
Kalau Lu Tang-wan dimabuk rasa murkanya, sebaliknya Cin Hou siau terketuk sanubarinya, sungguh sedih dan pilu rasa hatinya, tak dinyana putra tunggal yang diasuh dan dibimbing sebesar itu ternyata membelakangi dirinya dan bicara bohong terhadap orang tua sendiri, berani belajar ilmu sesat dari gembong iblis yang jahat ini. Sia-sialah ajaran lurus yang diwariskan oleh leluhur keluarga sendiri.
Namun dalam keadaan begini, Cin Hou-siau tidak bisa mengumbar rasa sedihnya. Tindakan yang utama sekarang adalah dia harus merebut kembali putranya baru bisa melabrak gembong iblis jahat ini. Tanpa buka mulut lagi Cin Hou-siau menghardik terus bergaya hendak menyerang kearah Jing-hou khek berbareng tubuhnya melesat menubruk miring meraih kearah Cin Liong-hwi. Tepat pada saat itu juga Lu Tang-wan berbareng sudah lancarkan serangan dahsyat secara berhadapan dengan Jing-hou khek.
Jing hou khek bergelak tawa, serunya. "Lu Tang-wan, apakah kau masih ingin merasakan pukulan saktiku, baik, mari sekarang kita tentukan siapa jantan siapa betina."
"Blang !" begitu telapak tangan kedua belah pihak beradu, sayang tenaga dalam Lu Tang-wan belum pulih seluruhnya, karena luka lukanya belum sembuh, tanpa kuasa ia tersurut mundur tiga tindak. Tapi tenaga pukulan musuh juga tersusut banyak dibanding dulu, kedua belah pihak mengerahkan tenaga mengadu pukulan secara keras lawan keras, namun pukulan berbisa Jing hou-khek sudah kehilangan keampuhannya sehingga tidak mampu melukai Lu Tang-wan.
Sekali pukul menggetar mundur Lu Tang-wan, Jing-hou-khek lantas menjengek dingin, "Lukamu sembuh begitu cepat. Tapi untuk menang dari aku, betapapun kau harus berlatih beberapa lama lagi, maaf aku tidak bisa tinggal terlalu lama di sini !"
Sementara itu Lu Tang-wan sedang siaga untuk menghadapi rangsekan musuh lebih lanjut, diluar dugaan lawan memutar tubuh, tidak maju lantas tinggal pergi, sebat sekali tangannya meraih kebelakang tindakannya sedikit lebih cepat dari Cin Hou-siau, ia berhasil mencengkeram kuduk Cin Liong-hwi.
Waktu melihat ayahnya menubruk kearah dirinya, Cin Liong hwi menjadi ketakutan, disaat ia tertegun entah harus berbuat apa, sekonyong-konyong terasa kuduknya kesakitan seperti dijepit sepasang kaitan besi, seketika ia tidak mampu bergerak. Kontan Jing hou-khek mengangkatnya tinggi-tinggi terus diputar seperti bandulan, keruan Cin Liong-hwi menjadi ketakutan, serasa arwah meninggalkan badan, teriaknya, "Ayah !"
Kepandaian silat Cin Hou-siau bahwasanya sudah mencapai kesempurnaan yang tulen, di dalam keadaan gawat yang menentukan itu mendadak ia menghardik keras, "wut !" langsung ia lancarkan sebuah pukulan, ternyata kekuatan pukulannya sedikitpun tidak melukai putranya, begitu dahsyat angin pukulannya menerjang ke pergelangan tangan kiri Jing hou-khek.
Namun Jing-hou khek juga tidak kalah tangkasnya, cepat tangannya membalik untuk menangkis. Kontan ia merasa kekuatan pukulan lawan bak gugur gunung dan gelombang samudra yang mendampar pantai tak kenal putus, terasa bercekat hatinya. "Bi-lek-ciang dari keluarga Cin memang bukan nama kosong belaka, bila satu lawan satu, bertempur lama bukan saja pukulanku berbisa tak mampu melukai musuh, mungkin kadar racunnya bisa melukai tubuhku sendiri oleh tekanan gempuran tenaga musuh," Demikian pikirnya.
Bicara lambat kenyataan sangat cepat sekali, gesit sekali Jing-hou khek menggeser kaki pindah kedudukan, tiba tiba ia putar balik terus mengalingkan tubuh Cin Liong-hwi dihadapannya dijadikan tameng menangkis pukulan ayahnya yang dahsyat itu.
"Cin Hou siau," jengek Jing-hou khek dingin. "Bila kau berani melukai putra kesayanganmu, coba silakan hantam saja !"
Mendengar teriakan putranya tadi, luluhlah hati Cin Hou-siau, pukulan selanjutnya mana berani ia turunkan.
"Coba kau tanya putramu sendiri," ejek Jing-hou-khek lagi. "Adalah secara sukarela dia mau angkat guru kepada aku ?"
Saking ketakutan cepat Cin Liong-hwi berteriak, "Ayah, memang anak yang secara sukarela angkat dia sebagai guru, harap ayah tidak bertengkar dengan suhuku."
"Binatang," maki Cin Hou-siau saking murka. "Keparat kau!" tapi putera sendiri ditawan ditangan musuh, ia menjadi mati kutu dibuatnya.
Jing-hou khek terbahak bahak, serunya, "Cin loko, aku bantu kau mendidik puteramu, kutanggung kelak dia menjadi putera yang berguna. Tidak menjadi soal kau tidak nyatakan terima kasihmu, kenapa malah berbalik memaki aku? Hehe, bukan saja kau tidak menghargai kebaikan orang malah mestinya orang lain?"
Saking gusar kepala Cin Hou-siau sampai menguap, makinya, "Puteraku aku bisa mendidiknya sendiri tak perlu kau ikut susah-susah! Hm, kau pancing dia mempelajari ilmu sesat, jelas tujuanmu hendak mencelakai jiwanya!"
Jing hou-khek geleng-geleng kepala, katanya, "Tak heran kau tak mampu mengajar anakmu menjadi orang yang berguna. Berapa banyak kau ketahui ilmu pelajaran perguruanku, berani kau sembarangan buka mulut? Ai, maaf kalau kata-kataku tidak mengenal batas, boleh dikata pandanganmu terlalu cupat, seperti Katak berada didalam sumur!"
"Mana ada manusia pengecut yang memaksa putera orang menjadi murid sendiri?" Lu Tang-wan menimbrung, "Kepandaianmu boleh dianggap sebagai tokoh kelas tinggi dikalangan Kangouw, seorang yang cukup terhormat tapi berbuat sedemikian hina dina, apa kau sendiri tidak merasa malu akan perbuatanmu yang rendah ini?"
Jing hou-khek tertawa loroh-loroh, ujarnya, "Terima kasih akan sanjung pujimu menempel mas dimukaku, sebetulnyalah ucapannya ini rada keliru. Pertama Cin Liong hwi sendiri yang sukarela angkat aku menjadi gurunya, tadi sudah diakui dihadapan kalian, kenapa bilang aku pengecut? Kedua aku angkat dia sebagai murid, tujuanku adalah mencari pewaris ilmu perguruanku, maksudku baik tujuanku benar, kenapa kalian salah paham katakan aku punya maksud yang jahat?"
"Baik, kalau kau bertujuan lurus, coba kau lepas dia agar dia pilih pihak mana yang akan dia ikut," desak Lu Tang-Wan.
Jing hou-khek bergelak tawa lagi, serunya, "Aku bukan orok umur tiga tahun, mana bisa kalian tipu begitu mudah? Kalian bertiga sedang aku sendirian, betapapun aku tidak percaya pada kalian. Maaf cukup sekian saja kata-kataku, selamat bertemu!''