Seruling Samber Nyawa Chapter 58

Melihat Giok-liong mematung tanpa menghiraukan pertanyaannya, orang aneh jubah abu-abu itu mendadak mendengus dingin, jengeknya.

"Keparat, menyerah atau mati, pilihlah satu diantaranya."

Suaranya terdengar dingin tanpa nada namun mengandung sifat sifat keangkuhan yang keluar batas. Giok-liong menjadi dongkol, katanya sambil seringai dingin.

"Tuan bertampang seperti setan, sebenarnya dari aliran atau partai mana, lekas sebutkan asalmu,"

Memang Giok-liong menjadi pusing adanya Yu-bing-mo kek apa segala, belum pernah didengarnya di kalangan Kangouw ada golongan silat yang bernama demikian. Orang aneh jubah abu-abu mendadak terkekeh-kekeh aneh, suaranya sember seperti gembreng pecah.

"Buyung, kau harus mampus."

Baru lenyap suaranya tubuhnya mendadak melejit dengan kecepatan yang luar biasa meluncur kearah Giok-Iiong.

Tergerak hati Giok Hong, baru saja ia hendak turun tangan, Mendadak dilihatnya gerak tubuh orang merandek ditengah jalan mendadak membalik-balik lagi tepat dan persis sekali ditempatnya tadi.

Gerak pergi datang tubuhnya adalah begitu cepat dan cekatan, kalau Giok liong dapat melihat dengan mata sendiri sampai jelas, mungkin orang lain takkan dapat melihat tegas, paling-paling pandangannya terasa kabur, sampai si orang jubah abu-abu bergerak juga tidak diketahui! Begitu mencelat balik ketenipatnya semula lagi, kata sekata orang jubah abu-abu ini berseru.

"Apakah Li-cianpwe ada di dalam ?"

Nadanya terdengar sangat menghormat kepada orang di dasar gua itu, seakan-akan orang dalam sekeluarga saja.

Tanpa merasa Giok-liong semakin bingung dan tak mengerti.

Apakan mereka sejalan dan sehaluan ? Tidak mungkin ! curang di dasar gua ini lagak lagunya rada tidak simpatik terhadap si orang aneh jubah abu-abu ini ! Giok-liong menjadi tertawa geli dalam hati karena keraguannya ini, batinnya.

"Mengandal kepandaian silat rasul jubah abu abu ini masih belum kuat berbuat sesuatu terhadapku, coba kulihat tingkah tengik apa yang akan dia lakukan di hadapanku !"

Beruntun dua kali Rasul jubah abu-abu itu berteriak kedasar gua tanpa memperoleh penyahutan apa-apa, agaknya menjadi dongkol, dengusnya.

"Li Hian, Pun-su-cia (aku si rasul) memanggilmu dengan sebutan Cianpwe, karena kau masih ada harapan masuk menjadi anggota kita dengan kedudukan Tongcu, Tak nyana kau tua bangka ini ternyata tidak mengenal kebaikan."

Sebuah suara serak yang keras segera menyelak dari dasar gua sana.

"Karena sedikit kelalaian Lohu maka telah tertipu oleh kalian kalah judi dan terkurung dalam gua ini selama lima puluh tahun, Begitu sampai pada batas waktunya Lohu dapat memutus rantai ini sendiri dan keluar dari tempat gelap ini, untuk membuat perhitungan dengan kalian, Minta lohu menjadi anggota iblis seperti kalian, itulah angan-angan mimpi belaka !"

Rasul jubah abu abu berludah, tanyanya.

"Apakah setan kecil ini orangmu ?"

"Hahaha, dialah sahabat kecil yang baru Lohu kenal, apa yang kau dapat perbuat atas dirinya?"

"Harus dibunuh !" "Dengan alasan apa kau hendak mencabut jiwa orang ?"

"Bagi setiap orang yang berani melanggar ketentuan golongan kita, kalau tidak menyerah harus dibunuh!"

"Sekarang dia berada didalam gua Lohu ini, tiada alasan kau mencari perkara dengan dia."

"Hm, kau sendiri sebagai tahanan, pesakitan loyo, apa yang dapat kau lakakan?"

"Hahahahahahaha ... ,"

Dari dasar gua sana mendadak terdengar kumandang gelak tawa panjang yang bergema keras menggetarkan bumi memekakkan telinga. Begitu lenyap suara gelak tawa lantas terdengar suara Li Hian berkata.

"Mengandal Rasul jubah abu-abu macam tampangmu ini, kukira kau takkan berani!"

"Hehehehehe .... kenapa kau tidak berani..."

Saat itulah suara Li Hian berkumandang lagi di pinggir telinga Giok-liong.

"Buyung, jangan takut, silakan kau turun tangan menggebahnya, asal kau tidak bergeser dari tempat dudukmu, Lohu dapat menyalurkan tenaga dalam untuk membantumu mengusir dia. Sebetulnya Giok-liong belum pernah berlatih cara mengirim gelombang suara, tapi dia tahu caranya, Maka wajahnya lantas mengunjuk senyuman, menghimpun tenaga lantas ia mendesak suaranya menjadi lirih sekecil benang menyusup kedasar gua.

"Harap Cian-pwe tidak menjadi kuatir, Wanpwe percaya berkelebihan dapat mengatasi manusia macam setan ini."

Dari dasar gua terdengar si orang tua berseru kejut, katanya.

"Wah buyung, kiranya Lwekangmu memang sangat hebat dan kuat!"

"Terima kasih akan perhatian Cian-pwe ini?"

Mereka mengobrol terjadi dalam waktu yang sangat singkat sekali. Tapi agaknya si rasul jubah abu-abu sudah tidak sabaran menunggu, katanya dengan nada tinggi-kepada Giok-liong.

"Bocah, mau menyerah atau rela mati?"

Sambil tersenyum lebar Giok-liong pelan-pelan berdiri, benda yang melekat di belakangnya itu lantas di tarik kembali. Melihat Giok liong tersenyum lebar ke-arahnya, rasul jubah merah menjadi salah sangka ujarnya cemberut.

"Bocah jadi kau sudi menyerah?"

Melihat cecongor orang yang begitu takabur dan sombong sekali, timbul rasa muak dalam benak Giok-liong, kedua pipinya lantas bersemu merah, tapi sikap dan emosinya menjadi semakin dingin membeku, kedua matanya mendadak memancarkan sorot yang bernafsu membunuh, suaranya terdengar kaku.

"Tuan ingin aku turun tangan, atau lebih baik tuan sendiri bunuh diri?"

Begitu pandangan mereka bentrok bertingkat kaget si rasuI jubah abu-abu.

Tapi hatinya lantas memikirkan suatu keumpamaan.

Tidak mungkin! dengan usianya yang masih muda ini, seumpama sejak berada dalam kandungan ibunya ia sudah berlatih selama dua puluh tahun, tingkat kepandaian silatnya tidak mungkin bisa mencapai sedemikian tinggi, Lwekangnya juga tidak mungkin begitu kuat! Mungkin hanya sepasang matanya itu yang luar biasa."

Karena perumpaannya ini lantas kembali ia percaya akan kemampuannya sendiri, mendongak ia terkekeh-kekeh lantang, ujarnya.

"Bocah yang sombong, kalau Pun-sucia langsung turun tangan, pasti kau akan menyesal setelah terlambat!"

Sikap Giok-Iiong sekarang juga semakin kaku, air mukanya semakin bersemu merah, ujarnya.

"Kalau tuan tidak segera turun tangan bunuh diri, agaknya minta aku yang rendah turun tangan sendiri bukan?"

Mendadak Rasul jubah abu abu mengakak panjang, seiring dengan kumandang gelak tawanya ini tiba-tiba tubuhnya melayang seringan burung kepinis seperti bayangan setan layaknya menyerbu tiba. Giok-liong mandah berkecek mulut, serunya.

"Mari, kita bermain dipelataran sana yang lebar."

Sekali berkelebat "wut"

Kencang sekali tubuhnya meluncur memberosot lewat dipinggir tubuh rasul jubah abu-abu keluar gua. Samar ramar kupingnya mendengar helaan napas serta kata-kata.

"Patah tumbuh hilang berganti, tunas muda tumbuh lebih cepat melangkahi yang tua ..."

Begitu rasul jubah abu-abu sampai diluar gua, tampak Giok-liong sudah menunggu di luar gua puluhan tombak jauhnya tengah menggendong tangan seenaknya. Melihat ia melayang datang lantas unjuk senyuman, katanya .

"Tuan kau sudah hampir masuk ke liang kubur, berlakulah sabar dan janganlah tergesa-gesa, kalau tidak bila tulang belulang dalam tubuhnya patah atau retak tak enak rasanya lho !"

Keruan bukan kepalang gusar rasul jubah abu abu dikocok demikian rupa, tiba tiba ia hentikan luncuran tubuhnya, seperti tongkat yang terpaku di tanah ia berdiri tegak, dengan nada dingin yang menakutkan ia berkata.

"Bocah sebutkan namamu untuk terima kematian !"

"Aku yang rendah tak lain tak bukan Ma Giok liong !"

"Ma Giok liong ?"

"Itulah aku yang rendah !" "Henehehe, dicari sampai sepatu besi bejat tidak ketemu, kiranya ketemu disini tanpa mengeluarkan tenaga ! Hebehehe..."

Giok liong mandah berdiri dengan sikap dingin melihat tingkah laku orang yang kehilangan kontrol terhadap diri sendiri sampai suara gelak tawa orang berhenti, baru ia membuka mulut.

"Sudah cukup tertawa tuan ?"

Rasul jubah abu-abu memang sudah menghentikan tawanya, kedua matanya memancarkan sinar aneh, katanya.

"Ma Giok-liong, kalau kau mau menyerahkan seruling samber nyawa dan menjadi anggota kita. Bolehlah Punsu cia mewakili kau lapor kepada Kokcu, membantumu menuntut balas memberantas seluruh musuhmu, sehingga kau dapat hidup mewah bahagia ..."

"Kentut ! Aku Ma Giok liong seorang laki-laki yang kenal apa artinya kebajikan dan kebaikan, mana sudi bergaul dengan manusia macam kalian seperti setan gentayangan !"

Rasul jubah abu abu menjengek dingin, katanya.

"Kuharap Tuan berpikir dan berpikir lagi secara cermat, Kalau kau tidak mau melulusi bayangkanlah akibatnya."

Saking dongkol Giok liong terbahak-bahak selepas tawanya, serunya.

"Jikalau tuan mudamu ini takut pada congormu, sia sialah aku bernama julukan Kim-pit-jan -hun !"

Sepasang mata Rasul jubah merah semakin memancarkan nafsu membunuh, suaranya semakin tertekan dingin.

"Baik sekarang kuberi kesempatan untuk kau berpikir..."

"Hahahaha, kau ada kemampuan apa, silakan keluarkan!"

Rasul jubah abu-abu membanting kaki dan serunya keras.

"Buyung, jangan kira Li Hian bisa menjadi tulang punggungmu lantas bersikap begitu takabur. Ketahuilah. sampai besok pagi waktu matahari terbit baru genap lima puluh tahun ia dapat keluar dari kurungannya itu. Sebelum menjelang pagi setindakpun dia tidak boleh berkisar dari dalam gua ini! Maka, hehe, seandainya ia berniat membantu kau juga tiada mampu lagi."

Maksud tujuan ucapannya ini kepihak hendak memperingatkan kepada Giok liong janganlah menarik Li Hian sebagai pembantu utama, dilain pihak juga memberitahu kepada Li Hian tidak boleh melanggar janji keluar gua.

Mendengar obrolan orang ini, ujung mulut Giok-liong menyungging senyum sinis, katayna menjengek.

Posting Komentar