Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 57

NIC

"Nama ketiga orang ini di dunia kang ouw memang cukup terkenal, tetapi tidak mungkin sam-pai Lo Sang mati terkejut karenanya," gumam I Ki Hu.

"Di sinilah letak keanehan kejadian ini. Kalau ingin cerita yang lebih jelas, kami harus memulainya dari setengah bulan yang lalu. Malam itu, tiba-tiba ada seseorang yang tubuhnya penuh berlumur darah menerjang masuk ke tempat tinggal kami ini. Ketika sampai di dalam, nafasnya tinggal satu-satu."

"Siapa orang itu?" tanya I Ki Hu.

"Orang itu kakak misan kami yang bernama Sang Cu Ce." Mendengar Sang Ling menyebut nama itu, sepasang alis I

Ki Hu tampak menjungkit ke atas. Sang Ling pun melanjutkan penuturannya.

"Pada saat itu, seperti biasanya setiap bulan sekali seluruh anggota keluarga Sang pasti berkumpul. Ayah juga hadir di tempat. Wajah yang lainnya langsung pucat mengetahui siapa yang menerjang masuk itu. Ayah segera menanyainya. Siapa musuh yang melukainya sedemikian rupa. Tetapi Sang Cu Ce hanya sempat mengucapkan beberapa patah kata, suaranya pun lirih sekali. Wajah ayah langsung berubah hebat. Tampaknya ayah terkejut sekali mendengar kata-kata kakak misan kami itu. Sang Cu Ce pun menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah mengucapkan beberapa patah kata tadi. Sikap ayah pun berubah. Tanpa mengucapkan apa-apa, orang tua itu langsung masuk ke kamarnya. Pertemuan kali itu pun terpaksa dibubarkan."

"Setelah kejadian itu, apakah ayah kalian tidak mengatakan apa yang diucapkan oleh Sang Cu Ce menjelang kematiannya?"

Sang Ling menggelengkan kepalanya.

"Ternyata I sian sing memang cerdas sekali. Ayah memang tidak mengungkitnya sama sekali, walaupun kami tahu, ketika Sang Cu Ce mengucapkan beberapa patah kata itu, suaranya lirih sekali. Orang lain pasti tidak bisa mendengarnya. Tetapi jarak ayah dengannya begitu dekat, pasti ayah bisa mendengarnya. Tetapi setelah kejadian itu, ternyata ayah pun tidak mengatakannya kepada kami," ujar Sang Ling menjelaskan.

I Ki Hu menegakkan tubuhnya sedikit. Bibir-nya mengembangkan senyuman.

"Hal ini justru membuat urusannya lebih aneh lagi," katanya.

"Tadinya kami mengira ada musuh tangguh yang akan menyatroni keluarga Sang. Karena itu, meskipun ayah tidak berpesan apa-apa, kami sendiri segera mengadakan persiapan untuk menjaga segala kemungkinan . . ." Berkata sampai di sini, Sang Ling menghentikan ceritanya sejenak. Seakan dia sedang merenungi kembali kejadian saat itu. Kemudian ia baru meneruskan kembali. "Tetapi beberapa hari telah berlalu, ternyata tidak ada kejadian apa pun dalam keluarga kami. Lima hari berlalu lagi, tiba-tiba kami kedatangan tamu. Tetapi yang datang ternyata Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri Lie Yuan. Kuan Hong Siau menjelaskan maksud kedatangannya. Kepada ayah ia mengatakan bahvva dia mengharapkan bantuan ayah untuk membebaskan jalan darah pasangan suami istri Lie Yuan. Tanpa curiga apa-apa, ayah langsung menyetujuinya. Ayah segera menghampiri pasangan suami istri Pat Kua kiam, tetapi setelah memperhatikan sejenak, tiba-tiba wajah ayah berubah hebat. Sesaat kemudian orang tua itu langsung terkulai di atas tanah. Ketika kami menghampirinya, ternyata ayah tidak tertolong lagi."

Setelah mendengar penuturan Sang Ling, I Ki Hu kembali mengembangkan seulas senyuman.

"Sang kouwnio menganggap kematian ayahniu disebabkan oleh Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri Lie Yuan. Bukankah itu namanya menuduh orang sembarangan? Lebih baik kalian keluarkan Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri Lie Yuan. Kedatanganku ke mari justru karena ingin bertemu dengan mereka."

Melihat I Ki Hu dapat menduga semuanya dengan tepat. Sang Ling dan yang lainnya terkejut setengah mati. Diam- diam mereka juga merasa kagum kepada si raja iblis ini.

"Kami hanya menyuruh beberapa anggota keluarga kami mengawasi mereka, sama sekali tidak bermaksud mencelakai mereka."

"Jalan darah pasangan suami istri Lie Yuan masih belum terbuka. Ada baiknya kita menengok mereka sekarang," kata I Ki Hu kembali

Wajah Sang Ling memperlihatkan kebim-bangan. Tetapi I Ki Hu tidak menunggu per-setujuan Sang Ling, ia langsung mengajak Tao Ling berdiri. Sang Ling maklum si raja iblis ini pantang dilanggar kemauannya.

"Boleh juga. Tetapi. . . ketika itu kanii melihat ayah kami tiba-tiba mati, karena emosi terjadilah sedikit perselisihan yang mengakibatkan perkelahian antara kami dengan Kuan Hong Siau. Sekarang dia masih menderita luka-Iuka. Entah ada keperluan apa I sian sing mencarinya?" "Urusan ini aku juga sudah menduganya. Tapi tujuanku sebenarnya ingin menanyakan sedikit persoalan kepada pasangan suami istri Lie Yuan. Pokoknya kalian mengantarkan kami menemui mereka saja."

Sang Ling tidak berani membantah. Dia mengajak I Ki Hu dan Tao Ling keluar dari ruangan besar itu, mereka menyusuri sebuah koridor panjang yang menembus ke sebidang tanah yang luas.

Di atas sebidang tanah itu berdiri sebuah ba-ngunan yang bentuknya kotak seperti penjara. Bahannya terbuat dari batu, tingginya kurang lebih tiga depa. Ketika tiba di depan bangunan itu, Sang Ling bertepuk tangan tiga kali. Tampak empat laki-laki bertubuh kekar muncul dari atap bangunan itu. Sang Ling memberi isyarat dengan gerakan tangan. Keempat orang itu menyembunyikan diri lagi. Tidak lama kemudian terdengar suara yang bergemuruh. Pintu batu bangunan itu pun dikerek dengan seutas rantai yang tebal dan menguak terbuka.

Sang Ling menggerakkan tangannya ke samping. "I sian sing, I hu jin, silakan masuk!"

I Ki Hu melongokkan kepalanya ke dalam. Tampak pintu batu itu tebal sekali. Sedangkan rantai besi yang mengereknya setebal lengan manusia dewasa. Tampaknya tidak ada jalan lain lagi kecuali pintu batu itu. Diam-diam dia berpikir dalam hati, apabila ada orang yang terkurung di dalamnya, benar- benar sulit untuk meloloskan diri. Sembari berpikir, dia melangkah masuk tanpa ragu sedikit pun.

Keadaan di dalamnya remang-remang. Di tembok batu hanya tergantung sebuah penerang yang redup. Namun ilmu kepandaian I Ki Hu sudah mencapai taraf yang tinggi sekali. Biarpun tempat yang gelap sekali sehingga jari tangan sendiri pun tidak terlihat, dia masih bisa melihat benda di sekitarnya. Meskipun keadaan di dalam ruangan bangunan itu hanya remang-remang, tidak menim-bulkan kesulitan sedikit pun bagi I Ki Hu.

Dia mendongakkan kepalanya, tampak tinggi bangunan itu mencapai tiga depa. Hanya satu tingkat. Di langit-langit ruangan terdapat lubang-lubang kecil sebanyak belasan buah. Ruangan itu sendiri tampak jauh lebih kecil dari bangunan luarnya. Hal ini tidak perlu diherankan, karena temboknya tebal sekali. Di atas lantai terbaring sepasang pria dan wanita, sedangkan di sampingnya berdiri bersandar seorang kakek tua, wajahnya menyiratkan kemarahan. Begitu melihat ada orang yang masuk ke dalam, dia langsung memaki.

"Penjahat keluarga Sang, sebetulnya untuk apa kalian mengurung kami di sini?"

I Ki Hu melihat tampang orang tua itu gagah sekali, tetapi pakaiannya penuh dengan bercak darah. Dari hal ini saja sudah dapat dibayangkan bahwa sebelum terkurung di ruangan ini, pasti mengalami pertarungan yang sengit.

Melihat sekilas saja, I Ki Hu sudah tahu bahwa orang tua itu adalah seorang pendekar tua yang namanya sudah terkenal di wilayah Tung cuan, Kuan Hong Siau. Dan sepasang pria dan wanita yang terbaring tidak bergerak di atas lantai sudah pasti pasangan suami istri Lie Yuan.

I Ki Hu tersenyum kepada Kuan Hong Siau. "Cayhe bukan she . . ."

Belum lagi kata-kata 'Sang' keluar dari mulut-nya, tiba-tiba dia mendengar seruan terkejut dari bibir Tao Ling. I Ki Hu juga merasa pemandangan di hadapan matanya agak menggelap. Tetapi perasaan hati laki-laki ini memang sensitif sekali. Dalam waktu sekejapan mata, dia langsung tahu apa yang telah terjadi. Tanpa membalikkan tubuhnya, dia berjungkir balik di udara. Sesampainya di depan pintu, dia segera menghantamkan sebuah pukulan. Tenaga dalam I Ki Hu sudah mencapai taraf yang tinggi sekali. Pukulannya tadi paling tidak mengandung kekuatan sebesar ribuan kati. Setelah menghantamkan pukulannya terdengarlah suara Blam yang berat.

Secepat kilat I Ki Hu membalikkan tubuhnya. Ternyata dugaannya memang tidak salah sedikit pun. Ketika ia dan Tao Ling masuk ke dalam ruangan itu tanpa pertimbangan apa- apa. Ternyata anggota keluarga Sang satu pun tidak ada yang mengikutinya. Malah mereka segera merapatkan kembali pintu batu yang tebal itu. I Ki Hu dan Tao Ling pun terkurung di dalam ruangan batu itu bersama Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri Lie Yuan.

Seumur hidupnya, I Ki Hu belum pernah menemui kerugian sebesar ini. Apalagi dulu ketika namanya masih menjadi buah bibir setiap umat persilatan. Ternyata tanpa terduga-duga dia bisa terkurung di dalam ruangan itu. Kemarahannya jangan dikatakan lagi. Benar-benar sulit mengurai-kan bagaimana perasaan hatinya saat itu

Saking marahnya, I Ki Hu malah memperdengarkan suara tawa terbahak-bahak. Suara tawanya bergema di dalam ruangan batu. Tao Ling yang berdiri di sampingnya segera merasakan gen-dang telinganya seperti hampir pecah. Darahnya meluap ke atas, berkali-kali dia menggoyang- goyangkan tangannya. I Ki Hu mengeluarkan suara tawa lagi sebanyak tiga kali, baru berhenti. Dia menolehkan kepalanya. Tampak jenggot Kuan Hong Siau yang putih sudah penuh dengan noda darah.

Hal ini membuktikan bahwa luka yang diderita orang tua itu tadinya sudah cukup parah. Dia tidak tahan mendengar suara tawa I Ki Hu yang dipan-carkan dengan mengerahkan tenaga dalamnya. Lukanya pun semakin parah. Darah segar muncrat dari mulutnya. Sejenak kemudian dia baru bisa mempertahankan diri. Dia memandang I Ki Hu lekat-lekat. "Tenaga dalam saudara benar-benar jarang ditemukan tandingannya di dunia ini. Tetapi setelah terkurung di dalam ruangan batu ini, tentu tidak mudah lagi meloloskan diri," katanya dengan nada dingin.

I Ki Hu tertawa terkekeh-kekeh. Nadanya tajam sekali. "Kalau aku tidak membasmi seluruh keluarga Sang sampai

habis-habisan, aku bersumpah tidak akan menjadi manusia."

"Bagus sekali. Siapa tuan?" tanya Kakek Kuan.

I Ki Hu tidak menjawab. Tubuhnya berkelebat. Tahu-tahu dia sudah sampai di depan tembok batu. Sepasang tangannya diangkat, dengan gerakan merayap dia naik ke atas dan sekejap kemudian dia sudah mencapai langit-langit ruangan itu. Tubuhnya tegak lurus seperti seekor cicak.

Gerakannya barusan sudah menunjukkan sampai di mana ketinggian kepandaian yang dimilikinya. Kuan Hong Siau sampai menarik nafas panjang melihatnya. Di langit-langit ruangan itu terdapat banyak lubang kecil, selain itu satu pun tidak ada jendela. Kegunaan lubang-lubang kecil itu tentu untuk pertukaran hawa dalam ruangan.

Tubuh I Ki Hu tegak lurus. Tangannya menjulur ke atas dan mengait salah satu lubang kecil di atas langit-langit. Tapi belum sempat dia melongok-kan lehernya untuk mengintip di lubang yang lain, tiba-tiba terdengar kumandang suara dentingan senjata tajam.

I Ki Hu bukan tokoh sembarangan. Begitu mendengar dentingan senjata tajam, dia langsung tahu bahwa ada orang yang menghunus pedang atau golok untuk menebas jari tangannya. Cepat-cepat dia menyurutkan tangannya. Telapak tangan kirinya menjulur ke depan, Plak! Tangannya langsung menempel di langit-langit ruangan Tenaga dalamnya dialihkan, langsung terpancar daya isap yang kuat sehingga tubuhnya bergelan-tungan di atas. Tangan kanannya pun ditarik secepat kilat.

Baru saja tangannya menyurut ke belakang, terdengarlah suara Trang! seperti ada senjata tajam yang dibacokkan ke bagian tembok di balik langit-langit ruangan. Apabila ia terlambat sedikit saja menyurutkan jari tangannya, tentu saat itu telunjuknya sudah tertebas putus.

Dari atas langit-langit berkumandang suara seseorang.

"I sian sing, namamu di dunia bu lim tidak begitu harum, tindakan ini kami lakukan karena terpaksa. Harap I sian sing sudi memaafkan!"

I Ki Hu tertawa dingin.

"Kalian kira ruangan batu ini sanggup mengurung aku selamanya?"

Pada saat itu, Sang Ling dan tokoh-tokoh berilmu tinggi lainnya dari keluarga Sang sudah berkumpul di atap bangunan. Ketika mendengar nada suara I Ki Hu yang bukan terpancar dari ruangan bawah, hati mereka merasa heran. Mungkinkah ilmu orang ini demikian tinggi sehingga bisa terbang? Kalau tidak mengapa suaranya bisa terpancar dari atas?

Mereka tidak tahu bahwa tenaga dalam I Ki Hu memang sudah mencapai taraf yang tinggi sekali.

Posting Komentar