“Suko ! oh, suko ..." terdengar suara dara Lie Sian Nio dengan disertai oleh suara isak tangisnya.
"Lie moay, apakah kau hantu --?"
Dara Lie Sian Nio melepaskan rangkulannya dan menatap muka kekasihnya. Sempat dia tersenyum meskipun ada bintik-bintik air mata yang berlinang.
"Apakah kau menganggap aku hantu ?" Lie Sian Nio balik menanya.
"Apakah kau bukan hantu ...?" masih Tio Tiang Cun mengulang pertanyaannya; sementara tubuhnya lemas membikin dia terduduk ditanah dan kekasihnya ikut duduk di dekatnya, tanpa perduli mereka duduk tidak memakai alas apa apa.
"Suko, aku belum mati .." kata dara Lie Sian Nio sambil dia memegang sepasang tangan Tio Tiang Cun yang waktu itu mengeluarkan keringat dingin.
"Lantas, yang mati siapa ..?"
"Yang mati adalah ayah dan ibu .." sahut dara Lie Sian Nio; sementara air matanya mulai keluar lagi.
"Dan makam yang satu itu ..?" "Kau lihat, itulah suatu makam yang kosong ..” sahut dara Lie Sian Nio sambil dia menghapus air mata yang membasahi mukanya.
"Makam itu baru dibongkar oleh seseorang. Pagi tadi masih utuh waktu aku datang. Siapakah yang membongkar makam itu .. ?" tanya lagi Tio Tiang Cun; sementara dia mulai merasa agak tenang.
“Justeru aku tidak tahu siapa yang telah melakukannya
..” sahut dara Lie Sian Nio.
"Dan siapakah yang membikin makam itu ?"
"Aku yang membikinnya ..” terdengar jawab seseorang, suara seorang laki laki yang membuat Tio Tiang Cun kaget dan mengawasi, lalu dia jadi bertambah kaget sebab laki laki itu ternyata adalah Goei Han Siang atau yang juga memakai nama Goei Han Seng.
"Bangsat ! kurang ajar ...!" maki Tio Tiang Cun; lalu tubuhnya melesat dan menendang membikin tubuh Goei Han Siang rubuh terguling karena agaknya laki laki itu tidak menduga akan diserang secara begitu mendadak.
Waktu Tio Tiang Cun menyiapkan pedangnya dan hendak mengulang serangannya terhadap Goai Han Siang yang sudah bangun berdiri, maka dara Lie Sian Nio terdengar berteriak melarang:
"Suko tahan ...!"
Tio Tiang Cun menunda gerak pedangnya membiarkan kekasihnya mendekati dan kekasih itu yang menambahkan pembicaraan:
“Suko, memang benar makam itu dibikin oleh Goei
suheng; akan tetapi untuk maksud menolong aku " "Goei suheng menolongmu ... ?" Tio Tiang Cun mengulang perkataan kekasihnya, karena dia benar benar merasa tidak mengerti. Dan agaknya pertemuan dengan sang kekasih itu bukannya membuka tabir rahasia berbagai peristiwa yang sedang dia hadapi; bahkan menambah lagi dengan berbagai persoalan yang memungkinkan kepalanya menjadi pecah !
Akan tetapi waktu dara Lie San Nio hendak bicara lagi, maka dengan mendadak Tio Tiang Cun menarik lengan kekasihnya, sambil berbareng Tio Tiang Cun mendorong tubuh Goei Han Siang; sehingga bertiga mereka terpencar dari tempat mereka berdiri tadi dan ditempat itu membenam belasan senjata rahasia dari berbagai corak dan ragam !
"Awas kita dikepung.....!" Tio Tiang Cun berkata cukup keras; dan tepat pada saat itu belasan laki laki garang bermunculan datang dan melakukan penyerangan terhadap muda mudi itu.
"Sekarang kalian tidak akan lepas lagi,” bentak seseorang
yang rupanya menjadi pemimpin dari para pengepung itu.
"Bun Houw, kau jangan terlalu menghina aku --!" seru Goei Han Siang yang kelihatan marah; sementara dia juga telah menyiapkan pedangnya. Juga dara Lie Sian Nio sudah siap buat melakukan suatu pertempuran.
“Ha ha ha ! saudaramu sendiri tidak menghiraukan kau, apalagi aku !" terdengar kata laki laki yang bernama Bun Houw; dan kalimat perkataannya itu, benar-benar telah menambah tabir gelap bagi Tio Tiang Cun, sehingga pemuda ini ingin rasanya menutup sepasang telinganya supaya perhatiannya tidak terpecah untuk dia menghadapi musuh yang sedang mengurung. Dilain pihak, dengan geram Goei Han Siang menyerang laki laki yang bernama Bun Houw itu, sehingga dilain saat terjadi suatu pertempuran yang ramai, karena serentak semuanya telah ikut bergerak.
Betapapun halnya, perhatian Tio Tiang Cun tetap menjadi terpecah; sebab dia harus memperhatikan musuh yang sedang mengepung dan menyerang, disamping dia harus memperhatikan Goei Han Siang yang dia khawatir sewaktu-waktu akan menyerang dia secara menggelap. Akan tetapi Tio Tiang Cun menjadi bertambah bingung; sebab melihat perlawanan yang gigih dari Goei Han Siang terhadap lawannya yang bernama Bun Houw.
“Katakan lekas siapa sebenarnya Goei Han Siang .." tanya Tio Tiang Cun dekat kekasihnya; sambil dia mewakilkan sang kekasih menangkis suatu serangan musuh.
"Goei Han Siang adalah Goei Han Siang. Murid ayah .." sahut dara Lie Sian Nio; sambil pedangnya menikam seorang musuh, dan pedang itu penuh berlumuran darah sebab musuh itu terkena tikamannya tadi.