Pendekar Bunga Cinta Chapter 84

NIC

Sementara itu, dengan semangat yang membara disaat saat berikutnya Pouw Keng Thian melancarkan berbagai serangan berbahaya terhadap si biang kuntianak Euw yong Sun nio dan laki laki muda ini bahkan telah menyalurkan tenaga dalamnya melalui goloknya sehingga setiap serangannya merupakan serangan maut bagi lawannya !

Didalam hati Pouw Keng Thian menjadi sangat kagum terhadap si hartawan tua yang sanggup sekaligus menghadapi dua lawan berupa Cek sek siangkoay yang terkenal ganas, disamping hartawan tua itu telah berhasil membinasakan empat orang Hong bie pang yang dianggap sebagai komplotan Cek sek siangkoay oleh Pouw Keng Thian.

Disaat berikutnya Pouw Keng Thian melakukan serangkaian serangan secara beruntun, yang mengakibatkan si biang kuntianak cuma sanggup menghalau dua tikaman golok Pouw Keng Thian, dan pada serangan yang ke tiga sebelah lengan Euw yong Sun nio putus sebatas pundak, kena bacokan golok Pouw Keng Thian !

Si biang kuntianak Euw yong Sun nio berteriak. Teriak sakit dan teriak marah. Lalu goloknya menyerang kalang kabut, menyerang bagaikan benar benar hantu yang sedang mengamuk, merobek baju dan melukai dada sebelah kiri Pouw Keng Thian namun untungnya tidak parah karena tenaga yang sudah lemah dari si biang kuntianak Euw yong Sun nio yang tubuhnya sudah banjir darah, sedangkan Pouw Keng Thian sudah keburu lompat menghindar; bahkan dengan suatu lompatan jauh yang memisah diri.

"Lekas kita lari .. !” tiba tiba terdengar teriak suara si hartawan tua yang dianggap perkasa, dan pada saat itu Pouw Keng Thian melihat adanya belasan orang orang yang sedang mendatangi ketempat itu.

Oleh karena yakin yang sedang mendatangi itu adalah pihaknya Cek sek siangkoay, maka Pouw Keng Thian mengikuti jejak si hartawan tua, dan dia lari mendekati kudanya, setelah itu dia mengajak si hartawan tua bersama- sama melarikan diri dari bekas tempat pertempuran, dengan memakai seekor kuda ! Disuatu daerah yang banyak terdapat pohon-pohon liar yang lebat keduanya menemui sebuah bangunan tua yang sudah rusak dan tidak ada penghuninya.

Keduanya lalu memasuki bangunan tua itu memilih tempat dibagian belakang; namun yang mudah buat mereka lari sekiranya pihak musuh mendatangi tempat itu.

"Kau terluka, mari kulihat…” kata si hartawan tua itu. “Hanya luka yang ringan ..” sahut Pouw Keng Thian

sambil dia bersenyum; dan dia lalu perkenalkan dirinya, sehingga kemudian dia mengetahui bahwa hartawan tua itu bernama Cio Sin Eng.

"Mengapa Cio wangwee berkelahi dengan Cek sek siangkoay ...?" Pouw Keng Thian mulai menanya.

Sejenak hartawan Cio Sin Eng mengawasi orang yang pernah membantu itu, untuk kemudian baru dia berkata :

"Kau kenal dengan mereka ..?” balik tanya hartawan Cio Sin Eng.

“Hanya mendengar tentang nama dan keganasan mereka

..." sahut Pouw Keng Thian.

“Hmm ! aku muak melihat lagak mereka .." hartawan Cio Sin Eng berkata seperti menggerutu; membikin Pouw Keng Thian mengawasi dengan rasa tidak mengerti.

"Cio wangwee sangat gagah, kau bahkan telah berhasil membinasakan ke empat orang pembantunya Cek sek siangkoay... " Pouw Keng Thian berkata lagi, dan sengaja dia tidak menyebut bahwa orang orang itu adalah gerombolan orang orang Hong bie pang.

Sekali ini hartawan Cio Sin Eng mengawasi Pouw Keng Thian dengan sepasang mata membelalak. Didalam hati dia mengetahui bahwa Pouw Keng Thian salah duga tentang ke empat orang pembantunya yang disangka justru menjadi orang orang yang berpihak dengan Cek sek siangkoay.

"Kemana tujuan kau... " akhirnya tanya hartawan Cio bagaikan dia tidak menghiraukan pujian yang diberikan oleh Pouw Keng Thian.

Pouw Keng Thian mengawasi hartawan itu yang sekarang sudah duduk lagi dihadapannya. Wajahnya berobah muram namun tanpa ragu-ragu Pouw Keng Thian mengatakan bahwa dia bermaksud hendak menyambangi makam kedua orang tuanya, dan dia bahkan menceritakan bahwa kedua orang tuanya tewas sebagai korban keganasan Gan Hong Bie serta isterinya.

Hong bie kauwcu Gan Hong Bie dalam ujut penyamaran sebagai hartawan tua Cio Sin Eng diam mendengarkan kisah yang diceritakan oleh Pouw Keng Thian. Pada wajah mukanya tidak kelihatan perobahan apa-apa, sebab dia memakai topeng sehingga tidak mungkin kelihatan, akan tetapi pada sinar matanya terlihat jelas mengandung kebencian, kemudian berobah marah bagaikan mata iblis yang siap menyebar maut, namun disaat lain sepasang mata itu berobah lagi menjadi bersinar hampa mungkin disebabkan dia teringat bahwa Pouw Keng Thian pernah berjasa habis membantu dia bertempur melawan Cek sek siangkoay yang tidak mudah dia kalahkan, bahkan kemungkinan dia sendiri yang bakal dikalahkan, terbukti keempat orang pembantunya telah ditewaskan oleh Cek sek siangkoay.

Sementara itu hari telah berobah menjadi malam, dan keduanya lalu memutuskan untuk bermalam atau menginap ditempat itu; dengan hanya mengunyah makanan kering bekal dari hartawan Cio Sin Eng.

Esok paginya Pouw Keng Thian kehilangan "kawan” yang agaknya sengaja memisah diri mendahulukan dia, karena buat Pouw Keng Thian sudah ditinggalkan secarik surat singkat :

“melulu karena kau sudah berjasa membantu aku, maka maut telah menghindar. Akan tetapi jika lain kali kita bertemu lagi, maut pasti menjadi bagianmu, sebab aku adalah Hong-bie kauwcu Gan Hong Bie !”

Jelas Pouw Keng Thian menjadi marah-marah seorang diri, sampai akhirnya dia menyesali diri yang tak sudahnya. Dia telah mempunyai kesempatan bertemu dengan musuh yang telah membinasakan ayah dan ibunya, akan tetapi mengapa dia justru membantu musuh itu, bukannya dia membantu Cek sek Siangkoay agar tidak susah susah dia membinasakan musuh itu ?

Rasa penasaran telah menyebabkan Pouw Keng Thian membatalkan niatnya hendak menyambangi makam ayah dan ibunya, dan dia ingin menyusul musuh yang sudah dia ketahui berujut seorang hartawan tua Cio Sin Eng yang dia yakin belum jauh terpisah dari tempat itu; sehingga masih ada kemungkinan untuk melakukan pengejaran, sebab musuh itu berjalan kaki sedang dia naik kuda.

Tergesa-gesa Pouw Keng Thian meninggalkan bangunan tua, memilih arah sebelah utara karena dia yakin tidak mungkin Gan Hong Bie menempuh perjalanan kearah sebelah selatan, yang merupakan tempat bekas kemarin mereka melakukan pertempuran.

Pouw Keng Thian larikan kudanya secepat yang dia mampu lakukan, akan tetapi sepasang matanya memperhatikan setiap orang yang pernah ditemui ditengah perjalanan itu.

Sampai siang harinya Pouw Keng Thian belum berhasil bertemu dengan musuh yang dikejarnya sampai dia mendekati dusun Liok hap cung dan teringat bahwa didusun itu menjadi tempat tinggalnya Leng In Liang, yang katanya membuka perguruan ilmu silat.

Leng In Liang pernah ikut mengganyang markas Hong bie pang cabang kota Soan hoa sehingga Pouw Keng Thian merasa perlu singgah ditempat guru silat yang tinggi ilmunya itu, buat dia memberitahukan tentang Hong bie kauwcu Gan Hong Bie yang ujutnya telah diketahui oleh Pouw Keng Thian, sementara orang orang lain belum pada mengetahui tentang gembong Hong bie pang yang hendak dibasmi itu.

Waktu masih berkumpul dengan Coa Giok Seng dan dengan lain lain saudara seperguruannya di kota Soan hoa, waktu itu Pouw Keng Thian tidak menanyakan yang tepat tentang tempat tinggalnya Leng In Liang, dia hanya mengetahui bahwa guru silat itu menetap didusun Liok hap cung; oleh karena itu maka Pouw Keng Thian merasa perlu untuk menanya kepada seseorang buat dia bertemu dengan guru silat itu.

Didekat gunung Lam san yang letaknya sedikit diluar dusun Liok hap cung, Pouw Keng Thian melihat ada sebuah kedai arak yang juga menjual nasi, dan Pouw Keng Thian singgah di kedai arak itu; untuk dia makan siang sambil dia hendak menanyakan keterangan perihal tempat tinggalnya Leng In Liang.

Waktu Pouw Keng Thian hendak memasuki kedai arak itu, sempat dia melihat adanya lima ekor kuda dibagian luar kedai arak itu; akan tetapi waktu dia telah memasuki kedai itu ternyata tidak dilihat adanya tamu lain duduk makan atau minum, sehingga di dalam hati Pouw Keng Thian menjadi heran.

Kedai arak itu letaknya tersendiri, jauh dari perumahan penduduk setempat, sehingga jelas merupakan tempat singgahnya kaum pelancong atau orang orang sedang melakukan perjalanan, terbukti adanya lima ekor kuda itu yang ditambat disebelah luar kedai arak, akan tetapi kemana atau dimana pemilik kuda itu ?

Posting Komentar