"Hanya mengandal pokrol bambu macammu yang tengik ini masa perlu membikin cape Li-cian-pwe! "
Dasar keras kepala rasul jubah abu-abu mandah kekehkekeh, tiba-tiba bayangannya berkelebat secepat kilat laksana setan gentayangan terus menubruk ke arah Giok liong, sembari menghardik rendah.
"Kunyuk, arak suguhan kau tidak mau sebaliknya minta dihukum, janganlah kau salahkan Pun su-cia tidak kenal kasihan"
Sembari menubruk maju itu tiba-tiba tangan kirinya diayun ke atas, maka meluncurlah selarik cahaya api warna abu-abu dengan bunyi suitan yang menembus angkasa.
Terang tujuannya adalah memanggil bala bantuan teman-temannya, bahwa di tempat ini telah terjadi peristiwa besar.
Tatkala itulah suara Li Hian itu telah membisiki lagi di telinga Giok-liong.
"Buyung, jangan kau memandang rendah musuhmu jikalau tidak kuat bertahan lekaslah mundur kembali kedalam gua, Lohu masih dapat membantumu."
Giok-lioog mengerahkan Ji-lo, berbareng tubuhnya menggeser kedudukan ke sebelah kiri untuk bertemu dari rangsangan musuh, mulutnya tampak berkemik.
"Harap Cianpwe berlega hati. Wanpwe pasti takkan ceroboh menghadapi setan alas ini."
Baru selesai ia berkata Rasul jubah abu-abu sudah berhadapan ditengah udara dengan dirinya, Giok liong menyeringai dingin, sebat sekali tangan kanannya menjojoh, lima jalur angin kencang mendesis keluar langsung mencengkeram ke bawah ketiak rasul jubah abu-abu.
Dalam saat genting itulah samar-samar terdengar seruan Li Hian berkata.
"..... awas panah tanpa bayangan..."
Terdengar rasul jubah abu-abu membentak.
"Bocah keparat, kiranya boleh juga ,.."
Masih terapung ditengah udara tiba-tiba ia meliukkan pinggang terus jumpalitan dengan gaya yang indah, kini ia berada di belakang Giok-liong lebih atas, dimana jubah panjang nya kelihatan melambai-lambai, mendadak ia perdengarkan serentetan gelombang tawa yang menusuk telinga, segulung angin dingin yang kencang membawa bau amis yang memuakkan langsung menerjang ke punggung Giok-liong.
Dilihat expresi wajahnya yang kaku membesi tak kelihatan perubahan apa-apa, tapi dari sorot matanya yang buas jalang terlihatlah nafsunya yang besar ingin membunuh, seringai sadis membayangkan pada pandang yang penuh kepuasan.
Mereka meluncur lewat benda pundak ditengah udara ini kejadian dalam sekejap mata saja, Tapi dalam waktu yang singkat ini rasul jubah abu-abu dapat jumpalitan melambung lebih tinggi sambil melancarkan serangan ganas dengan cara membokong menyerang punggung Giok-liong, terang kedudukan lebih menguntungkan.
Terang gamblang serangan angin dingin kencang itu sudah menggulung kearah punggung Giok-liong, namun rasul jubah abu-abu rasanya masih belum puas, kelima jarinya mendadak terjulur keluar dan lengan bajunya beruntun menjentik lima kali, maka lima utas uap putih yang samar-samar hampir tak terlihat oleh pandangan mata secepat kilat melesat terbagi atas tengah dan bawah menyerang kelima tempat jalan darah mematikan ditubah Giok-liong.
Bukan sampai sebegitu saja lihay serangan ini, terasa oleh Giok Iiong sekitar tubuhnya kini telah terkekang dan tertutup rapat oleh kebutan angin dingin yang dilancarkan oleh rasul jubah abu abu tadi.
Lapat-lapat terdengar helaan napas sedih dari dalam gua.
"Bocah ini terlalu membawa adat sendiri, oh sungguh tidak beruntung!"
Suaranya semakin lirih dan pilu, naga-naganya Li Hian seperti memejamkan mata tak tega melihat lagi.
Secara tiba-tiba terdengar lima macam irama seruling mengalun tinggi menggetarkan bumi memecahkan batu, Didalam gelanggang tiba-tiba timbul selarik sinar putih menari-nari laksana naga hidup.
Lantas terdengar jeritan ngeri yang memecah kesunyian malam.
"Bluk !"
Keras sekali badan rasul jubah abu abu terbanting diatas tanah sejauh lima tombak, darah mengalir deras dari lubang panca inderanya, setelah berkelojotan sekian lama lantas tak bergerak lagi, jiwanya melayang.
Sementara itu dengan tenang Giok liong berdiri tegak di samping sana tangan kanan menggenggam Seruling samber nyawa, air mukanya merah membara, mulutnya menggumam.
"sungguh berbahaya ! senjata berbisa yang jahat ini benarbenar lihay!"
Dari dalam gua terdengar pula suara Li Hian berkata .
"Buyung, lebih baik kau masuk saja kedalam gua sini Terang kau sudah mengikat permusuhan dengan pihak Hian-bing-mokek ! Masuklah biar Loltu lebih tegas melihat wajahmu..."
Dari nadanya ini terang telah timbul rasa simpatik dalam benaknya terhadap Giok liong.
Giok-liong sendiri juga merasa kecut dan terkam mendengar nada perkataan orang yang penuh welas asih dan prihatin, hampir tak tertahan ia mengalirkan air mata.
sudah lama sekali tiada seorang orang tua pernah berkata sebegitu cinta kasih terhadap dirinya.
Maka segera ia menyahut perlahan.
"Baiklah, Lo-cian-pwe !"
Lalu seruling samber nyawa diselipkan diikat pinggangnya berputar tubuh terus melangkah kedalam gua. Tapi baru saja ia melangkah berapa tindak, tiba-tiba terdengar bentakan dingin dari belakangnya.