Pusaka Pulau Es Chapter 19

NIC

"Selamat tinggal, Hong-moi. Aku berangkat sekarang, juga."

Dia lalu melompat pergi.

"Han-ko....tunggu....!"

Teriakan ini membuat Keng Han menahan larinya dan dia berhenti. Gadis itu mengejar dan menyusulnya.

"Ada apa, Hong-moi?"

"Han-ko, aku ikut denganmu!"

Katanya dengan tegas, lupa sama sekali bahwa ia adalah puteri Pangeran Mahkota! "Aku akan ikut ke Tibet!"

Benar-benar Kwi Hong sudah lupa diri dan lupa keadaan. Hasrat hatinya hanya ingin bersama pemuda itu, tidak ingin berpisah. Akan tetapi Keng Han masih memiliki kesadaran. Tidak mungkin dia membawa seorang gadis yang baru dikenalnya melakukan perjalanan sejauh itu. Apa akan kata orang tua gadis itu? Juga ini di luar kepantasan.

"Tidak, Hong-moi. Ini adalah urusan pribadiku yang harus kuselesaikan sendiri. Aku tidak ingin engkau terbawa"bawa. Kalau sudah selesai tugasku, mungkin kita dapat bertemu kembali. Nah, selamat tinggal!"

Dia menggunakan ilmunya berlari cepat sekali sehingga sebentar saja sudah lenyap dari pandang mata gadis itu. Dan tanpa disadarinya, kedua mata Kwi Hong menjadi basah! Ia merasa menyesal sekali. Pemuda sehebat itu menerima tugas seberat dan seaneh itu. Ia menoleh dan memandang kepada makam Gosang Lama.

"Hemmm, aku sangsi apakah dia seorang baik-baik."

Gumamnya, kemudian ia pun meninggalkan tempat itu menuju ke kota raja.

Kita tinggalkan dulu Kwi Hong yang kembali ke kota raja dan Keng Han yang pergi ke Tibet dan mari kita menengok keadaan perkumpulan Thian-li-pang. Thian-li-pang terkenal sebagai sebuah perkumpulan para pendekar dan patriot yang diam-diam menghendaki kemerdekaan bagi nusa dan bangsanya, terbebas dari penjajahan bangsa Mancu. Perkum"pulan Thian-li-pang tadinya dibawa menyeleweng oleh seorang sesat, akan tetapi kemudian setelah dipegang oleh ketuanya yang sekarang, kembali ke jalan benar. Biarpun sama-sama menentang kekuasaan Mancu, Thian-li-pang tidak sudi bekerja sama dengan dua perkumpul"an lain yang dianggap sesat, yaitu Pek"lian-pai dan Pat-kwa-pai.

Setelah dipegang oleh ketuanya yang sekarang, yaitu Yo Han, seorang pendekar yang terkenal dengan julukan Pendekar Tangan Sakti, perkumpulan itu menjadi makin besar dan maju, pusat perkumpulan ini berada di puncak Bukit Naga. Para murid Thian-li-pang memegang keras peraturan yaitu tidak boleh sembarangan membunuh, biar yang dibunuh pejabat pemerintah kerajaan Mancu sekalipun. Sasaran mereka bukan para pembesar yang baik, akan tetapi para pembesar yang melakukan penindasan terhadap rakyat jelata. Yo Han mengerti betul bahwa belum tiba saatnya untuk memberontak terhadap pernerintah Mancu. Keadaan pemerintah Mancu masih terlampau kuat.

Bahkan banyak bangsa Han yang mendukungnya, termasuk perkumpulan-perkumpulan besar dan pendekar-pendekar sakti. Yo Han hanya memimpin para murid untuk bertindak sebagai pendekar-pendekar yang menegakkan kebenaran dan keadilan, menentang yang jahat dan melindungi yang lemah tertindas. Karena itu, pemerintah pun tidak melakukan usaha untuk membasminya sebagai pemberontak, karena tindakan para muridnya seperti para pendekar, bukan seperti pemberontak. Ketua Thian-li-pang yang bernama Yo Han adalah seorang pendekar besar yang namanya amat terkenal di seluruh dunia kang-ouw sebagai seorang pendekar sakti berjuluk Pendekar Tangan Sakti. Selain terkenal amat lihai, juga dia bijak"sana sekali. Pendekar yang satu ini pantang membunuh lawan,

Bahkan para penjahat yang ditundukkannya selalu diberi nasihat agar kembali ke jalan benar dan tidak dibunuh. Oleh karena itu, banyak sekali penjahat besar yang berhutang budi kepadanya, telah kembali ke jalan benar karena sikap pendekar ini. Yo Han telah berusia hampir lima puluh tahun, akan tetapi dia masih nampak tampan dengan matanya yang bersinar tajam dan cerdik. Wajahnya ber"bentuk lonjong dengan dagu runcing berlekuk, kini ditumbuhi jenggot sedang yang sebagian sudah berwarna putih. Rambutnya yang panjang juga bercampur sedikit uban. Akan tetapi alisnya yang menghias dahinya yang lebar masih tetap hitam tebal. Hidungnya mancung dan mulutnya ramah sekali, selalu dihias senyum. Tubuhnya sedang saja, namun tegap berisi. Inilah ,pendekar sakti Yo Han yang menjadi ketua Thian-li-pang di Bukit Naga.

Isterinya juga bukan orang sembarangan. Isterinya yang bernama Tan Sian Li, dahulunya ketika masih menjadi gadis sudah terkenal sebagai seorang pendekar wanita yang berjuluk Si Bangau Merah. Julukan ini karena pakaiannya yang selalu berwarna kemerahan dan juga karena ilmu silatnya yang khas, yaitu Ang"ho Sin-kun (Silat Sakti Bangau Merah). Biarpun tingkat ilmu kepandaiannya tidak sehebat suaminya, namun Tan Sian Li merupakan seorang wanita yang sukar dicari tandingnya. Wanita ini adalah campuran keturunan dari para Pendekar Gurun Pasir dan Pendekar Pulau Es bahkan juga pernah mempelajari ilmu pedang Liong-siauw Kiam-sut (Ilmu Pedang Suling Naga) dan menggunakan sebatang suling yang berselaput emas.

Posting Komentar