Seruling Samber Nyawa Chapter 75

Sekarang Giok-liong tidak main sungkan lagi, kedua tangannya tampak bergetar terpentang, Sam-jicui-hun chiu mulai dilancarkan.

Kelihatan mega putih berkembang hawa Jilo menyelubung tubuhnya, sebuah telapak tangan putih halus bergerak lincah berubah laksana ribuan bayangan tangan, dengan ketat ia lindungi pemuda baju biru, sekaligus ia lancarkan delapan belas pukulan dan tendangan menyerang para gadis baju kuning anak buah Ui-hoa-kiau itu.

Perbawa ilmu sakti memang bukan olah-olah hebatnya, dimana angin badai melandai bayangan kuning lantas tergulung berpencaran keempat penjuru sambil berteriak kesakitan, Untung Giok-liong tidak bermaksud mengambil jiwa mereka, kalau tidak tentu mereka sudah mampus.

Keruan Ui-hoa-kiaucu Kim Ing berjingkrak gusar melihat anak buahnya dihajar bulan bulanan segera ia menubruk maju dengan sengit, bentaknya.

"Besar nyalimu !"

Bayangan putih dan kuning kini saling berkutet lagi, masing-masing lancarkan serangan yang lebih ganas dan lihay, sampai detik itu belum kelihatan siapa bakal menang dan asor.

Sambil menghadapi serangan musuhnya yang sudah sengit ini, Giok-liong masih berkesempatan berteriak.

"Hoa Sip-i ! Kesempatan yang baik ini kau masih tidak mau pergi, kapan baru kau hendak menyingkir!"

Napas Hoa Sip i masih ngos-ngosan, sahutnya lemah.

"Aku betul-betuI sudah tidak bertenasa, Tuan penolong dendam penasaran kau balas dengan budi pekerti. baiklah aku terima dengan tulus hati ! Adik Yau sudah mangkat, aku juga tidak ingin hidup lagi!"

Giok-liong merasa toleran akan keadaan orang yang hampir sama dengan riwayat dirinya maka tanpa banyak pikir lagi ia berteriak.

"Cobalah kau semadi sebentar mengumpulkan tenaga ! Selama gunung masih tetap menghijau, jangan kwatir takkan memperoleh kayu bakar."

"Hahaha !"

Terdengar Ui hoa-kiaucu Kim Ing mengejek.

"jiwamu sendiri susah terlindung masih coba perhatikan keselamatan orang lain."

Tiba-tiba bayangan kuning bergerak melebar, kiranya sepasang lengan baju Ui-hoa-kiaucu yang besar gondrong itu ditarikan sedemikian cepat dan lincah main kebas, menyapu, menusuk dan menghantam.

Semua yang diarah adalah tempat-tempat penting ditubuh Giok-liong dengan berbagai ragam tipu silat.

Sementara itu, menurut anjuran Giok liong, Pemuda baju biru Hoa Sip i tengah duduk bersila menghimpun tenaga dan semangat.

Kira-kira setengah peminuman teh telah berlalu.

Sebuah bayangan biru besar laksana seekor burung besar tengah meluncur tiba dari puncak atas sana, jubah mantelnya yang besar melayang-layang seperti sayap yang besar belum lagi orangnya sampai ia sudah berteriak memanggil "Sip i.

Sip i !"

Terbangun semangat pemuda baju biru Hoa Sip i, teriaknya pula dengan suara parau.

"Suhu! Suhu!"

Mendengar suara panggilan pertama tadi, Ui-hoa-kiaucu Kim Ing lantas mengebaskan kedua lengan bajunya membuat Giok-liong mundur berkelit kesempatan ini digunakan untuk melompat mundur keluar gelanggang sejauh setombak lebih.

Giok-Iiong juga lantas menghentikan aksinya.

Matanya terbuka lebar, kini dihadapannya sudah bertambah seorang laki-laki tua yang bercambang bauk lebar bermata juling seperti mata garuda, hidungnya bengkok seperti betet, kupingnya kecil terbalik keatas-sepasang matanya berkilat dan berjelilatan dengan kasar, selayang pandang saja lantas dapat diketahui bukan seorang baik-baik.

Begitu tiba ia menghampiri kearah pemuda baju biru Hoa Sip-i.

bentaknya dengan uring-uringan.

"Aku sudah duga tentu kau terpincut lagi oleh perempuan siluman dari Ui hoa-kiau itu! Siapa yang membuatmu begitu rupa!"

Sikap bicaranya sangat garang dan angkuh sekali, hakekatnya ia tidak pandang sebelah mata para hadirin, sungguh sombong. Ui-hoa kiaucu Kim Ing menarik muka cemberut, hardiknya.

"Lo Siang-san, hati-hatilah kau bicara, Apakah Ui hoa-kiau kita tidak sembabat dibanding Thian-mo hwe kalian. Sekali buka mulut lantas siluman tutup mulut siluman lagi ! apa yang kau andalkan!"

Thian-mo-hwe? Lagi-lagi hati Giok-liong bertambah bingung dan khawatir.

Thianmo-hwe adalah sebuah kumpulan orang jahat dari golongan hitam pada lima puluh tahun yang lalu, anggotanya tidak banyak, namun setiap generasi mereka pasti dapat menampilkan seorang-seorang berbakat yang benar-benar hebat kepandaiannya.

Mereka merupakan salah satu kumpulan golongan jahat yang paling kejam dan telengas, tidak gampang dan sembarangan waktu mengunjukkan diri di kalangan Kangouw.

Liang ing-mo-ko (iblis Elang) Le Siang-san ini adalah salah satu gembong iblis yang kenamaan pada jaman itu manusia yang sulit didekati dan diajak berkompromi.

Terdengar Le Siang san tertawa sinis, ujarnya penuh sindir.

"O, Kim Ing-kaucu berada disini, Maaf aku sudah tua mataku kabur, wah benar-henar aku berlaku kurang hormat!"

Sampai disini mendadak ia menarik muka, air mukanya berubah membesi, sepasang mata julingnya memancarkan cahaya dingin, bentaknya gusar sambil menunjuk Hoa Sip-i.

"jadi kau yang membuat anak ini begitu rupa ?"

Kim Ing juga tidak mau kalah galak, sahutnya sambil manggut-manggut.

"Tidak salah! Toan hun-siok bing im-yangci cu-kuo untuk memberi sekedar hajaran padanya, Memang aku sengaja mengajar adat muridmu yang nakal ini!"

"Apa kau lupa menggebuk anjing juga harus pandang muka majikannya?"

"Dia sudah berani melanggar pantangan dan undangundang agamaku tahu."

"Pantangan apa?"

"Memincut anak muridku, mencuri seruling samber nyawa lagi."

"SeruIing samber nyawa ?"

Le Siang-san menjadi kesima, tidak menggerecoki kenapa anak muridnya diajar adat tadi, kini malah ia bersitegang leher, tanyanya.

"Apakah betul omonganmu ?"

"Coba kau tanyakan kepada murid atasmu itu !" "Sip i, mana seruling samber nyawa itu?"

"Berada ditangannya !"

Sahut pemuda baju biru Hoa Sip-i sambil menunjuk Giok-liong.

Bayangan biru berkelebat dengan menggembor keras Le Siang-san menubruk kearah Giok-liong sambil mencengkeram dengan ilmu cakar garuda, sedetik mereka saling adu kekuatan mendadak bayangan mereka terpental mundur.

Terdengar Giok-liong berseru dengan nada berat.

"Kenapa kau menyerang dengan ganas, Sungguh tidak punya aturan."

Le Siang-san terloroh-loroh suaranya seperti kokok beluk, penuh kepalsuan.

"Serahkan seruling samber nyawa itu, nanti kuampuni jiwamu!"

Mukanya penuh nafsu membunuh, matanya semakin jalang seperti binatang kelaparan membuat orang yang melihat merasa giris dan ketakutan pelan-pelan ia angkat kedua lengannya keatas kepala dengan gerakkan kaku seperti mayat hidup, kakinya berjengkit keatas.

Ui hoa kiaucu Kim Ing mandah tertawa tawar, ujarnya.

"Le Siang-san ! Jangau kau anggap gampang. Kali ini kau akan ketemu batumu, awas kau jangan terjungkal."

Le Siang-san mengekeh seram suaranya seperti pekik keras.

"He, Le Siang-san tidak pandang sebelah mata bocah ingusan masih berbau bawang ini."

Giok-liong menjadi gusar, air mukanya semakin gelap, geramnya rendah.

"Kukira sikapmu akan berlainan kalau kau berhadapan dengan Kim-pit-jan-hun !"

"Jadi kau inilah Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong?"

Agaknya hal ini benar-benar diluar dugaan Le Siang san.

"Benar, itulah aku yan rendah adanya!"

Mata Le Siang-san berkedip-kedip, dari kepala ia mengamati sampai kaki, mendadak ia melepas gelak tawa terpingkal-pingkal, serunya.

"Ketemu muka lebih nyata dari mendengar. Kukira kau seorang laki laki yang punya tiga kepala dan enam tangan. Tak kira hanya seorang pemuda yang masih hijau berbau popok, sungguh menggelikan."

"Bedebah, jangan sombong kau!"

Membawa deru angin kencang Giok-liong menerjang musuh dengan gusar.

"Baik! Le-ya akan mengukur sampai dimana kelihayan Sam ji cui-hun-chiu! Tobat!"

Sekali gebrak saja cukup membuat Le Siang san berjingkrak mundur dengan penuh keheranan sungguh mimpi juga ia tidak menduga bahwa pemuda baju putih didepannya ini begitu mahir melancarkan Cui-hun-chiu yang sedemikian sempurna.

Apalagi Lwekangnya juga sudah mencapai begitu tinggi.

Betul-betul membuat orang sulit percaya, sedikit ayal hampir saja jiwanya kena dikorbankan.

Disebelah sana terdengar Ui hoa kiaucu Kim Ing menjengek hina.

"Bagaimana Le Siang-san?"

Muka Le Siang san kelihatan pucat bersemu ungu, dari malu ia menjadi gusar, gerungnya dengan marah-marah.

"Payah, payah! puluhan tahun ketenaran nama Le-yam kena dirobohkan oleh bocah ingusan yang berbau bawang ini, Tapi gebrak kali ini belum masuk hitungan, coba kau juga sambut ilmu pukulanku ini!"

Mendadak ia ia pentang kesepuluh jarinya, giginya berkerut dengan gemas. sepuluh jalur kilat laksana duri landak mendadak menembus udara mendesing mendesis kearah Giok-liong. "Le Sian-san!"

Teriak Ui-hoa-kiaucu Kim Ing.

"akhirnya toh kau keluarkan ilmu simpanan mu Cap-ci tam-kan ciu! (ilmu jelentikan sepuluh jari)!"

Giok-liong mandah tersenyum ewa, hawa murni terkerahkan dari pusarnya, hawa Ji-lo segera tersalur mengembangkan mega putih melindungi seluruh badannya.

Sepuluh jalur sinar biru laksana duri landak itu begitu menyentuh mega putih lantas buyar sima tanpa bekas.

Keruan berubah hebat air muka Le Siang-san saking kejut bahwa ilmu yang paling di andalkan katanya tak berguna lagi menunjukkan perbawanya.

Saking dongkol ia membanting kaki sehingga sepatu rumputnya amblas kedalam batu cadas dibawah kakinya sampai beberapa dim, sekali ini ia kerahkan seluruh kekuatannya, lagi-lagi puluhan jalur sinar biru meluncur lebih panjang dan besar serta keras.

Namun betapapun ia mati-matian kerahkan seluruh tenaganya, alhasil puluhan jalur sinar tutukan jarinya itu tak dapat menembus pertahanan mega putih yang bergulung tebal, laksana puluhan sabuk biru, yang berputar menggubat sebuah bola putih besar, saking ulur odot sungguh suatu pemandangan yang menarik hati.

Baru sekarang pemuda baju biru Hoa Sip-i berkesempatan bersuara, teriaknya .

"Suhu! Doa seorang baik, dia seorang baik!"

Le Siang-san sudah tidak hiraukan lagi seruannya dengan bernafsu ia kerahkan seluruh kemampuannya dalam usaha untuk merebut seruling samber nyawa.

Sebab itu tenaga yang dikerahkan dan dilancarkan semakin kuat dan besar.

Kakinya juga semakin dalam melesak kedalam batu yang keras.

Mukanya berubah menyeringai seperti wajah setan yang tersiksa sungguh menggiriskan sekali.

Posting Komentar