Pedang Ular Mas Chapter 55

NIC

"Kau bisa lolos dari Ngo-heng-tin, kepandaianmu bukan kepandaian sembarang," kata ketua Ngo-cou dari Cio Liang Pay. "Apakah tuan ada dari Hoa San Pay? Bagaimana tuan membahasakannya terhadap Locianpwee Bok Jin Ceng?"

Begitu lekas ia sudah merdeka, kumat pula kejenakaannya Uy Cin. Begitulah ia tertawa geli seorang diri.

"Bok Locianpwee itu adalah guruku yang bijaksana," ia menyahut. "Kenapa? Apakah aku sebagai murid telah membuat malu kepada guruku itu?" Beng Tat tidak gubris orang menggoda dia.

"Pantas, pantas!" katanya. "Memang aku telah lihat, ilmu silatmu ada dari Hoa San Pay."

Uy Cin tidak hiraukan pengutaraan itu. Dia kata : "Kita sudah bertempur! Kamu berlima telah kepung aku satu orang, aku tidak sanggup pukul rubuh kepadamu, kamu sendiri tidak mampu jambak kepadaku! Inilah dia yang dibilang cara berdagang yang maha adil, atau setengah kati itu ialah delapan tail! Sekarang bagaimana hendak diaturnya dengan emas ini?" Ia tidak tunggu jawabannya Ngo Cou, ia menoleh kepada Eng Cay ketua Liong Yu Pang dan kata : "Tuan saudagar, perhubungan dagang kita berdua sudah putus pembicaraannya, mengenai emas ini, bagianmu sudah tidak ada lagi!"

Eng Cay malu sekali, ia insaf tak dapat ia lawan dia itu, akan tetapi ia toh menyahuti: "Orang she Uy, jangan kau tekebur! Nanti datang satu hari yang kau toh bakal terjatuh dalam tanganku!"

Uy Cin tertawa, dia kata : "Jikalau ditoko tuan ada lain barang lagi, silakan berhubungan dengan tokoku, perkara rugi tidak menjadikan soal! Kita toh ada langganan- langganan lama! Perkara harganya barang, kita nanti boleh damaikan pula secara istimewa. "

Bukan kepalang mendongkolnya ketua Liong Yu Pang. Berkelahi dia kalah, adu mulut pun ia tak ungkulan, maka dengan terpaksa, ia ajak rombongannya ngeloyor pergi.

Rombongannya Beng Tat juga tidak perdulikan berlalunya orang-orang Liong Yu Pang itu, Beng Tat sendiri lantas kata kepada lawannya yang tangguh itu : "Melihat kepandaian kau, kau adalah seorang gagah dari jaman ini, maka mengenai emas ini, dengan memandang kepadamu aku hendak atur begini: Kami suka menyerahkannya separuh..."

Jago Cio Liang Pay ini takut juga terhadap Hoa San Pay, ia jadi tak ingin menambah musuh. Ia anggap pertimbangannya itu pantas.

Uy Cin tertawa.

"Coba uang ini ada kepunyaanku sendiri," jawabnya. "walaupun sekarang ada masa tidak aman dan mencari uang bukannya gampang, asal sahabat membutuhkannya, tak halangannya untuk diambil semua sekalipun. Akan tetapi aku harap saudara mengetahuinya. Uang ini ada uang belanja tentaranya Giam Ong! Muridku yang tolol ini diberi tugas mengantarnya, emas itu kena diambil oleh orangmu, saudara, maka kalau sekarang aku pulang dengan tidak bersama emas yang utuh, bagaimana aku dapat memberi tanggung-jawabnya?"

Belum lagi Beng Tat beri penyahutan, Beng Gie sudah tak dapat kendalikan diri.

"Untuk kembalikan emas kepadamu, itu pun boleh!" serunya dengan murka. "Tapi mesti dengan dua syarat!"

"Jikalau barang ada harganya, shuiphoa boleh dikeluarkan untuk menghitungnya," kata Uy Cin dengan tenang. "Bukankah segala apa dapat didamaikan? Bukankah tak ada halangannya untuk kita saling tawar dengan pelahan-lahan? Karena aku hendak membayar kontan, tolong kau sebutkan harganya, nanti kami timbang pula. "

"Tidak ada tawar-menawar lagi!" kata Beng Gie dengan sengit. "Syarat yang pertama, untuk mendapati emas ini, kamu mesti mengantar barang kepada kami. Tentang barang antarannya, banyak atau sedikit tidak menjadi soal. Inilah aturan kami, satu kali kami telah dapatkan suatu barang tak dapat itu dikembalikan secara gampang- gampang!"

Uy Cin bersenyum. Ia tahu inilah soal muka, soal kehormatan. Cio Liang Pay suka mengembalikan emas, itu artinya segala apa sudah beres. Maka tidak lagi ia hendak bersenda-gurau, sebaliknya, dengan sungguh-sungguh dia menyahuti: "Kalau tuan-tuan bilang demikian, dengan segala senang hati aku suka menerimanya. Besok pagi aku nanti pergi kekota Kie-ciu untuk membeli, mempersiapkan barang-barang persembahan itu, nanti aku sendiri yang mengantarkannya. Aku pun masih hendak sajikan beberapa meja hidangan untuk undang tuan-tuan serta beberapa saudara penduduk sini untuk menemaninya."

Mendengar itu, Beng Gie nampaknya puas.

"Baik!" berkata dia. "Sekarang syarat kedua. Bocah she Wan ini mesti ditinggalkan disini!"

Uy Cin terkejut.

"Kamu sudi pulangi emas, aku berikan kamu muka terang," pikirnya. "Kenapa kamu hendak timbulkan urusan lain lagi?"

Toasuheng ini masih belum tahu jelas duduknya hubungan diantara keluarga Un dan suteenya itu, perihal Kim Coa Long-kun dan Un Gi. Sin Cie tahu rahasia orang, cara bagaimana dia bisa dilepaskan secara begitu saja? Adalah keinginannya Ngo Cou untuk binasakan pemuda ini, guna lampiaskan hati mereka. Terutama adalah keinginan Ngo Cou mendapati peta harta karunnya Kim Coa Long-kun, yang mereka sangka disimpan si anak muda. Dan mereka masih percaya, tidak perduli Sin Cie gagah, Ngo-heng tin tentu bakal dapat rubuhkan padanya. Itulah syarat yang hebat, tapi mendengar itu, Uy Cin tertawa.

"Suteeku ini ada seorang yang gembul sekali gegaresnya," berkata dia. "dengan kamu suka beri tempat dia disini, itulah bagus sekali, hanya saja, nasi untuk satu tahun, dia bakal gegares habis dalam tempo enam bulan, aku kuatir tuan-tuan nanti rugi!. "

Hie Bin kenal baik tabiat gurunya, mendengar perkataan gurunya yang belakangan ini, ia percaya pertempuran bakal diulangi lagi, maka itu ia cekal keras-keras senjatanya. Dengan mata tajam ia pandang musuh.

Beng Tat tak perdulikan godaan itu, ia gusar.

"Saudara mudamu tadi ajarkan kau bagaimana harus loloskan diri dari Ngo-heng-tin," katanya sambil tertawa dingin. "Kelihatannya dia ketahui baik tentang tin kami ini, maka itu, baik kami undang dia untuk mencoba-coba kepandaiannya itu!"

Ketua Cio Liang Pay ini andali betul Ngo-heng-tin. Sebenarnya tin itu terdiri dari lima rintasan, tapi menghadapi Uy Cin, Baru digunai sampai yang kedua, jadi masih ada tiga rintasan lainnya.

Uy Cin telah rasai hebatnya tin, maka ia pikir, "Aku dengan pengalamanku beberapa puluh tahun, tak dapat aku menoblos keluar, bagaimana lagi dengan suteeku ini? Benar dia dapat tunjuki jalan padaku tetapi dia hanya sebagai orang diluar kalangan, pikirannya tentu sehat, dia dapat melihat jalan. Kalau dia disuruh maju, aku kuatir dia gagal. "

Karena ini, ia jawab: "Ngo-heng-tin ada sangat liehay, barusan aku telah mengalaminya sendiri. Suteeku ini berumur tak setua cucumu, tuan-tuan, kenapa kamu hendak mempersulit dia? Umpama tuan-tuan tak puas terhadapnya, baik majukan siapa saja untuk ajar adat kepadanya!"

Uy Cin bicara mengalah tapi maksudnya justru berkeras. Ia percaya, jikalau satu lawan satu, Sin Cie tak akan dapat dikalahkan mereka berlima.

Un Beng San tertawa dingin.

"Hoa San Pay sangat kenamaan, siapa tahu Baru lihat Ngo-heng-tin yang tidak berarti, orangnya sudah ketakutan hingga dia umpatkan kepala dan sembunyikan ekor!" katanya. "Kalau begitu, sejak hari ini, apa Hoa San Pay masih bisa angkat namanya dalam dunia kangouw?"

Hie Bin jadi sangat gusar, ia muncul tanpa perkenan. "Siapa bilang Hoa San Pay jeri terhadapmu?" dia

berteriak.

"Kalau demikian, kau saja yang maju!" Beng San mengejek sambil tertawa.

Hie Bin benar tidak tahu takut, dia hendak maju lebih jauh.

Sin Cie tarik keponakan-murid itu.

"Cui Toako, kasi aku yang maju lebih dahulu," paman cilik ini kata dengan pelahan," apabila aku gagal, Baru kau membantui..."

Hie Bin manggut.

"Baik," jawabnya. "Begitu lekas kau membutuhkan bantuan, panggillah aku dengan namaku, aku akan lantas maju, tidak usah kau sebut-sebut Cui Toako atau Cui Jieko!"

Sin Cie bersenyum, ia manggut.

Siau Hui merasa lucu, dia tertawa geli. "Eh, kau tertawakan apa?" Hie Bin menegur sambil melotot.

"Tidak apa-apa, aku merasa lucu sendiri," sahut si nona.

Masih Hie Bin hendak menegasi, tapi Sin Cie sudah lompat kedepan, sebelah tangannya memegangi tusukan rambutnya Siau Hui.

"Ngo-heng-tin dari Cio Liang Pay begini liehay tapi seumur hidupku belum pernah aku melihatnya!" kata dia.

"Pupukmu masih belum kering, kau tahu apa?" berseru Beng Gie. "Bagaimana kau bisa kenali Ngo-heng-tin kita?"

Sin Cie berlaku tenang.

"Lo-ya-cu semua hendak menahan aku, inilah soal yang minta pun aku tak berani," katanya pula. "Baiklah, mari kita gunai ketika baik ini supaya aku bisa belajar kenal dengan keliehayan Ngo-heng-tin!"

"Hati-hati, siau-susiok!" Hie Bin berteriak, memperingati. "Mana mereka kandung maksud baik!"

Sin Cie menoleh pada si semberono, ia tertawa.

"Mereka orang-orang tua, tidak nanti mereka perdayakan kita anak-anak dengan usia muda!" katanya. "Jangan kuatir, Cui Toako!" ia terus menoleh kepada Ngo Cou, akan lanjuti

: "Aku hendak maju sekarang, harap loyacu semua menaruh belas kasihan..."

Orang-orang Cio Liang Pay heran. Dari kata-katanya, terang anak muda itu jeri, akan tetapi sikapnya sangat tenang, tindakannya pelahan dan tetap, tak tertampak roman kuatir atau bingung. Mereka jadi tak dapat menerka hati orang.

Ngo Cou tahu orang liehay, mereka tidak berani memandang enteng. Dengan satu tanda gerakan tangan,

380 mereka mulai bersiap. Beng Gie dan Beng San mencelat kekanan, ketiga saudaranya turut, akan ambil kedudukannya masing-masing, maka sebentar saja, si anak muda sudah dikurung.

Sin Cie bawa sikap seperti ia tidak engah, dia malah memberi hormat ketika dia tanya : "Apakah kita orang main-main dilantai datar?"

"Ya, tak usah dipanggung Bwee-hoa-chung lagi!" sahut Beng Tat. "Kau keluarkan senjatamu!"

Sin Cie perlihatkan tusuk kondenya.

"Tuan-tuan ada dari angkatan tua, aku yang muda mana berani berbuat tidak hormat dengan menggunai senjata tajam?" katanya. "Dengan kumala ini saja aku mohon pengajaran dari kamu semua!"

Kata-kata ini membuat semua orang, sahabat dan lawan, menjadi heran. Ada yang anggap anak muda ini sangat tekebur. Apa artinya sebatang tusuk konde? Kebentur sedikit saja tentu bakal patah! Bagaimana itu bisa diadu dengan senjata Ngo Cou?

Posting Komentar