"Bagaimanakah, jiwi, apakah jiwi ingin maju satu-satu atau terpaksa mengeroyok!"
"Kalau kau takut melawan kami sepasang, kami akan maju satu-satu!" kata Kong Tat dengan kesal.
"Bagaimana, Lo Sam? Beranikah kiranya aku sekali tempur melayani kedua Enghiong ini?" Lo Sam kini percaya penuh akan kegagahan Han Liong. Hatinya telah menjadi tetap dan timbul sifat sombongnya.
"Jangankan baru mereka berdua, biar semua maju sekali serentak, kurasa kongcu masih sanggup melayaninya." Demikian ia membual agar jangan "kalah muka" dengan para bajak yang dibencinya itu.
"Mari maju kemari!" Kong Tat menjadi marah mendengar ini, ia menantang Han Liong sambil menuju ke tempat yang lapang dengan Kong Ta, lalu berdiri memasang kuda-kuda dengan berjejer, di tangan masing-masing memegang sepasang golok besar. Han Liong bertindak tenang menghampiri kedua orang itu dengan tangan kosong. Lo Sam melihat jagonya maju tak bersenjata, segera ingat betapa tangkasnya Han Liong tadi memainkan sumpit melayani tiga orang bajak bersenjata golok. Ia meloncat ke arah meja dan memilih sepasang sumpit gading. Diambilnya sumpit itu lalu ia lari ke arah Han Liong.
"Kongcu, kau tak bersenjata, ini senjatamu!" Ia sangka bahwa Han Liong memang biasa bersenjata sumpit! Han Liong tersenyum dan menerima sumpit itu sambil berkata,
"Terima kasih, Lo Sam." Sepasang Garuda Sungai Lien-ho sangat kesal dan marah melihat betapa lawan mereka itu sangat memandang rendah kepada mereka.
"Kau hanya bersenjata sepasang sumpit? Jangan menyesal kalau nyawamu melayang karena keangkuhanmu ini, anak muda!" kata Kong Ta dengan mata merah.
"Silakan maju menyerang, jiwi Enghiong." tantang Han Liong. Dengan mengeluarkan bentakan keras, Kong Tat mengayun golok di tangan kanan menyerang dengan sabetan Garuda Menerkam Ular. Kong Tat menimpali serangan kakaknya dengan menusukkan goloknya ke arah pinggang lawan dalam tipu Garuda Menyambar Kelinci. Han Liong dengan tenang mengangkat kedua sumpitnya, sumpit kiri menyampok golok yang akan mengenai leher dan sumpit kanan menolak tusukan golok ke pinggangnya. Kedua saudara Kong merasa telapak tangan mereka sakit ketika golok mereka terpental oleh tangkisan anak muda itu. Mereka menjadi hati-hati dan mengurung Han Liong dari kiri kanan. Serangan-serangan mereka diatur bertubi-tubi dan berpasangan.
Kalau dari kiri menyerang bagian atas, dari kanan menyerang bagian bawah, kalau yang kiri menyerang bagian kanan, yang kanan menyerang bagian kiri, hingga Han Liong seakan-akan terkurung oleh empat buah golok di semua bagian! Tak percuma kedua saudara Kong itu mendapat julukan Sepasang Garuda Sungai Lien-ho, karena gerakan-gerakan mereka yang cepat dan bertenaga serta ganas itu memang seakan-akan merupakan dua ekor garuda yang menyambar-nyambar dan mencakar-cakar dengan empat caka mereka! Tapi sekali ini mereka malang sekali berjumpa dengan Han Liong, seorang muda yang tubuhnya terlatih semenjak kanak-kanak dan dikuatkan oleh darah Ouw-pek coa, kemudian menerima pelajaran dari empat orang guru-guru yang sangat tinggi ilmunya, sekaligus, lalu dimatangkan pula oleh bimbingan Kam Hong Siansu, seorang pertapa berilmu paling tinggi yang jarang ada taranya di masa itu.
Empat buah golok mereka tak berdaya sama sekali terhadap Han Liong. Gerakan anak muda itu terlampau cepat bagi mereka, ditambah dengan gerakan-gerakan ilmu silat yang aneh dan tak terduga pecahannya. Suara trang-treng-trong beradunya golok dengan sumpit makin sering terdengar dan mata kedua saudara Kong itu menjadi silau melihat bayangan Han Liong berkelebat ke sana ke mari diantara sambaran golok mereka. Han Liong melayani mereka dengan gunakan Ouw-wan-ciang-hoat warisan gurunya Siauw-lo-ong Hee Ban Kiat si mata satu. Sebenarnya ilmu ini adalah ilmu pukulan tangan kosong, tapi karena Han Liong sudah mendapat pimpinan Kam Hong Siansu, maka ia dapat mainkan itu dengan menggunakan sumpit. Bahkan sumpitnya balas menyerang dengan selalu tertuju ke arah jalan darah musuh dengan gerakan Su-sat-chiu.
Baru saja pertempuran berjalan kurang lebih tiga puluh jurus, kedua saudara Kong itu sudah menjadi sangat sibuk menangkis serangan balasan Han Liong, karena mereka merasa, yang menyerang mereka seakan-akan bukan dua batang sumpit, tapi lebih dari enam sumpit! Tiba-tiba, ketika Kong Tat dari kanan menyambar kaki Han Liong dengan golok kanan, pemuda itu tidak mengelak atau menangkis, tapi bahkan memapaki golok itu dengan kakinya! Gerakannya demikian cepat dan sebelum Kong Tat tahu bagaimana cara Han Liong melakukan itu, tiba-tiba saja jari tangan kanannya yang memegang golok telah tertendang hingga terpaksa ia melepaskan goloknya dan terlempar jauh! Kemudian menyusul sebuah sumpit menotok tulang pundak kirinya dan ia berteriak keras, golok di tangan kirinya terlepas dan sebelah lengan kirinya menjadi lumpuh! Kong Ta menolong saudaranya dengan memutar goloknya seperti baling-baling menyerang lawannya,
Tapi tiba-tiba Han Liong membalikkan tubuhnya dengan ilmu Oei-liong-coan-sin atau Naga Kuning Memutar Tubuh, satu gerakan dari warisan gurunya Bie Kong Hosiang. Gerakan inipun seharusnya dilakukan dengan menggunakan golok atau pedang, tapi pada saat itu, kekuatan sepasang sumpit Han Liong sudah cukup untuk menggantikan dua macam senjata panjang itu. Terdengar suara benda beradu keras sekali dan tanpa terduga sepasang golok Kong Ta terlempar ke atas, lalu terdengar teriakan Kong Ta karena Han Liong secepat kilat menotok iganya hingga ia terjungkal untuk tak dapat bangun kembali! Kawanan bajak yang dipimpin oleh Oei-Coa Tai-Ong berteriak-teriak marah dan mengurung anak muda itu, lalu atas isyarat kepalanya, mereka menyerbu dengan senjata golok, tombak dan toya! Lo Sam menjadi ketakutan dan bersembunyi di tempat aman.
"He, Oei-Tai-Ong, mengapa tindakanmu rusuh begini?" tegur Han Liong sambil menangkis puluhan tombak dan golok itu. Tapi musuhnya tak menjawab, bahkan segera ikut menyerang dengan pedangnya. Juga Hek Sam Ong memutar toya besinya yang menerbitkan angin menderu-deru karena tenaganya yang besar. Han Liong melayani mereka dengan tenang sebentar saja lima orang bajak tertendang olehnya sampai jatuh bangun. Tiba-tiba di luar kepungan itu terjadi keributan dan beberapa orang bajak menjerit-jerit kesakitan. Ketika Han Liong melirik, ternyata di sana terdapat seorang gadis muda yang berpakaian cara laki-laki tengah mengamuk dengan siang-kiam (sepasang pedang) yang gerakannya sangat gesit dan lincah. Kemudian gadis itu memburu ke arah Han Liong yang sedang dikeroyok dan berteriak nyaring.
"Hei, bangsat Oei-coa dan Hek Sam!! Kembali kamu memperlihatkan sifat pengecut!" Kedua kepala bajak itu heran dan segera membentak semua orangnya agar berhenti. Han Liong yang dilepaskan dari kepungan juga memandang gadis itu dengan berdiri tenang. Lo Sam keluar dari tempat sembunyinya dan mendekati Han Liong.
"Eh, eh. Gadis kecil dari manakah berani datang mengacau?" Oei-Coa Tai-Ong menegur.
"Ketahuilah olehmu kepala bajak jahat. Beberapa hari yang lalu ketika pegawai ayahku lewat di sini, kamu telah membajaknya dan barang-barangku juga terbawa dalam rampasanmu. Kamu tidak tahu siapa ayahku dan tidak tahu pula kelihaianku, ya? Nah, hari ini aku datang untuk menghukummu!"
"Hm, anjing betina tak tahu malu!" Hek Sam Ong memaki karena perasaan tak puas melihat lagak gadis itu.
"Kau kira kami takut padamu?" Han Liong memandang gadis itu dengan kagum akan keberaniannya, tapi ia berbareng tak senang melihat kelancangan gadis semuda itu berani datang mengantarkan diri memancing bahaya di gua harimau. Mendengar makian keji itu mata gadis yang bening dan bagus seperti mata burung Hong itu bersinar-sinar marah dan seperti hendak mengeluarkan api.
"Kurang"ajar!" hanya demikian ia berseru lalu kedua kakinya bergerak. Kegesitannya hebat juga karena tahu-tahu ia telah melompat ke depan Hek Sam Ong dan menyerangnya dengan tusukan maut! Hek Sam Ong adalah seorang yang telah banyak pengalaman dalam bertempur, dan toyanya adalah toya besi besar dan berat, ditambah pula dengan tenaganya yang sekuat kerbau, maka ia merupakan lawan yang bukan ringan. Segera ia menangkis dengan toyanya dengan sepenuh tenaga. Tapi gadis itu ternyata lihai benar, karena dari sambaran toya ia telah maklum akan kekuatan tenaga lawan, maka ia menarik kembali pedangnya agar jangan sampai beradu dengan toya, lalu pedang kiri menyabet leher dan pedang kanan yang ditarik mundur sudah bergerak maju pula menusuk lambung!