"Baik, coba sekarang kau mainkan Bik-lek ciang itu sekali." Bi lek-ciang mengutamakan kekuatan dasar yang kokoh dan kuat. Beberapa hari ini Cin Liong-hwi tenggelam dalam latihan ilmunya yang baru sehingga pelajarannya yang lama menjadi terbengkalai. Permainan ilmu pukulan keluarganya itu kelihatannya seperti tidak bertenaga dan ogah-ogahan. Sudah tentu bertaut alis ayahnya melihat pertunjukan yang mundur ini.
Semula Lu Tang wan tidak begitu menaruh perhatian, namun setelah separo permainan, seperti melihat sesuatu hal yang luar biasa, semakin lihat perhatiannya semakin terpusat, semakin ketarik.
Setelah menyaksikan permainan serangkaian Bi lek ciang anaknya itu, Cin Hou siau mendengus geram, katanya, "Belajar silat seperti perahu mengetahui aliran air, tidak maju malah mundur. Kulihat beberapa hari ini hakikatnya kau tidak pernah latihan? Bukan saja tidak memperoleh kemajuan, kenapa lebih mundur lebih jelek dari semula?"
Mendadak Lu Tang wan menyela bicara, "Saudara Cin, kau salah meralat putramu. Menurut hematku, beberapa hari ini kemajuan yang dicapai putramu betul-betul sangat mengagumkan malah."
Melihat sikap kata kata orang sangat serius tidak berkelakar, melengak Cin Hou-siau dibuatnya, batinnya, "Hubunganku dengan dia sekarang boleh dikata sangat kental, tak mungkin kata katanya itu melulu menghibur hatiku belaka, apa mungkin sekedar kata-kata pujian saja?"
Belum lagi pikiran hatinya lenyap, terdengar Lu Tang-wan menyambung bicara, "Cin siheng, mari kita main beberapa gebrak." begitu lengan bajunya yang lebar panjang itu tersingkap telapak kirinya lantas bergerak dengan jurus Jip hong-sip-pit (seperti menutup laksana mengancing) tahu tahu telapak tangannya sudah menyelonong kedepan dada Cin Liong-hwi. Sebelumnya ia tidak beri kesempatan bagi Cin Liong-hwi untuk bersiap siaga, tahu tahu serangannya sudah tiba.
Jurus ini adalah tipu silat yang paling ganas dari ilmu Bian-ciang dari keluarga Lu yang lihay, walaupun Cin Liong-hwi tahu bahwa Lu Tang wan tidak akan melukai dirinya, namun begitu mendadak merasa segelombang angin panas menyerang tiba sehingga dada terasa sakit dan napas menjadi sesak, tak urung ia kaget bukan main, secara reflek tanpa disadari olehnya kontan ia kerahkan lwekang yang baru dilatihnya belum lama berselang ini.
Lu Tang wan kerahkan tiga bagian tenaganya, namun tipu serangannya kena dipunahkan begitu gampang dan seenaknya saja oleh Cin Liong hwi semakin teballah rasa curiganya, kontan ia tambah dua bagian tenaganya lagi, sekarang ia gerakkan kedua telapak tangannya, tampak telapak tangannya menari berkelebat, Cin Liong-hwi berusaha menggunakan tipu Toh-bau-cit ka (menanggalkan jubah mengganti baju) untuk membebaskan diri, namun tak urung sedikit terlambat sehingga tubuhnya tersambar kekuatan angin pukulan lawan, tubuhnya gentayangan tersurut kebelakang.
Didalam pandangan Cin Hou-siau kedua jurus tipu yang dilancarkan oleh putranya itu terasa tanpa menggunakan tenaga atau dilandasi kekuatan yang semestinya. Keruan kagetnya bukan kepalang teriaknya, "Saudara Lu ampunilah jiwanya." sembari berteriak segesit kera tubuhnya melompat meja seperti terkaman harimau, ia menyambuti badan anaknya yang hampir roboh itu. Baru sekarang ia tahu bahwa ternyata dugaannya melesat, karena terasa olehnya terjangan tubuh anaknya yang menyurut mundur itu ternyata begitu besar dan kuat, namun demikian kedudukan kakinya sendiri sedikitpun tidak bergeming.
Setelah berhasil memayang tegak anaknya, serta merta timbul rasa heran dan curiga dalam benak Cin Hou-siau, "Jalan latihan Lwekang Liong-ji kenapa kelihatannya jauh berbeda dengan ajaranku dulu?"
Dalam pada itu Lu Tang-wan sedang berlagak tawa, ujarnya, "Saudara Cin, kedua biji mataku ini belum lagi lamur bukan? Tapi masih ada satu persoalan yang belum jelas bagi aku ingin aku mohon penjelasan."
"Silakan katakan saja saudara.''
"Ilmu Bi-lek-ciang ajaranmu itu kalau tak salah adalah ilmu yang mengutamakan tenaga murni yang kokoh kuat dan kasar. Tapi dari apa yang telah kurasakan ternyata kekuatan pukulan putramu mengandung tenaga dingin yang lemah. Apakah itu hasil karyamu yang telah berhasil mengkombinasikan jadi satu sehingga terciptalah sealiran ilmu yang lebih lihay setingkat lebih tinggi. Jelasnya kau berhasil mengkombinasikan tenaga panas kuat dan kekuatan dingin lemas? Kalau benar sungguh kau harus dipuji dan diberi selamat!"
Cin Hou siau tertawa getir, ujarnya, "Masa aku begitu pandai dan secerdik itu dapat menciptakan sebuah aliran ilmu silat lain? Bi lek-ciang warisan keluargaku ini paling pantang terselip tenaga lunak dan dingin. Jika sesuai dengan apa yang saudara Lu katakan, berhasil mengkombinasikan kekuatan murni yang kokoh kuat dan tenaga lunak lemas, bukan harus dipuji dan dikagumi sebaliknya baru disesaIkan dan sangat mengecewakan malah."
"Terhadap intisari kehebatan ilmu Bi-lek-ciang itu boleh dikata aku merupakan orang luar yang tidak tahu seluk beluknya. Harap maaf akan kata-kataku yang ngelantur tadi. Jadi kalau begitu kejadiannya, apakah Lwekang Simhoat yang dilatih oleh putramu ini bukan hasil ajaran kau sendiri? Entah masih punya guru lihay yang manakah dia?"
Jantung Cin Liong-hwi berdebar keras, batinnya, "Tua bangka ini sungguh lihay dan tajam pandangannya. Baru beberapa hari saja aku melatih ilmu itu lantas dapat diraba olehnya. Kelihatannya air mukanya rada ganjil, apapun yang akan terjadi, sekali-kali aku pantang membocorkan rahasia ini!"
Sementara itu terdengar Cin Hou-siau sedang berkata, "Aku sendiri juga tidak paham, sejak kecil Liong-ji belajar dari aku selamanya belum pernah berlatih ilmu silat dari cabang lain.'' bicara sampai disini mendadak ia menoleh dan menghardik bengis kepada putranya. "Beberapa hari ini cara bagaimana latihanmu? Kenapa kau tidak belajar menurut petunjuk petunjuk ajaran golongan kita sendiri?''
Dasar pintar dan cerdik, Cin Liong hwi berlaku hati hati sahutnya, "Aku berlatih menurut Simhoat yang diajarkan ayah kepadaku itu, beberapa hari ini entah karena aku terlalu kangen dan terkenang kepada Ling toako, hawa murni selalu sukar dapat terhimpun, anak menjadi kurang sabar dan bosan, akhirnya pasrah pada keadaan latihan yang ada saja." pura-pura ia bersikap bingung dan hambar, betul juga sandiwaranya dapat mengelabui ayah sendiri.
Cin Hou-siau menyangka dia telah meraba tepat sebab musababnya, air mukanya mengunjuk seperti paham dan mengerti akan kesulitan anaknya itu, teriaknya tak tertahan, "Benar, betul ! Ah, celaka, celaka!"
"Yah, apa katamu?" teriak Cin Liong-hwi kuatir. "Kenapa sudah benar menjadi celaka lagi ?"
"Liong-ji, cara latihanmu itu sudah menjurus kearah yang sesat, mungkin karena terlalu mengagulkan kepintaran sendiri kau biarkan hawa murnimu mengembang dan tersebar di ke empat kaki tanganmu rasanya memang nyaman dan segar, karena perasaan yang enak inilah kau lanjutkan terus latihanmu itu bukan ?"
Cin Liong-hwi terkejut, tanyanya, "Benar begitu ayah, tapi apakah ada bahayanya?"
"Secara sembrono kau berlatih main terjang dan hantam kromo tanpa kau sadari kau telah menempuh latihan jalan lunak yang lemas dan dingin, tanpa kau sadari bahwa kombinasi murni kuat dan lunak lemas itu meskipun cukup hebat hasilnya dan merupakan semacam ilmu Lwekang tingkat tinggi, soalnya latihan tenagamu sendiri kurang matang, sebab kedua karena jalan latihan Lwekang keluarga kita mengutamakan kemurnian tenaga kekar yang positip, sebelum sempurna latihanmu kau sudah tersesat jalan, kelak pasti bakal menghadapi bahaya. Soal bahaya apa yang bakal menimpa dirimu sukarlah dikatakan."
Cin Hou siau melanjutkan, "Masih untung sekarang kau baru mulai menyeleweng ke arah sesat itu, masih ada kesempatan kembali ke jalan yang benar. Pelajaran Simhoat warisan keluarga kita memang sukar mencapai puncak yang tertinggi cukup memperoleh sedikit hasil saja kau bakal malang melintang didunia Kangouw."
Cin Liong-hwi mengiakan sahutnya, "Anak pasti akan mematuhi pesan ayah, untuk selanjutnya tidak Iagi gentar menghadapi kesukaran, tekun dan rajin mempelajari Simhoat warisan keluarga kita."
Dalam pada itu Lu Tang-wan masih curiga hatinya bertanya Tanya, "Orang yang cerdik pandai kadang kala terlalu mengagulkan kepintarannya sehingga keblinger dan nyeleweng kejalan sesat. Atau mungkin waktu latihan Lwekang secara serampangan tanpa disadari telah melatih kombinasi antara lurus dan sesat itu sehingga menghasilkan tenaga pukulan yang dingin dan lunak itu ? Selamanya dia belum pernah mempelajari Lwekang aliran lain, hal ini pikirannya ayahnya tidak akan ngapusi kepada aku."
Karena pikirannya ini berbalik ia merasa curiganya kurang beralasan, segera ia tertawa dan berkata, "Cin-siheng bisa merobah dan mengkombinasikan latihan Lwekang sedemikian rupa meskipun jalannya kurang benar dari sini dapatlah dinilai kecerdikan otaknya. Belakang hari dibawah petunjuk ayah yang keras dibawah guru yang tekun, pecerdikan itu digunakan kearah yang lurus, tentu harapan dikemudian hari sangat besar dan tak terbatas !"
Baru sekarang Cin Hou siau bisa unjuk senyum simpul lagi, katanya, "Semoga begitulah. Liong-ji, kau boleh pulang."
O^~^~^O
Setiba dirumah Cin Liong hwi masih sangsi dan beragu akan nasehat dan pesan ayahnya, dalam hati ia berpikir, "Suhu mengatakan ayah tidak bisa mengajar sesuai dengan kondisi orang yang diberi ajaran sehingga menyia nyiakan cerdik pandaiku. Sebaliknya ayah berkata cara latihanku ini menjurus ke jalan yang sesat, kelak pasti menimbulkan bibit bencana bagi diriku sendiri. Sebetulnya ucapan siapakah yang lebih benar? Lwekang Simhoat yang diajarkan Suhu memang berlawanan dengan pelajaran ilmu silat umumnya yang punya unsur unsur positip. Beliau pernah mengatakan bahwa pada jaman ini yang mengenal pelajaran silatnya yang mendalam dan serba rahasia itu hakikatnya tiada beberapa orang saja. Mungkin karena ayah sendiri tidak mengetahui akan rahasia dan intisarinya yang mendalam itu, lantas timbul rasa sirik dan dengki dalam hatinya, oleh sebab itu beliau ketakutan menimbulkan bencana dikelak kemudian hari?" sampai disini terkilas pula pemikiran lain. "Tapi bila uraian ayah itu benar dan tepat, benar bisa menimbulkan bencana bagi diriku sendiri, bagaimana pula baiknya ? Apalagi bila kulanjutkan terus latihan ini kelak pasti dapat diketahui oleh ayah, cara bagaimana aku dapat memberi penjelasan ? Lebih baik aku batalkan saja latihanku terhadap orang aneh yang misterius itu."
Cin Liong hwi menerawang dan menganalisa sendiri pendapatnya, semakin pikir hatinya semakin gundah dan susah mengambil keputusan. Mendadak dadanya sesak rasanya tidak enak.Tanpa disadarinya ia gunakan pula latihan Lwekang menurut ajaran orang aneh itu, sejurus kemudian, terasa kaki tangan dan seluruh tubuhnya segar bugar dan nyaman sejuk, sungguh silir dan enak rasanya ! Seperti seorang pemadat atau penghisap ganja, sekali merasakan keenakannya meski tahu bahwa perbuatannya itu berbahaya betapapun harus menghisap juga. Apalagi saat mana Cin Liong-hwi sendiri masih dalam keadaan bimbang, apakah benar ada bahayanya ?
Setelah berlatih Lwekang yang baru itu, Cin Liong-hwi lantas mencoba tenaga dalamnya, memang terasa olehnya tenaganya sedikit bertambah dibanding kemaren, teringat akan kata-kata orang aneh tentang dalam jangka tiga tahun, aku bisa membuat kau berdiri diurutan sepuluh tokoh kosen jaman sekarang, kata kata ini sungguh punya daya tarik yang terlalu besar bagi ambisi Cin Liong-hwi yang kelelap dan dimabuk gengsi dan nama. Semakin gatel rasa hati Cin Liong hwi, pikirnya, "Malam nanti akan kulaporkan perasaan bimbangku ini kepada Suhu, coba kudengar cara bagaimana pula penjelasannya, yang jelas meneruskan latihan atau tidak adalah menjadi keputusan dan tanggung jawabku sendiri, sekali lagi menemui beliau rasanya tiada halangannya ?"
Malam ini waktu Cin Liong hwi naik kebelakang gunung menemui orang aneh yang misterius itu, adalah seseorang yang tengah menuju kerumahnya hendak mencari dirinya. Orang ini bukan lain adalah si Maling sakti Sip it sian.
Sejak berpisah dengan In-tiong-yan demi menolong Hong thian-lui lebih cepat dari cengkraman musuh, ia melakukan perjalanan siang malam tak mengenal lelah, tujuannya hendak menyampaikan berita buruk ini kepada Cin Hou-siau dan Ling Hou. Sepanjang jalan ini ia tak berhasil menyusul Geng Tian, pikirnya: "Ginkang Geng-kongco tidak lebih rendah dari aku mungkin saat ini sudah tiba dirumah keluarga Ling. Tapi bagaimana juga aku sendiri juga perlu menyusul ke-sana, siapa tahu bila ditengah jalan ia menemui rintangan yang tidak diharapkan. Sehari lebih lama berarti keponakan Tiat wi sehari lebih menderita dan berbahaya."
Keluarga Cin dan keluarga Ling menetap dalam satu kampung, hanya yang satu berada diujung timur sedang yang lain diujung sebelah barat, jaraknya ada ratusan meter, untuk kerumah keluarga Ling jadi harus lewat rumah keluarga Cin lebih dulu.
Waktu Sip It sian memburu tiba sang waktu sudah menuju kentongan ketiga dini hari, menurut kebiasaan semula secara diam-diam ia melompati tembok terus menyelundup kebawah jendela kamar tidur Cin Hou-siau, dengan jari ia menutuk ringan tiga kali diatas papan sambil mendesiskan mulut.
Bagi tokoh silat yang membekal Lwekang tingkat tinggi, meskipun dalam tidur nyenyak bila mendengar suara aneh pasti akan terjaga bangun. Beruntun Sip It-sian sudah menutuk jendela tiga kali dan mendesiskan mulutnya tiga kali pula, dinanti-nanti tidak kelihatan Cin Hou siau bangun. Malah terdengar istri Cin Hou-siau membalik tubuh serta berseru memanggil! "Pus, pus!" kiranya samar-samar ia sangka si kucing yang membuat keributan diluar jendela menangkap tikus. Setelah tidak mendengar suara apa apa lagi lalu ia membalik tubuh dan mendengkur lebih nyenyak lagi.
Walaupun hubungan Sip It-sian dengan Cin Hou siau laksana saudara sepupu saja serta mengetahui Cin Hou siau tidak dirumah, ia menjadi bingung dan tidak enak mengganggu orang tidur. Dengan sangsi ia berpikir, "Bagaimana mungkin Cin-toako bisa tak berada dirumah ?" segera ia menuju ke kamar tidur Cin Liong-hwi, tujuannya hendak membangunkan Cin Liong hwi dan mencari tahu kemana ayahnya telah pergi. Tak duga kamar Cin Liong-hwi juga kosong melompong tiada bayangan orang.
Waktu diperhatikan kiranya ranjang Cin Liong-hwi masih rapi, terang Cin Liong-hwi sendiri juga belum lagi tidur. Semakin heran Sip It-sian dibuatnya, batinnya, "Apakah mungkin mereka berada dirumah keluarga Ling ?"
Dalam pada itu baru saja Cin Hou-siau selesai membantu pengobatan luka-luka dalam Lu Tang-wan berkata, "Saudara Cin beberapa hari ini sungguh membuat kaucapai. Sejak besok pagi aku bisa mengerahkan hawa murniku sendiri untuk mengobati luka lukaku. Saudara Cin, malam ini kau perlu istirahat lebih pagi.''
Kelihatannya Cin Hou-siau tidak mendengar kata-kata Lu Tang-wan, matanya mendelong mengawasi keluar jendela. Lwekang Lu Tang wan juga sudah pulih enam tujuh bagian, melihat sikap aneh orang tergerak hatinya, segera ia pasang kuping dan mendengar dengan cermat, betul juga didengarnya suara lambaian baju dihembus angin malam, baru saja suara itu melayang lewat dari wuwungan depan sana dan tengah mendatangi.
"Saudara Cin," ujar Lu Tang-wan, "biarlah kucoba-coba berapa bagian sebetulnya tenagaku sudah pulih!" mendorong jendela baru saja ia siap melancarkan pukulan Bian-ciangnya yang dapat memukul remuk batu menjadi bubuk itu, mendadak Cin Hou siau menahan pundaknya serta berkata, "Itulah kawan lama telah datang!" tepat pada saat itulah terdengar suara mendesis pendek, tahu tahu seseorang melayang masuk dari wuwungan rumah.
"Lu toako,'' seru Cin Hou-siau tertawa. "Mari kuperkenalkan, inilah simaling sakti nomor satu dikolong langit Sip It sian. Setiap kali ia datang kemari, tak lupa mengunjukkan kepintarannya sebagai maling datang secara sembunyi sembunyi seperti menggerayangi mangsanya.''
"Apakah tuan ini adalah Lu enghiong dari Ciatkang timur?'' segera Sip It-sian bertanya lebih dulu mendengar Cin Hou siau memanggil "Lu-toako", lantas ia tahu siapakah Lu Tang-wan adanya.
"Tidak berani," sahut Lu Tang-wan merendah. "Kiranya simaling sakti Sip-toako adanya sungguh tidak bernama kosong, sudah lama aku dengar kebesaran namamu."
"Lu-tayhiap,'' ujar Sip It sian tertawa, "Sebetulnya ingin aku bertandang kerumahmu, tak nyana disini aku bertemu dulu dengan kau.''
Lu Tang wan melengak, katanya, "terima kasih, entah ada urusan apakah Sip toako hendak mencari aku?"
"Mungkin Sip toako sekalian hendak menyambangi muridku itu disana," sela Cin Hou siau.
"Benar," sahut sip It-sian. "Aku sudah bertemu dengan Tiat-wi, tapi bukan digedung kediaman saudara Lu lagi.''