Ganti Tio Tiang Cun yang memutus perkataan Goei Han Siang :
“Akan tetapi cintamu tidak dibalas dan kau .. ,”
Tio Tiang Cun tidak sempat melengkapi perkataannya, sebab dia mendengar datangnya bunyi suara serangan yang datang dari sebelah belakang.
Dengan tangkas Tio Tiang Cun melompat kesamping. Juga Goei Han Siang ikut lompat menghindar karena tadi dua batang piao sedang menyerang mereka ! "Kurang ajar ! Kau menyiapkan orang untuk membokong .... !?” Tio Tiang Cun memaki sambil dia menghunus pedangnya.
"Awas dibelakangmu .. , !" tiba tiba Goei Han Siang bersuara memberi peringatan.
Sekali lagi Tio Tiang Cun lompat kesamping, untuk menghindar dari suatu serangan dan serangan itu berupa serangan senjata golok yang dilakukan oleh seorang laki laki bermuka bengis dengan tubuh penuh otot; dan laki laki itu kemudian diserang oleh pemuda Goei Han Siang yang juga memakai senjata pedang; sehingga kejadian ini benar- benar sangat tidak dimengerti oleh Tio Tiang Cun.
"OOOOO 1000 —
BAGI TIO TIANG CUN; saat itu kabut rahasia kematian Lie Kong Cin sekeluarga menjadi semakin gelap, oleh karena pemuda Goei Han Siang yang dia duga sebagai pelaku-pelaku peristiwa pembunuhan itu ternyata sedang bertempur melawan seseorang yang justru menyerang Tio Tiang Cun.
Apakah ini suatu sandiwara belaka? Suatu muslihat dari Goei Han Siang karena rahasianya hampir terbuka ?
Namun demikian, saat itu Tio Tiang Cun tidak sempat berpikir lama, sebab pada detik berikutnya kembali muncul seorang laki laki lain yang bertubuh agak kurus, usianya sudah mendekati limapuluh tahun, dan dengan geraknya yang lincah; laki laki setengah baya itu menyerang Tio Tiang Cun, memakai sepasang senjata tombak pendek bercagak tiga !
Tio Tiang Cun berkelit dari serangan musuh yang dia tidak kenal itu. Dan musuh ini kelihatan bersenyum menghina, lalu dia lompat menerkam sementara senjata yang ditangan kirinya menyerang bagian muka Tio Tiang Cun, memakai gerak tipu 'cai pit hoa bie', atau melukis alis memakai pit.
Tio Tiang Cun menundukkan kepala untuk berkelit menghindar dari tikaman senjata lawannya; sementara dengan membarengi geraknya itu, pedangnya menyabet tubuh lawannya memakai gerak tipu 'liam hee siok-chung' (berhias dibawah tirai), dan lawan itu dengan tertawa telah menangkis dengan mengerahkan tenaga.
Diluar dugaan lelaki setengah baya itu, tenaga serangan Tio Tiang Cun ternyata tak ringan, sehingga lelaki itu harus mundur beberapa langkah kebelakang, untuk menjaga supaya tidak terjatuh.
Di pihak Tio Tiang Cun, pemuda ini juga merasa agak sakit pada tangannya yang memegang pedang, tetapi untungnya pedangnya tidak rusak dan tidak lepas dari pegangannya, sehingga menggunakan kesempatan selagi lawannya mundur tidak siaga maka Tio Tiang Cun menyusul dengan sebuah tendangan geledek, memakai gerak tipu ‘ma ciek lok hua’(kuda binal menendang bunga- bunga) tetapi waktu lawan hendak menikam kakinya yang sedang menendang, maka dengan mengerahkan tenaga, Tio Tiang Cun memukul senjata musuh itu, membikin sekali lagi senjata mereka saling bentur, mengakibatkan keduanya harus lompat mundur karena tenaga dalam mereka telah saling tergempur !
Sejenak kedua-duanya berdiri diam mengatur pernapasan mereka, lalu secara tiba-tiba laki laki itu menyerang Tio Tiang Cun memakai tiga batang piao.
Tio Tiang Cun menangkis, menyampok piao-piao itu memakai pedangnya, akan tetapi sebatang piao membenam dipundak kirinya. Tio Tiang Cun marah dan penasaran. Musuh ini telah menggunakan sebuah senjata rahasia, bahkan musuh ini yang tadi membokong dia. Dari itu tanpa ragu-ragu Tio Tiang Cun meraup segumpal jarum-jarum "pek kong ciam" yang lalu dia lontarkan ke arah musuh itu.
Musuh itu melihat adanya sinar gemerlapan terkena pantulan sinar matahari, dan sinar-sinar itu mendatangi dengan pesatnya kearah dia. Dalam kagetnya laki laki setengah baya itu bergerak hendak menghindar, tapi entah berapa banyak jarum-jarum halus itu membenam didalam badannya, bahkan juga pada mukanya, dan berbareng dengan itu suatu sinar pedang berkelebat dan merobek perutnya, membikin dia roboh tewas dengan perdengarkan pekik suara yang menyeramkan!
Segera Tio Tiang Cun mengawasi ketempat pertempuran yang dilakukan oleh Goei Han Siang, dan dia menjadi terkejut sebab melihat pemuda itu sudah dikalahkan oleh lawannya, dan tubuh Goei Han Siang waktu itu sedang dibawa lari oleh lawannya.
Dengan geraknya yang lincah dan pesat, maka Tio Tiang Cun segera mengejar musuh yang sedang membawa lari Goei Han Siang itu.
Sambil lari mengejar, Tio Tiang Cun menyiapkan jarum- jarum 'pek kong-ciam', yang lalu dilontarkan kearah kaki musuh yang dikejarnya, sehingga musuh itu jatuh terguling dan terperosok kedalam jurang yang curam, sementara tubuh Goei Han Siang terlempar kedalam semak-semak belukar.
Setelah dia tiba ditempat Goei Han Siang terlempar, maka Tio Tiang Cun segera memasuki semak-semak belukar itu, namun dia tak berhasil menemukan tubuh pemuda Goei Han Siang. Sedikit suara langkah kaki seseorang terdengar oleh Tio Tiang Cun, sehingga pemuda ini yakin akan adanya musuh lain yang belum perlihatkan diri. Dari itu dia bertindak waspada dan mencari, sampai tiba-tiba dia melihat adanya suatu surat dengan pisau belati, yang membenam pada sebuah pohon kecil.
Pisau belati itu mirip benar dengan pisau belati yang masih disimpan oleh Tio Tiang Cun, sedangkan suratnya juga mirip benar tulisannya dengan surat yang Tio Tiang Cun temukan didalam kamarnya dirumah penginapan. Dari itu pemuda ini merasa yakin bahwa si pengirimnya adalah orang yang sama.
"Jangan khawatir, temanmu berada padaku."
Hanya itu isi surat yang dibaca oleh Tio Tiang Cun. Tiada nama si pengirim dan tidak diketahui pula dimana si pengirim surat itu berada.
Tio Tiang Cun kemudian kembali ketempat penginapan buat dia beristirahat, sementara pikirannya terus bekerja karena berbagai macam peristiwa yang sedang dia hadapi, yang semuanya terasa gelap bagaikan ditutup oleh kabut yang tebal.
Pertama kali Tio Tiang Cun mencurigai Goei Han Siang yang melakukan pembunuhan terhadap Lie Kong Cin sekeluarga, dan Goei Han Siang juga yang menulis surat buat dia dengan maksud mengancam supaya Tio Tiang Cun gentar menghadapi "musuh kuat" sehingga Tio Tiang Cun tidak mencampuri urusan tewasnya Lie Kong Cin sekeluarga.
Kemudian Tio Tiang Cun menemui Goei Han Siang yang sedang berlutut didekat makam Lie Sian Nio. Apakah waktu itu Goei Han Siang sedang menangis ? Sayang hal itu tidak sempat dilihat oleh Tio Tiang Cun. Akan tetapi waktu didesak, kelihatannya Goei Han Siang mulai mengakui bahwa pemuda itu memang mencintai dara Lie Sian Nio; jadi bertambah kuat kecurigaan Tio Tiang Cun bahwa Goei Han Siang yang melakukan pembunuhan terhadap Lie Kong Cin sekeluarga karena rupanya dara Lie Sian Nio tidak membalas cintanya Goe Han Siang membikin pemuda itu melakukan perbuatan nekad, merencanakan suatu pembunuhan terhadap Lie Kong Cin sekeluarga, dan dalam hal ini Goei Han Siang pasti telah bersepakat dengan beberapa orang untuk melakukan pembunuhan itu.
Kemudian terjadi Tio Tiang Cun diserang secara membokong memakai senjata piao.
Akan tetapi serangan itu tidak berhasil mencapai sasaran, sehingga terjadi pertempuran pagi tadi didekat makam Lie Kong Cin sekeluarga, dan Goei Han Siang ikut bertempur.
Mengapa Goei Han Siang ikut bertempur? Dalam hal ini menurut pemikiran Tio Tiang Cun rupanya Goei Han Siang sengaja melakukan hal itu, sebagai suatu dalih untuk mencegah supaya rahasianya tidak terbuka. Rahasia bahwa dia bersekongkol dengan pihak penyerang itu, terbukti Goei Han Siang berlagak terluka (berlagak pingsan); sengaja membiarkan dirinya dilarikan oleh pihak 'lawan' nya, yang sebenarnya adalah kawannya (orang upahannya).
Tio Tiang Cun lalu melakukan pengejaran dan berhasil melukai orang yang melarikan Goei Han Siang, memakai jarum-jarum halus 'pek kong ciam', dan orang itu mungkin tewas terjatuh kedalam jurang yang curam, tetapi mengapa Goei Han Siang hilang? Apakah benar-benar dia ditolong seseorang atau dia itu sengaja menghilang ? Apakah surat surat yang ada pada Tio Tiang Cun memang benar-benar dibikin oleh Goei Han Siang ? Ataukah dibuat orang yang menolong Goei Han Siang ? Kalau surat itu dibikin oleh Goei Han Siang sudah pasti pemuda itu benar-benar sedang mempermainkan Tio Tiang Cun. Tetapi kalau surat-surat itu dibuat oleh orang yang benar-benar menolong Goei Han Siang, maka orang itu telah "salah raba" sebab orang itu mengatakan bahwa Goei Han Siang adalah sahabatnya Tio Tiang Cun. Demikian yang dipikir oleh Tio Tiang Cun dalam menghadapi kabut rahasia kematian Lie Kong Cin sekeluarga.
Dan, siapakah seseorang itu . , . ?
Mendekati waktu magrib Tio Tiang Cun keluar meninggalkan rumah penginapan untuk berkeliling dusun Tong-kiong tin; sampai kemudian perhatiannya tertarik dengan sebuah rumah gedung mentereng dan terbesar didusun Tong kiong tin itu.
Perhatian Tio Tiang Cun tertarik tidak melulu sebab rumah gedung itu besar dan mentereng, tetapi dia tertarik sebab dia melihat gedung itu dijaga oleh dua orang petugas yang berpakaian serba ringkas, dan bermuka garang seperti orang yang tadi pagi bertempur melawan Goei Han Siang, ditambah lagi dengan adanya beberapa orang yang memasuki maupun yang keluar dari rumah gedung itu, yang rata-rata kelihatan mahir ilmu silat.
Kepada seseorang yang Tio Tiang Cun temui dijalan raya itu; maka pemuda itu menanya kalau kalau orang itu mengetahui siapa gerangan penghuni atau pemilik rumah gedung itu, tetapi orang itu kelihatan ketakutan untuk memberikan keterangan, dan orang itu bahkan cepat-cepat pergi setelah sejenak memperhatikan muka Tio Tiang Cun.
Oleh karena merasa heran dan penasaran, maka Tio Tiang Cun menanya lagi kepada seseorang yang lain, namun orang itu juga kelihatan ketakutan dan menjauhi Tio Tiang Cun tanpa dia memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya !
Kembali pikiran Tio Tiang Cun harus bekerja keras, memikirkan berbagai peristiwa aneh yang sedang dia hadapi; sampai tanpa terasa dia telah tiba ditempat dia menginap.
Tio Tiang Cun memasuki ruang tamu memilih tempat duduk yang masih kosong, karena waktu itu kelihatan cukup banyak para tamu yang sedang makan malam dan mereka tidak melulu terdiri dari tamu-tamu yang menginap ditempat penginapan itu, akan tetapi juga merupakan tamu- tamu yang datang khusus untuk makan, sebab rumah penginapan itu merangkap sekaligus sebagai rumah makan.
Selagi Tio Tiang Cun asyik menghadapi makanannya sambil pikirannya sedang bekerja, maka sempat dilihatnya datangnya empat orang laki laki, yang dengan langkah kaki garang sedang mendekati meja tempat Tio Tiang Cun; lalu bagaikan orang yang tidak sengaja, kaki salah seorang laki- laki itu menggaet kaki meja, membikin meja itu terbalik, dan semua isinya terguling jatuh dilantai.
"Kurang ajar !" maki laki laki itu sambil dia mendekati
Tio Tiang Cun lalu sebelah tangannya dia gunakan buat memukul kepala pemuda itu.
Tio Tiang Cun insaf bahwa dia sedang berhadapan dengan orang-orang yang sengaja hendak mencari ribut dengan dia; oleh karenanya dia sudah siap sedia.
Dengan mangkok makanan yang masih dipegangnya Tio Tiang Cun memukul lengan orang yang sedang bergerak hendak memukul kepalanya. Mangkok itu hancur terkena lengan orang itu, akan tetapi orang itu berteriak kesakitan sebab lengannya luka berdarah kena pecahan mangkok itu. Disaat berikutnya Tio Tiang Cun telah berdiri dari tempat duduknya sehingga waktu dia diserang lagi oleh seorang laki-laki yang lain, maka pemuda itu mengangkat kursi bekas dia duduk buat dipakai menangkis pukulan tangan laki-laki itu.
Laki-laki itu tak kuasa menahan laju serangannya. Tangannya menghantam kursi sehingga dia berteriak kesakitan, sedangkan sisa dua temannya segera mencabut golok mereka buat menyerang Tio Tiang Cun !
Sementara itu banyak para tamu yang menjadi ketakutan dengan adanya perkelahian itu; yang dilakukan oleh kelompok orang-orang yang memang sudah mereka kenal dan mereka sangat takut.
Para tamu itu lari simpang siur dan Tio Tiang Cun yang melihat keadaan itu, segera lompat keluar dari ruang tamu; sehingga di lain saat dia sudah berdiri dibagian luar dari rumah penginapan, dan dengan tangan siap memegang pedangnya.
""Mari kita lari .. !" tiba-tiba seseorang mendekati dan mengajak Tio Tiang Cun lari; dan seseorang itu adalah seorang pemuda yang usianya sedikit lebih tua dari Tio Tiang Cun.
"Mengapa harus lari.....?" tanya Tio Tiang Cun; namun bagaikan terpengaruh, dia membiarkan sebelah tangannya ditarik dan dia ikut lari.
"Kau lihat mereka segerombolan telah mengejar kita ..'' kata laki-laki muda itu ditengah mereka sedang melarikan diri.
Tio Tiang Cun memerlukan melihat ke arah sebelah belakang dan dilihatnya ada belasan orang yang sedang melakukan pengejaran, sehingga pemuda ini menjadi terkejut, karena menyadari bahwa dia sedang diarah oleh satu musuh yang kuat dan besar pengaruhnya, namun yang belum dia ketahui entah siapa gerangan musuh itu.
"Kemana kita lari .......?" tanya Tio Tiang Cun yang masih terus mengikuti dan lelaki muda itu sudah percepat larinya, karena agaknya dia mahir ilmu lari cepat dan ringan tubuh yang sudah mencapai batas kemampuannya.
“Kita menuju kerumahku " sahut lelaki muda itu, lalu
tiba-tiba dia lompat ke atas genteng, tetap dengan diikuti dengan Tio Tiang Cun dan setelah melompati beberapa rumah, maka mereka lari dijalan lain yang sunyi dan gelap, sampai kemudian mereka memasuki sebuah rumah kecil yang sederhana tetapi kelihatan bersih dan teratur.
Seorang perempuan muda dan cantik membukakan pintu, dan membiarkan Tio Tiang Cun berdua masuk, lalu menutup lagi pintu itu.