Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 60

NIC

"Kalau begitu, baiklah, Nona..."

Pada saat itu, pintu depan terbuka dan Cu Kam menyelinap masu k bersa ma seorang laki- laki setengah tua berpakaian pengemis dan me megang sebatang tongkat hitam. Seorang anggauta Hek-tung Kai-pang! Wajah penge mis itu ta mpak tegang.

"Gu-twako, ada apakah?" Li Cu Seng lupa bahwa tadi dia me mper kenalkan Cu Kam dan Giam Tit sebagai kakak beradik she Kam karena dia terkejut dan ma klum bahwa anggauTa Hek-tung Kai-pang itu tentu me mbawa berita yang buruk maka wajahnya tegang seperti itu.

"Cepat lapor kepada Beng-cu!" kata Cu Kam. Pengemis itu meng ha mpir i Li Cu Seng dan berbisik. "Beng- cu, tujuh orang perwira tadi menuju ke sini. Agaknya mereka mencurigai Beng-cu bertiga!"

Li Cu Seng mengerutkan alisnya. "Hmm, kalau begitu cepat hubungi kawan-kawan dan siap untuk melindungi kami keluar dari kota raja. Jangan turun tangan dulu sebelum terjadi perkelahian."

"Baik, Beng-cu." Setelah berkata demikian, dengan gerakan gesit pengemis itu menyelinap keluar. Gu Kam menutupkan daun pintu luar itu dari dalam.

Kim Lan Hwa kini bangkit dari kursinya dan menatap tajam wajah Li Cu Seng, kemudian ia menudingkan telunjuknya ke arah muka pe mimpin pe mberontak itu dan berkata gagap, "Engkau Beng-cu...? Engkau Pemimpin Pe mberontak Li I Cu Seng sendiri...?" mata wanita itu terbelalak dan wajahnya berubah pucat.

Gu Kam me nuju pintu dalam dan me manggil Giam Tit sehingga kini mereka bertiga berada di ruangan ta mu. Li Cu Seng mengangguk kepada Kim Lan Hwa. Dalam keadaan seperti itu dia harus tenang na mun dapat menga mbil keputusan tepat dan cepat.

"Nona Kim, melihat kenyataan bahwa Panglima Besar Bu Sam Kwi tidak mau membawa pasukannya ke kota raja untuk me lindungi Kaisar, me mbuktikan bahwa di antara kami terdapat persamaan, yaitu kami sa ma-sama me nentang pemerintah Kerajaan Beng yang brengsek karena Kaisar telah dikuasai oleh para Thaikam dan pe mbesar yang korup dan lalim. Karena itu, keadaan Nona dan kami sa ma-sa ma berada dalam bahaya. Tidak ada pilihan lain bagi Nona kecuali bekerja sama dengan kami!"

"Bekerja sa ma bagaimana maksudmu?"

"Begini, Nona. Nona harus melindungi kami agar kami tidak diganggu dan tidak dikenal para pengawal, kemudian setelah kita dapat keluar dari kota raja, kami akan melindungi Nona dari se mua bahaya yang menganca m diri Nona."

Kim Lan Hwa mengangguk-angguk.

"Baik... baik aku akan berusaha sedapatku!"

Pada saat itu, terdengar pintu diketuk dari luar dan ketika pintu dibuka, seorang pelayan tua masuk dan berkata kepada Kim Lan Hwa. "Kim Hujin, di luar terdapat tujuh orang perwira yang mohon bicara dengan Hujin."

"Baik, katakan kepada mereka bahwa aku akan segera keluar mene mui mere ka." kata Kim Lan Hwa dengan suara tegas. Wanita ini sudah dapat menenangkan hatinya dan tidak tampak ketakutan lagi. Pelayan itu keluar dan Kim Lan Hwa berkata kepada Li Cu Seng bertiga. "Sam-wi tunggu saja di sini, aku akan mene mui mere ka dan percayalah, sebagai selir tersayang Panglima Bu Sam Kwi, aku masih disegani para perwira." Setelah berkata demikian, wanita cantik jelita ini lalu me mbereskan wajahnya yang tadi menangis, me mbedakinya kembali sehingga wajahnya kembali ta mpak berseri. Setelah itu ia keluar dengan langkah gontai dan sikap anggun dan agung.

Tujuh orang perwira yang duduk menunggu di pendapa itu adalah Su Lok Bu, Cia Kok Han, dan lima Liong-san Ngo-heng. Mereka segera bangkit berdiri me mberi hor mat ketika Kim Lan Hwa muncul dari pintu dalam dengan sikapnya yang anggun dan agung. Mereka bertujuh sudah tahu betul siapa wanita cantik jelita ini. Wanita ini selir tersayang Panglima Besar Bu Sam Kwi yang tidak ikut diboyong ke San-hai-koan karena ia menjaga ruma h gedung panglima besar itu.

"Maafkan kami, Toa-nio (Nyonya Besar) kalau kami menganggu. Akan tetapi terpaksa kami datang berkunjung bertalian dengan tiga orang yang datang ke gedung ini. Mereka itu amat mencurigakan dan atas perintah Jenderal Ciong Kak kami diharuskan menahan mereka untuk diperiksa lebih lanjut. Kalau kemudian ternyata bahwa mereka me mang benar tiga orang perwira pembantu Panglima Besar Bu seperti yang mereka katakan, tentu kami akan me mbebaskan mereka kembali. Kami mohon perkenan Toa-nio untuk menangkap mereka bertiga."

Kim Lan Hwa mengerutkan alisnya, mukanya berubah kemerahan, sepasang matanya yang indah itu menyinarkan kemarahan dan kedua tangannya bertolak pinggang, me mandang i mereka satu demi satu.

"Berani se kali kalian men uduh yang bukan-bukan terhadap para utusan suamiku, Panglima Besar Bu Sam Kwi? Kalau kalian tidak percaya kepada mereka bertiga, berarti kalian tidak percaya kepadaku dan kalau tidak percaya kepadaku, berarti tidak percaya kepada Panglima Bu! Begitukah? Mereka bertiga, Perwira Cu dan dua orang Perwira Kam adalah orang- orang kepercayaan suamiku, utusan pribadi Panglima Besar Bu Sam Kwi yang diutus untuk bicara dengan aku mengenai urusan keluarga kami. Juga mereka me nceritakan bahwa saat ini, Panglima Besar Bu sedang menyiap kan balatentara untuk ditarik kembali ke kota raja, melindungi kota raja dari ancaman serbuan pasukan pe mberontak! Dan sekarang kalian hendak menangkap mereka, seolah-olah para utusan suamiku itu penjahat-penjahat? Kalau begitu, sebelum kalian menang kap mereka, tangkaplah aku lebih dulu, biar nanti Panglima Besar Bu Sam Kwi yang akan me mutus kan apa yang akan dia lakukan sebagai hukuma n kepada kalian bertujuh!"

Tujuh orang itu tentu saja terkejut sekali mendengar ucapan yang bernada marah ini. Melihat betapa selir tersayang Panglima Bu itu men ja min bahwa tiga orang itu benar-benar utusan pribadi Panglima Bu, tentu saja mereka bertujuh percaya.

"Maaf, Toanio. Kami hanya melaksanakan perintah Jenderal Ciong!" kata Cia Kok Han me mbela diri. "Bagus! Kalau begitu, Jenderal Ciong yang akan menang kap tiga orang utusan pribadi Panglima Besar Bu Sam Kwi? Berarti Jenderal Ciong sudah berani memberontak terhadap atasannya? Kalau perlu, suruh Jenderal Ciong bicara sendiri dengan aku"

Tujuh orang itu kehilangan nyali. Mereka tadinya menaruh kecurigaan besar terhadap tiga orang itu. Akan tetapi setelah Kim Lah Hwa bersikap seperti itu, kecurigaan mereka ha mpir hilang sa ma sekali. Kiranya mustahil kalau selir tersayang Panglima Besar Bu Sam Kwi me lindungi mata- mata pemberontak!

"Baiklah, Toa-nio. Kami tarik kembali keinginan kami menang kap tiga orang itu. Harap maafkan kesalah-pahaman kami ini." kata Su Lok Bu dan mereka bertujuh lalu me mberi hormat dan meninggalkan gedung itu.

Ketika wanita cantikitu bicara dengan tujuh orang perwira, Li Cu Seng bertiga mengintai dari dalam dan mereka sudah siap siaga kalau- kalau wanita itu melaporkan keadaan mereka yang sesungguhnya, atau kalau terjadi bahaya mengancam. Tentu saja mereka akan melawan mati- matian karena kalau Li Cu Seng sampai tertawan hidup-hidup, berarti dia menyerah dan ini akan me le mahkan se mangat laskar rakyat yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau dia me lawan sa mpai mati, hal ini malah mena mbah kemarahan para pemberontak terhadap pemerintah Kerajaan Beng. Akan tetapi, betapa lega dan girang rasa hati mereka me lihat sikap Kim Lan Hwa dan mendengar ucapannya yang tegas dan berwibawa sehingga tujuh orang perwira itu men jadi jerih dan meninggalkan gedung itu. Untuk se mentara mereka a man, akan tetapi rianya sementara saja. Hal ini mereka ketahui benar.

Ketika Kim Lan Hwa me masu ki ruangan ta mu kembali, tiga orang itu bangkit menya mbutnya.

"Ah, Nona Kim hebat sekali! Kami sungguh merasa kagum dan berterima kasih!" kata Li Cu Seng dan kembali dia me mandang dengan kekaguman yang tulus. Akan tetapi Kim Lan Hwa mengerutkan alisnya.

"Li Beng-cu, se mentara ini me mang kita a man. Akan tetapi bagaimana selanjutnya? Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Posting Komentar