"Kenapa salah!" tanya Cin Liong-hwi terkejut.
Jing-hou khek tertawa, ujarnya, "Itulah sebabnya kenapa tadi kukatakan ayahmu tidak bisa memberi ajaran ilmunya menurut kondisi orang yang diberi ajaran itu. Apakah kau paham?" merandek sejenak lalu menyambung lagi, "Ajaran Lwekang yang diturunkan ayahmu itu, sangat cocok dipelajari bagi seseorang yang bersifat polos dan jujur. Sebaliknya kau ini binal dan ugal-ugalan, selamanya tak mau dikekang, mana ada minat mempelajari ilmu yang lamban kemajuannya. Sudah tentu kau tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.''
Dikorek boroknya yang kenyataan, merah jengah muka Cin Liong-hwi katanya, "Aku sendiri tahu akan kesalahan dan kondisiku yang jelek ini, tak heran ayah selalu ngomel katanya aku tiada harapan menjunjung tinggi nama perguruan."
Jing hou khek geleng geleng kepala lagi, katanya, "Bukan, bukan! Kalau kau tidak berbakat dan tiada harapan mana mungkin aku mau terima kau menjadi murid?''
"Aku menjadi kurang paham, jelas Suhu tadi juga mengatakan bahwa aku tidak tahan sabar."
"Manusia umumnya suka berpandangan secara subyektif, bukan melulu cacat ayahmu seorang. Mereka selalu beranggapan bahwa orang yang berwatak polos jujur pasti jauh lebih baik dari seorang yang binal dan ugal-ugalan, sebetulnyalah: pendapat yang demikian harus disingkirkan."
O^~^~^O
"Asal cara mengajarnya tepat dan disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan, kedua orang yang punya watak masing-masing itu sama punya harapan besar. Bukan saja begitu, umpama orang yang polos dan jujur bisa tekun mempelajari ilmu yang lamban, dia baru akan berhasil mencapai harapannya setelah bertahun kemudian, itu berarti bahwa usianya sudah mencapai pertengahan abad. Sebaliknya orang binal yang suka ugal ugalan sembilan diantara sepuluh tentu bocah yang cerdik dan berbakat, umumnya mereka sudah bisa mencapai harapan besar dalam usia yang sangat muda."
Analisa yang panjang lebar ini betul-betul seperti mengili-ngili lubuk hati Cin Liong-hwi, serta merta hatinya senang sekali katanya, "Suhu, jadi ajaran Lwekangmu justru dapat dicapai dalam waktu singkat ?"
"Sudah tentu." sahut Jing-hou khek. "Kalau tidak masa aku berani mengatakan dalam jangka tiga tahun, kau dapat dijajarkan dalam utusan sepuluh tokoh kosen jaman ini."
"Harap Suhu suka memberi petunjuk...." tersipu-sipu Cin Liong-hwi menyembah.
"Simhoat dari ajaran kita mengutamakan menurut kewajaran."
"Menurut kewajaran, latihan macam apakah itu ?"
"Waktu menghimpun hawa murni dan samadhi harus menurut kewajaran kondisi badan masing-masing. Hawa murni tidak boleh dipusat atau dihimpun didalam pasar, apalagi memaksanya, menurut kewajaran itu harus disebar keempat tangan kaki."
Cin Liong-hwi menjadi ragu-ragu, katanya, "Hawa murni berkembang lebar buyar bagaimana mungkin kita dapat mengendalikan tenaga ?"
"Rumah kosong baru dapat dibuat tempat tinggal, mangkok kosong baru bisa diisi nasi kenapa kau anggap tidak berguna ? Bak umpama lembah kosong, seperti mangkok kosong pula, itulah ajaran Lwekang simhoat yang paling tertinggi. Tidak percaya, coba-coba kau mulai berlatih menurut petunjukku."
Jing-hou khek lalu mulai menguraikan ajaran latihan Lwekang perguruannya, Cin Liong-hwi lantas mempraktekkan sesuai dengan petunjuk itu, terasa seluruh badan menjadi enteng mengembang seperti mabuk karena terlalu banyak minum arak, sungguh nyaman dan silir rasanya.
Kata Jing hou khek, "Coba kau pukul pohon siong ini."
Cin Liong hwi menurut, sekuat tenaga ia memukul kebatang pohon yang besar itu.
Walaupun tak dapat memukul patah ranting-ranting pohon, namun kepalannya tidak terasa sakit lagi.
"Bagaimana ?" tanya Jing-hou khek.
Girang Cin Liong hwi sahutnya, "Betul-betul sangat mujarab dan aneh."
"Sampai sekian dulu ajaran hari ini," begitulah ujar Jing hou-khek. "Nanti malam kau boleh datang lagi. Begitulah selanjutnya setiap malam kentongan kedua kau kemari bertemu dengan aku, siang hari jangan datang. Sebab akupun tidak suka rahasia kita ini diketahui orang lain."
Ibunda Cin Liong-hwi adalah perempuan lemah yang tidak bisa main silat, sementara ayahnya membantu Lu Tang-wan menyembuhkan luka lukanya, sebelum luka-luka Lu Tang-wan sembuh, setiap malam tak mungkin dia pulang ke rumah. Secara diam-diam Cin Liong-hwi ngeloyor keluar, selama itu ibunya tidak tahu menahu.
Hari kedua rombongan murid murid itu datang pula, Cin Liong hwi mengajar beberapa jurus tambahan lalu suruh mereka belajar dan latihan sendiri. Begitulah untuk hari-hari selanjutnya, setiap hari dia menyenggangkan waktu untuk tidur siang, malamnya menuju kebelakang gunung latihan silat menurut petunjuk Jing-hou-khek.
Tanpa terasa tujuh hari sudah berselang sore hari itu seperti biasa Cin Liong hwi pergi kerumah keluarga Ling menyampaikan sembah baktinya kepada ayahnya. Kadang-kala ayahnya keluar menemui dia dan bicara sederhanaan. Ada kalanya karena tekun membantu pengobatan bagi Lu Tang wan mencapai titik ketegangan, Ling Hou seorang yang ajak ngobrol dengan dia.
Hari itu kebetulan pengobatan Lu Tang-wan dengan cara pengerahan tenaga dalam itu sudah mencapai babak terakhir, semangatnya sudah pulih kembali, ketiga kawan lama itu lantas duduk mengobrol, membicarakan segala pengalaman dan kejadian aneh-aneh dikalangan Kangouw, begitu asyik dan gembira mereka berbicara. Kebetulan Cin Liong-hwi datang, karena hati sedang senang Cin Hou-siau lantas berkata, "Liong ji, beberapa hari ini tidak kuawasi latihanmu, bagaimana latihan silatmu?"
"Seperti biasanya !" sahut Cin Liong hwi.
Soal belajar dengan Jing hou-khek itu ia tidak berani beritahu kepada ayahnya.