Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 72

NIC

Ternyata entah kapan dada Suheng Yan-san-pay ini sudah terkena golok musuh.

darah segar tampak menyembur keluar, dia melototi Thio Yan-coan dengan tubuh sempoyongan, lalu roboh terkapar." Bicara sampai disini, pandangan Gi-lim beralih kepada Te-coat Tojin yang juga berbaring dipapan pintu itu, dan katanya pula: "Susiok dari Yan-san-pay ini lantas melompat kedepan Thio Yan-coan, sekali bentak, Susiok ini melolos pedang dan menyerang dengan gencar.

Sudah tentu ilmu pedang Susiok ini sangat lihay.

Tapi Thio Yan-coan masih tetap berduduk di kursinya dan menangkis dengan goloknya.

Belasan kali Susiok ini menyarang dan belasan kali ditangkis Thio Yan-coan yang tetap berduduk saja tanpa berdiri." Mau-tak mau air muka Thian-bun Tojin tampak guram, tanyanya kepada Te-coat Tojin: "Sute, apakah betul bangsat itu begitu lihay?" Te-coat Tojin meaghela napas panjang, mukanya yang memang pucat itu kini bertambah putih seperti mayat, pelahan2 ia melengos ke samping tanpa menjawab.

Tidak menjawab berarti membenarkan secara diam2.

Jelas Te-coat mengakui kelihayan ilmu silat Thio Yan-coan.

Karena itu sorot mata semua orang beralih pula ke arah Gi-lim dan ingin mendengarkan lanjutan ceritanya.

Gi-lim lantas menyambung: "Waktu itu mendadak Sautoako ayun pedangnya dan menusuk Thio Yao-coan.

Tapi Thio Yan-coan sempat putar goloknya untuk menangkis, dia tergeliat dan akhirnya berbangkit." "Apakah kau tidak keliru?" tanya Ting-yat.

"Masa Te-coat Totiang menusuknya belasan kali dan dia tetap berduduk saja, sebaliknya Sau Peng-lam cuma menusuknya satu kali lantas dapat memaksa dia berdiri?" "Untuk itu Thio Yan-coan telah memberi penjelasan," jawab Gi-lim.

"Dia bilang: 'Sau-heng, kau kuanggap sebagai sahabat, jika kuterima seranganmu dengan tetap berduduk berarti aku memandang rendah padamu.

Meski ilmu silatku lebih tinggi daripadamu, tapi kuhormati kepribadianmu, tak peduli kalah atau menang aku harus merangkis seranganmu dengan berdiri, tidak dapat dipersamakan dengan caraku menghadapi si hidung kerbau (kata olok2 terhadap Tosu) ini.' -Sau-toako mendengus, katanya: 'Tidak perlu kau puji diriku ' Segera dia menyerang tiga kali ber-turut2.

Begitu hebat serangannya sehingga sekujur badan Thio Yan-coan se-akan2 terkurung oleh sinar pedangnya.

" "Ehm, itulah hasil karya kebanggaan Sau-loji, yaitu apa yang disebut 'Tiangkang-sam-tiap-long, (gelombang Tiangkang bertumpuk tiga), kata Ting-yat sambil manggut-manggut, "Konon ketiga serangan berantai ini sangat lihay, serangan kedua lebih kuat daripada serangan pertama dan serangan ketiga lebih lihay lagi daripada serangan kedua.

Lalu cara bagaimana bangsat she Thio itu mematahkan serangan tersebut?" Para hadirin juga tahu jurus serangan berantai "Tiangkang-sam-tiap-long" dari Lam-han-kiam-hoat yang lihay itu, merekapun ingin tahu cara bagaimana Thio Yan-coan mematahkan serangan Sau Peng-lam itu.

Maka terdengar Gi-lim menyambung lagi: "Setiap kali Thio Yan-coan menangkis satu jurus, setiap kali pula dia mundur satu langkah sehingga ber-turut2 ia menyurut tiga langkah ke belakang.

Lalu ia berteriak memuji: 'Kiam-hoat bagus!' Dia berpaling kepada Te-coat Totiang dan bertanya; 'Hidung kerbau, kenapa kau tidak ikut mengerubut"' -Kiranya Te-coat Susiok lantas berdiri menonton di samping ketika Sau-toako mulai menyerang tadi.

Dengan dingin Te-coat Susiok menjawab: 'Aku adalah Cing-jinkuncu dari Yan-san-pay, mana sudi bergabung dengan penjahat cabul macam dia"' Aku tidak tahan dan ikut berseru: 'Te-coat Susiok, Sausuheng adalah orang baik, jangan kau salah sangka,' -Te-coat Susiok tidak percaya padaku, dia mengejek: 'Orang baik" Hehe, ya, memang, dia orang baik yang sekomplotan dengan Thio Yan-coan!' -Baru habis ucapannya, se-konyong2 Te-coat Susiok menjerit sambil mendekap dadanya sendiri, air mukanya kelihatan sangat aneh, ya kaget, ya ngeri.

Sedangkan Thio Yan-coan lantas menyimpan kembali goloknya dan berkata: 'Duduk, silakan duduk, marilah minum arak lagi.-Dari sela2 jari Te-coat Susiok kulihat merembes keluar darah segar, rupanya Te-coat Susiok telah terluka, entah dengan cara bagaimana golok Thio Yan-coan telah berhasil melukai dada Te-coat Susiok, padahal tidak kulihat orang she Thio itu menyerang.

Aku menjadi takut dan berseru: 'Jangan ....

jangan membunuh orang!' -Thio Yan-coan tertawa dan berkata: 'Jika si cantik bilang jangan membunuh tentu takkan kubunuh dia ' Sambil mendekap lukanya Te-coat Susiok terus lari pergi.

Sau-toako bermaksud menyusulnya untuk menolong, tapi Thio Yan-coan berkata pula: 'Sau-heng, silakan duduk dan minum arak saja.

Si hidung kerbau itu teramat angkuh, matipun dia tidak sudi ditolong olehmu, untik apa kau cari susah sendiri"' -Sau-toaKo menggeleng sambil tertawa getir, beruntun ia minum dua tiga cawan arak.

Thio Yan-coan itu berkata pula: 'Hidung kerbau tadi terhitung tokoh kelas terkemuka di Yan-can-pay, bacokanku tadi cukup cepat, tapi dia sempat menyurut mundur dua-tiga inci kebelakang sehingga bacokanku tidak sampai menewwskan dia Jago di dunia ini yang mampu lolos dari seranganku ini Te-coat Tojin terhitung orang pertama, ternyata Kungfu Yan-san-pay memang boleh juga.

Tapi, Sau-heng, karena si hidung kerbau ini tidak mampus, kelak tentu akan banyak menimbulkan kesulitan bagimu.' -Dengan tertawa Sau-toako lantas menjawab: 'Selama hidupku hampir setiap hari ada kesulitan, peduli amat! Eh, Thio-heng, caramu bergebrak denganku kiranya kau sengaja bermurah hati padaku, padahal dengan jurus seranganmu yang maha lihay ini jelas aku tidak mampu menghindarnya.' -Dengan tertawa Thio Yan-coan menjawab: 'Tadi aku memang bermurah hati sedikit, yakni sebagai balas kebaikanmu yang tidak membunuhku di gua sana semalam ' -Kuheran mendengar ucapanya itu.

Jadi dalam pertempuran mereka di gua sana semalam telah dimenangkan oleh Sau-toako, tapi Sau-toako telah mengampuni jiwa orang she Thio itu" Mendengar sampai disini.

semua orang merasa kurang puas atas sikap Sau Peng-lam itu, mereka menganggap tidak seharusnya Sau Peng-lam bermurah hati terhadap bangsat cabul yang tak terampunkan itu.

Gi-lim menyambung pula: "Sau-toako lantas menjawab: 'Tidak.

di gua sana semalam aku sudah bertempur sepenuh tenaga.

tapi kepandaianku jelas dibawahmu, mengapa kau bilang aku bermurah hati padamu"', Thio Yan-coan ter-bahak2, katanya; 'Semalam Nikoh cilik ini bersuara waktu bersembunyi di dalam gua sehingga dapat kutemukan dia, tapi kau diam saja dengan menahan napas, sudah tentu sama sekali tak kuduga kau berani sembunyi disitu.

Ketika kupegang Nikoh cilik ini, segera aku bermaksud mengerjai dia untuk merusak kesuciannya.

Jika kau tunggu lagi sejenak, bilamana aku sedang terombang-ambing dan lupa daratan, sekali kau tusuk tentu jiwaku bisa melayang.

Kau bukan anak kecil, kukira kau cukup dapat berpikir.

Tapi kutahu kau adalah seorang lelaki sejati, seorang ksatria yang berjiwa besar, kau tidak sudi main sergap, sebab itulah pedangmu itu hanya menusuk pelahan saja di bahuku.

-Sau-toako menjawab: 'Mana boleh kutunggu lagi, jika kutunggu, bukankah Nikoh cilik ini akan kau nodai" Biarpun aku akan sial jika ketemu nikoh, tapi apapun juga Siong-san-pay adalah anggota Ngo-tay-lian-beng, kau bikin susah anggota Ngo-tay-lian-beng kami.

mana boleh kutinggal diam.' -Dengan tertawa Thio Yan-coan berkata: 'Biarpun begitu, namun tusukanmu itu bila didorong lebih keras sedikit, tentu lenganku akan terkutung mengapa kau cuma menusuk pelahan, habis itu lantas ditarik kembali"' -Sau-toiko menjawab:'Sebagai murid Lam-han mana boleh kuserang secara gelap.

Soalnya lebih dulu kau membacok pundakku, maka kubalas tusuk bahumu, jadi seri, lalu kita boleh bertanding lagi secara terangan, siapapun tidak menarik keuntungan dari yang lain.' -Thio Yan-coan ter-bahak2, katanya: 'Bagus bagus, kujadikan kau sebagai sahabatku.

Marilah kita habiskan satu cawan!' Kata Sau-toako: 'Ilmu silatku bukan tandinganmu, tapi soal minum arak jelas kau bukan tandinganku.' Agaknya Thio Yan-coan tidak mau kalah, jawabnya: 'Masa takaran minumku tak dapat melebihi kau" Eh, boleh juga kita berlomba.

Marilah, kita masing2 coba habiskan dulu sepuluh mangkuk.' -Sau-toako berkerut kening, katanya: 'Thio-heng, tadinya kukira kaupun seorang jantan yang tidak suka menarik keuntungan lebih daripada orang lain, makanya aku mau bertanding minum arak dengan kau Tapi ternyata kau bukan lelaki sebagaimana kuduga, sungguh aku sangat kecewa.' -Thio Yan-coan melirik Sau-toako, ia bertanya: 'Bilakah kutarik keuntungan darimu"' Sau-toako menjawab: 'Habis, sudah jelas kau tahu aku jemu melihat Nikoh, bila melihat Nikoh perutku lantas mual, cara bagaimana aku dapat minum arak, apalagi berlomba minum dengan kau"' -Kembali Thio Yan-coan bergelak tertawa, katanya: 'Sauheng, kutahu dengan segala daya-upayamu ingin kau selamatkan Nikoh cilik ini.

Akan tetapi ketahuilah, sudah menjadi watakku yang gemar main perempuan melebihi sayang pada nyawanya sendiri, sekali kupenujui Nikoh cilik ini, apapun juga tak akan kulepaskan dia.

Jika kau ingin kubebaskan dia, maka hanya ada satu syarat.' -Dengan tegas Sau-toako menjawab: 'Baik, katakan syaratmu, mendaki gunung bergolok atau terjun kelautan api, bila Sau Peng-lam berkerut kening jangan kau anggap sebagai lelaki.' Dengan tertawa Thio Yan-coan menuang dua mangkok arak dan berkata: 'Silakan habiskan dulu arak ini dan segera kukatakan padamu.' -Sau-toako terus angkat semangkuk arak itu dan berseru: 'Baik, minum!' Thio Yan-coan juga angkat mangkuk arak yang lain, bersama2 mereka menghabiskan isi mangkuk masing2.

Dengan tertawa Thio Yan-coan lantas berkata: 'Sau-heng, karena Cayhe sudah menganggap kau sebagai sahabat, maka segala sesuatu juga harus menurut peraturan Kangouw, yakni: 'isteri sahabat, tidak boleh diganggu.

Nah, jika kau berjanji akan menikahi Nikoh cilik ini.

" Bertutur sampai disini, muka Gi-lim kelihatan merah jengah, ia menunduk dan suaranya semakin lirih sehingga hampir tidak terdengar.

Ting-yat menggebrak meja dan berteriak: "Ngaco belo! Makin omong makin kotor.

Lalu bagaimana?" Dengan suara lirih Gi-lim menyambung lagi: "Thio Yan-coan itu terus mengoceh tak keruan, katanya: "Seorang lelaki sejati, sekali bicara tidak nanti dijilat kembali.

Bila kau berjanji akan menikahi dia, segera kubebaskan dia, bahkan akan kuminta maaf padanya.

Selain jalan ini, tidak nanti kulepaskan dia' -Sau-toako mendamperatnya: 'Cris, apa kau sengaja hendak membuat diriku sial selama hidup" Sudahlah, soal ini jangan kau singgung lagi.' -Thio Yan-coan lantas membual macam2 lagi, katanya: 'bila rambutku dibiarkan tumbuh panjang kan bukan Nikoh lagi.

Dia mengoceh banyak kata2 gila lagi, aku mendekap kuping dan tidak sudi mendengarkan.

Posting Komentar