Tak kira Ngo hui-heng cian menghadapinya sebagai durjana-yang patut dilenyapkan dari muka bumi ini kerana hatinya takkan berang mana dapat melampiaskan kedongkolan hati ini? Maka sambil menjengek dingin Ji-lo dikerahkan sampai puncanya cepat sekali ia merogoh ke pinggang dilain saat alunan kelima gelombang irama seruling segera memecah alam pegunungan dimalam nan sunyi.
Dua jalur sinar kuning dan putih yang menyilaukan mata mendadak melejit ketengah udara terus menerjang turun pula.
"Jan hun-ti"
Terdengar mulut Ngo-hui-heng cia berseru kaget belum lenyap suaranya, suara ribut seperti hawa udara pecah bercerai berai berkumandang di tengah udara disusul dua jeritan keras berbareng bergema lantang.
Hujan darah memenuhi angkasa berceceran kemana-mana Dua bayangan putih dan abu-abu seperti bayangan setan gentayangan terpental mundur terus melesat kedua arahjurusan yang berlainan Setelah itu Go bi-san kembali dilingkupi suasana sunyi, angin malam sepoi-sepoi menghembus lewat, tak lama kemudian diufuk timur terpencar sinar kuning yang cemerlang dengan munculnya sang Surya menerangi jagat raya.
Kini lebih jelas lagi keadaan sekitarnya pemandangan yang seram mengerikan dengan mayat- mayat gelimpangan tergenang air darah menambah suasana yang sunyi lengang ini semakin menakutkan.
Go bi-pay runtuh total hanya semalam saja.
Kecuali Ngo-heng-hui-cia, Giok-liong dan para murid dari istana beracun, tiada seorangpun yang tahu dan takkan mungkin bisa tahu atau mengira, dengan kejayaan Go-bi-pay sekian tahun, hanya semalam saja seluruh penghuni atau anggauta Go-bi-pay telah diberantas dan dibunuh semua tanpa meninggalan satupun yang masih hidup.
Akhirnya kabar jelek ini terdengar pula oleh kaum persilatan dari aliran lurus.
Gelombang pembunuhan besarbesaran bakal bersemu di dunia persilatan dan kini mulai terpecahkan menjadi rahasia umum Terang dan gamblang, delapan aliran terbesar lainnya juga bakal mengalami nasib yang serupa.
Hari kedua baru saja matahari muncul dari peraduannya, masih pagi pagi benar, Dikalangan Kangouw sudah tersiar berita gempar yang sulit dapat dipercaya.
Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong pendekar tunas muda yang menggemparkan dunia persilatan itu membekal Jan-hun-ti, itu seruling pusaka yang menjadi incaran setiap insan persilatan yang tamak, beruntun sebelah melukai beberapa banyak tokoh-tokoh silat kenamaan cukup hanya semalam saja telah memberantas dan membunuh seluruh anak murid Go bi-pay yang tinggal diatas gunung.
Pertama-tama delapan aliran besar serta para murid Go-bipay lainnya berteriak dan menyuarakan seruan penuntut balas.
Begitu berita ini tersiar luas dikalangan Kangouw seperti jamur berkembang biak dimusim seni.
Bagi kaum lurus satria gagah beramai-ramai angkat senjata berteriak hendak mengejar dan meringkus Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong.
Dengan Hong-tiang Siau-lim sebagai pemimpin besar disebar luaskan Lok-Iim ciam serta Enghiong-tiap, Diminta kepada mereka untuk menegakkan keadilan dan kebenaran demi kesejahteraan kaum persilatan umumnya, menumpas dan menghukum berat durjana besar yang ganas untuk menuntut balas para murid Go-bi-pay yang telah mangkat dialam baka.
Maka dikalangan Kangoaw bermunculan banyak gembonggembong silat yang telan mengasingkan diri sekian tahun lamanya, alasannya saja demi ketentraman dan keamanan hidup kaum persilatan tapi hakikatnya dan maksud tujuan mereka yang sebenarnya tiada seorangpun yang tahu.
Kalau dunia Kangouw tengah digegerkan akan berita naas yang menimpa pihak Go-bi-pay.
Adalah didalam sebuah gua dibawati jurang didalam pedalaman dipegunungan Go-bi-pay seorang pemuda berpakaian putih tengah duduk bersila mengheningkan cipta.
Dia bukan lain adalah Kim-pit-jan-hun yang terluka parah dan melarikan diri setelah pukulan melawan Ngo hui-heng cia.
Waktu pertama kali melihat Ngo-hui-heng cia, sebenarnya Giok-liong sudah mau membuka mulut memberi penjelasan asal mula kejadian yang mengenaskan ini, malah besar harapannya dapat mengajak beliau masuk didalam barisan besar kaum persilatan aliran lurus untuk menolong nasib buruk kaum persilatan yang bakal timbul tak lama ini, bersama menanggulangi dan melawan gembong gembong silat-silat jahat dan para iblis yang telah bermunculan kembali akan menimbulkan huru hara.
Tak duga kesempatan untuk membuka mulut saja tiada baginya.
sedemikian keras desakan Ngo-hui-heng-cia dengan serangan ganas malah melancarkan Cu-sim-ti-mo yang ganas itu untuk membunuh dirinya lagi.
Dalam keadaan kepepet demi hidup terpaksa ia keluarkan seruling samber nyawa dan Potlot mas, dengan sekuat tenaga mengadu kepandaian secara kekerasan.
Begitu kedua belah pihak saling bentrok, Giok-liong lantas merasa kepalanya seperti hampir pecah saking keras getaran yang menimpa dirinya, napas terasa sesak darahpun bergolak serasa hampir meledak dadanya.
Mata berkunang-kunang kepala pusing tujuh keliling, tak tertahan lagi darah segar menyemprot keluar dari mulutnya.
Hebat penderitaan Giok-liong.
Tapi ia pun mendengar jeritan Ngo hui heng-cia terbaur senada dan seirama dengan jeritannya menjadi perpaduan suara yang melengking tinggi Giok-liong insyaf bahwa dirinya sudah terluka teramat parah.
Kalau lebih lama lagi ia tinggal ditempat ini, pasti lebih celaka dan tidak akan banyak bermanfaat.
Maka sekuat tenaga ia bertahan sambil menahan napas, tubuhnya bergerak lincah secepat terbang kearah hutan yang lebat dan menghilang disana.
Waktu menyingsing fajar, ditemukan sebuah gua yang tersembunyi dan terahasia, Pada saat mana ia sudah kehabisan tenaga dan susah bertahan lagi, mata tanpa banyak pikir dan kwatir lagi segera ia menerobos masuk kedalam gua itu.
Dimana ditelannya beberapa butir pil peranti penyembuh luka-luka dalam lalu mulailah ia mengerahkan tenaga murni untuk berobat diri setelah memakan waktu sehari semalam baru seluruh luka-luka parahnya dapat disembuhkan seluruhnya.
Dalam hati ia merasa beruntung! Jikalau ia tidak membekal seruling samber nyawa senjata pusaka yang ampuh mandraguna serta Potlot mas seumpama ia tidak menelan sari buah ajaib dan khasiatnya setelah menunjukkan perbawanya, pasti dan tentu jiwanya siangsiang sudah melayang di bawah ilmu Cu sim-ti-mo atau Hati suci melenyap iblis itu.
Matahari mulai terbenam kearah barat, hari menjelang magrib dan mulai petang, pekerjaan Giok-liong dalam usahanya menyembuhkan luka-lukanya sudah mulai mencapai titik yang paling gawat.
Alam pegunungan yang liar dan sunyi serta angin malam mulai menghembus keras menambah suasana terasa lengang menekan perasaan.
Giok-liong duduk bersila, lambat laun dari badannya memancarkan cahaya putih perak yang cemerlang, kepalanya juga mulai menguap kabut putih yang bergulung-gulung seperti air mendidih.
Demikian juga air mukanya selalu berganti warna dengan cepat, Lama kelamaan asap putih terus mengepul semakin tebal membungkus seluruh badan sampai tidak kelihatan lagi.
"Krek!"
Pada saati(n tiba-tiba terdengar sebuah suara lirih dari dalam gua, lalu disusul suara helaan napas panjang.
sedemikian memilukan dan sedih sekali helaan napas itu dalam suasana yang lengang dan seram itu.
Ditempat pegunungan sunyi serta hari pun mulai petang, maka suara helaan napas itu terdengar begitu jelas sekali.
Beruntun suara helaan napas terdengar lagi, lalu terdengar pula suara rantai panjang yang terseret berbunyi gemerantang, sebentar saja lalu keadaan menjadi hening lelap.
Meskipun Giok-liong tengah tekun mengerahkan tenaga mengobati luka-lukanya, tapi sesuatu gerakan sekelilingnya masih tetap dapat didengar dengan telinganya yang tajam.
Maka begitu mendengar helaan napas itu bercekat hatinya, batinnya.
"Mungkinkah di gua sebelah sana ada seseorang yang terkurung dan dibelenggu dengan rantai?"
Sedikit terpencar perhatiannya, hawa murni dalam tubuhnya lantas menjadi kacau balau tak terkendalikan lagi, cepat-cepat ia himpun semangat dan pusatkan pikiran tak berani sembarangan banyak pikir segala tetek bengek.
Lambat laun pernapasannya dapat teratur dan darah dapat mengalir lancar dan normal kembali, sekonyong-konyong sebuah suitan panjang memecah kesunyian alam pegunungan berkumandang diluar gua.
Makin lama terdengar semakin keras dan malah mendekat menggetarkan bumi dan bergema didalam gua.
setelah tiba diluar gua baru suara suitan itu berhenti.
Dari suara serta kecepatan lari orang itu dapatlah diperkirakan betapa tinggi kepandaian silat pendatang ini, paling tidak juga sudah mencapai tingkat yang sempurna.
Baru saja suata suitan itu berhenti, mendadak Giok-liong merasa hawa murni dalam tubuhnya bergejolak dan luber, Sesaat sebelum Giok-liong dapat mengendalikan diri, sebuah benda yang keras dingin tahu-tahu sudah menekan dijalan darah Bing hun hiatnya.
Bersama itu terdengar bisikan lirih dari suara serak sambil berkata dipinggir telinganya.
"Ai buyung, biarlah Lohu membantumu""
Baru selesai perkataan osang dari benda keras yang menekan jalan darahnya itu, tiba tiba tersalur segulung tenaga dingin yang menembus tulang belulang, laksana panah es meluncur memasuki seluruh sendi dan urat syaraf Giok liong.
Dalam sekejap saja gelombang tenaga dingin itu laksana air bah terus menerjang dan menembus seluruh badannya berputar satu putaran, setelah Giok liong merasa seluruh badan kedinginan hampir membeku, perasaan lantas mulai berangsur pulih dan segar nyaman.
Banyak jalan darah yang dulu belum pernah teroboskan oleh hawa murninya sekarang telah tertembus lancar oleh terjangan tenaga dingin bagai es itu.
Sekarang sedikit ia kerahkan tenaga murninya semangatnya lantas bergairah dibanding sebelum ini seperti bumi dan langit.
Ternyata Lwekangnya, semakin dalam dan kokoh, hawa murni dalam tubuhnya juga berjalan semakin lancar.
Kini tak terasakan lagi sakit akan penderitaan oleh luka luka parahnya tadi.
Karuan tersentak kaget sanubarinya, sungguh kokoh dan kuat benar lwekang orang yang membantunya ini, Tapi entah dari aliran atau golongan mana, mengapa tenaga dalamnya bisa begitu dingin dan hampir membekukan, selama itu Giok liong juga keheranan dan curiga.
Mengapa orang berkepandaian begitu tinggi bisa di kurung dan dibelenggu didalan gua ini.
Mengapa dia tidak membantu aku sejak mula tadi, setelah diluar gua kedatangan tokoh kosen baru dengan secara kilat membantu aku berobat? Apakah dia mempunyai maksud tertentu? Kalau dia menggukan alasan ini untuk menekan aku, apakah aku harus melulusinya ? Tengah pikirannya bekerja diluar gua tampak berkelebat sesosok bayangan orang kurus tinggi.
Waktu Giok-Iiong menegas pendatang ini berbadan tinggi hampir setombak mengenakan jubah panjang warna abu abu, sedemikian panjang pakaian yang dikenakan sampai telapak kakinya teraling tidak kelihatan.
Rambutnya yang memutih abu-abu riap-riapan tak teratur, wajahnya juga bersemu ungu kaku tanpa expresi, Hanya sepasang matanya yang celong itu memancarkan sinar kilat dingin yang menatap kedalam gua ini.
Begitu pandangan Giok-liong bentrok dengan sorot mata orang hatinya lantas tergetar sungguh dingin pandangan orang ini ! Terdengar ia membuka mulut dengan suara dingin tertegun.
"
Buyung, dari mana kau datang? Berani masuk ke dalam gua ini apakah kau sudah tidak ingin hidup ?"
Kata demi kata diucapkan dengan tekanan nada yang dingin dan jelas, membuat pendengarnya berdiri bulu romanya. Baru saja Giok-liong niat berdiri membuka mulut, suara lirih serak tadi terkiang di pinggir telinganya.
"Duduklah jangan bergerak! jangan hiraukan orang ini. Dia adalah rasuI jubah abu abu dari Yo-Wog-mo-kek. Ada Lohu disini takkan berani masuk dan sembarangan bergerak."
Giok-liong menurut nasehat orang duduk lagi tanpa bergerak namun diam-diam ia kerahkan hawa pelindung badan untuk berjaga dan siap siaga menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi.