Jarak antara Huiciu dengan Holam dan Hopak sangat jauh, syukur anak murid Bu-tong tersebar dimana2, setiap orang tahu bubungan baik Lam-han kita dengan Bu-tong, maka dalam waktu singkat kita pun menerima berita merpati yang dikirim oleh murid Bu-tong yang kebetulan berada di wilayah Holam dan Hopak.
Demi membuktikan berita itu, Suhu membalas surat dan minta murid Bu-tong-pay yang berada di Soasay agar suka datang ke Siau-ngo-tay-san tempat kediaman Sau-supek itu, untuk menyelidiki kebenaran berita itu, sebab betul atau tidak berita itu pasti diketahui oleh anak perempuan Sau-supek.
Tak terduga, beberapa hari kemudian datang pula berita merpati dari Bu-tong-pay dan menyatakan Sausumoay tidak berada di Leng hiang-cay, menurut keterangan budak yang masih tinggal di Pak-cay, katanya Sau-sumoay telah diculik Ciamtay Boh-ko dan akan dipaksa menjadi isterinya." Diam2 Peng-say mengangguk, pikirnya: "Yang diculik Ciamtny Boh-ko itu adalah Yak-leng dan bukan Sau Kimleng, budak Pak-cay tentunya tahu juga hal ini.
Mungkin mereka sengaja memberitahukan begitu agar Lam-han memberi pertolongan " Apa pun juga Peng-say tetap tidak percaya bahwa Cin Yak-leng secara sukarela mau mengaku sebagai Sau Kim leng, ia menduga Yak-leng tentu dipaksa oleh Liok-ma dengan ancaman yang sukar untuk ditolak sehingga mautak-mau Cin Yak-leng tidak berani lagi mengakui asalusulnya sendiri.
Sebenarnya Peng-say sangat benci kepada Sau Kim-leng yang lebih mementingkan keselamatan sendiri, ia tidak suka menjadi isteri Ciamtay Boh-ko, tapi Cin Yak-leng yang dikorbankan.
Tapi sekarang setelah diketahui Pak-cay sengaja menyiarkan berita penculikan itu agar Lam-han memberi pertolongan, diam2 ia berterima kasih pula kepada Sau Kim-leng.
Apalagi setelah dipikir ketika Ciamtay Boh-ko sampai di Leng-hiang-cay.
saat itu Sau Kim-leng mengiringi Pak-say sendiri ke Ciok-leng-tong sehingga tidak mungkin sempat memberi perintah kepada Liok-ma agar memaksa Cin Yakleng memalsukan dirinya.
Maka besar kemungkinan tindakan itu diambil oleh Liok-ma dan bukan atas kehendak Sau Kim-leng.
Selagi berpikir, didengarnya Leng Seng berkata: "Jika Tang-wan berbesanan dengan Pak-cay, kan baik juga, kenapa kita mesti banyak urusan dan ikut campur?" "Menurut budak Pak-cay, katanya Siocia mereka tidak sudi menjadi isteri Ciamtay Boh-ko, maka terjadilah penculikan itu," tutur Kiau Lo-kiat.
"Sesuai peraturan Lam-han kita yang harus membantu pihak yang lemah dan memberantas pihak yang jahat, adalah layak jika kita memberi pertolongan.
mana boleh dikatakan kita banyak urusan dan ikut campur urusan orang lain?" "Diculik atau bukan, urusan Pak-cay kan tiada sangkut-pautnya dengan kita," kata Leng Seng.
Diam2 Peng-say mendongkol, pikirnya, anak perempuan secantik ini ternyata berhati kurang baik.
Terdengar Kiau Lo-kiat sedang berkata pula: "Antara Pak-cay dan Lam-han kita sebenarnya sudah putus hubungan sejuk kakek guru kita, anak muridnya juga saling bermusuhan, urusan Pak-cay memang tidak ada sangkut-pautnya dengan Lam-han kita.
Tapi Pak-cay sekarang hanya tertinggal Sau-sumoay sendiri, Suhu tidak sampai hati tinggal diam, maka begitu menerima berita segera beliau mengirim berita merpati dengan tipu-daya yang di aturnya, anak murid Bu-tong-pay diminta menunggu di Ciau ciu-wan untuk merintangi berlayarnya Ciamtay Bohko, berbareng itu kita diperintahkan menuju ke Ciau-ciuwan pula.
Tapi lantaran perjalanan jauh, setiba di tempat tujuan kita sudah agak terlambat, sungguh harus disesalkan korban kawan Bu-tong-pay yang jatuh itu.
Hal ini belum lagi diketahui Suhu, meski Ciamtay Boh-ko sudah mati, bukan mustahil bila bertemu Ciamtay Cu-ih akan ditegur pula oleh Suhu." Sisuko Si Tay-cu ikut bicara: "Anaknya merampas gadis orang, sang ayah bukan saja tidak bertindak, sebaliknya malah membela anak sendiri dan mengharuskan anak gadis orang lain menjanda bagi kematian anaknya.
Huh, Ciamtay Cu-ih itu manusia apa?" Jangan dikira Si Tay-cu itu berdandan sebagai kuli dan kelihatan kampungan.
tapi pembawaannya sangat simpatik dan berbudi luhur, segala kejahatan dipandangnya sebagai musuh.
Bicara punya bicara saking gemasnya ia terus menggebrak meja.
Kontan sebuah mangkuk pangsit mencelat dan jatuh ke bawah meja.
Syukur Ko Kin-beng cepat bertindak, sebelah kakinya sempat mencungkit sehingga mangkuk itu mencelat kembali keatas, dengan enteng mangkuk itu lantas ditangkap oleh Ko Kin-beng.
Pada saat itulah, se-konyong2 si kakek penjual pangsit mendesis: "Awas, musuh datang, lekas pergi!" Semua murid Lam-han terkejut demi mendengar ucapan si penjual pangsit itu.
"Adakah Ciamtay Cu-ih?" tanya Ko Kin-beng.
Tapi si kakek penjual pangsit hanya memberi isyarat ke luar dan tidak bicara, lalu ia ketok2 pula kepingan kayunya.
Serentak anak murid Lam-han sama memandang keluar, tertampak di bawah hujan belasan orang sedang berlari kemari, cepat langkah mereka, tapi hampir tidak bersuara.
Orang2 ini sama memakai mantel hujan, sesudah dekat baru terlihat jelas, kiranya serombongan Nikoh.
Yang paling depan adalah seorang Nikoh tua bertubuh sangat tinggi, dia berdiri di depan rumah minum, dengan suara kasar ia kasar berteriak: "Sau Peng-lam, menggelinding keluar sini!" Melihat Nikoh tua itu, serentak Kiau Lo-kiat dan kawan2nya berbangkit serta memberi hormat Dengan suara lantang Kiau Lo-kiat menyapa: "Ting-yat Susiok!" Kiranya Nikoh tua itu bergelar Ting-yat Suthay, dia adalah Sumoaynya Ting-sian Suthay, si Nikoh penyair dari Tiong-goan-sam-yu.
Ting Sian Suthay adalah ketua Siong-san-pay di Holam, Sumoaynya, yakni Ting Yat, juga memimpin sendiri suatu kuil, yaitu ketua kuil Pek-hun-am (biara awan putih) dilereng gunung Siong-san, selain berpengaruh di Siong san-pay sendiri, ia juga disegani didunia persilatan.
Terdengar dia berteriak-teriak pula dengan suara kasar, "Di mana Sau Pek-lam bersembunyi, suruh dia keluar!" Suaranya eras dan lebih kasar daripada kaum lelaki.
"Lapor Susiok, Sau-suheng tidak berada di sini," demikian Kiau Lo-kiat menjawab.
"Sejak tadi Tecu sekalian telah menunggunya disini, tapi Sau-suheng dan tetap belum datang." Begitulah dengan suara kasar ia berteriak pula tanpa menghiraukan Kiau Lo-kiat: "Di mana Sau Peng-lam, suruh dia lekas keluar!"Suaranya keras dan lebih kasar daripada kaum lelaki.
"Lapor Susiok, Sau-suheng tidak berada disini," cepat Kiau Lo-kiat menjawab.
"Sudah sejak tadi Tecu sekalian menunggu di sini, tapi Sau-suheng belum lagi muncul." Mendengar itu, diam2 Peng-say menganggap Sau Penglam itu benar2 orang yang suka cari gara2.
Beberapa hari yang lalu baru saja menghajar murid Ciamtay Cu-ih, sekarang entah sebab apa telah membikin marah pula si Nikoh tua ini.
Ting-yat memandang sekejap semua tamu di rumah minum itu dan tidak melihat Sau Peng-lam yang dicarinya, tiba2 sorot matanya hinggap pada diri Leng Seng, tanyanya: "'Kau inikah Seng-ji" Baik2kah bibimu?" Dengan tertawa Leng Seng menjawab: "Terima kasih atas perhatian Susiok, bibi baik2 dan sehat2 saja.
Susiok, entah salah apa Toasuko hingga membikin marah kepadamu" Biarlah kuberlutut menyembah untuk minta maaf kepadamu.
harap Susiok jangan marah lagi." Habis berkata ia benar2 lantas berlutut dan hendak menyembah.
Namun Ting-yat keburu mencegahnya, lengan jubahnya mengebas, seketika Leng Seng merasa suatu tenaga yang tak kelihatan menolak tubuhnya sehingga tidak mampu berlutut.
"Hm, disiplin Lam-han kalian makin hari makin kendur dan membiarkan muridnya main gila di luaran," jengek Ting-yat.
"Bila urusan disini sudah beres, akan kupergi ke Huiciu untuk menanyai guru kalian." "Wah, jangan Susiok, janganlah engkau ke Sana," cepat Leng Seng berkata: "Selama ini paman sangat keras terhadap Toasuko, asalkan ada orang mengadu, Toasuko bisa dihajar sampai mati oleh paman." "Kalau binatang ini dihajar sampai mati akan lebih baik," ujar Ting-yat.
"Dia telah membawa lari muridku yang terkecil, mana boleh tidak kuadukan kepada gurumu." Keterangan ini membuat para murid Lam-han sama melengak kaget.
Lebih2 Leng Seng, saking cemas hampir saja ia menangis, cepat ia berkata: "Susiok, kukira tidak mungkin, betapa beraninya Toasuko juga tak nanti berani mengganggu para Suci (kakak-guru) Siong-san-pay kalian.
Besar kemungkinan orang sengaja memfitnah dan mengadu-domba." "Kau berani membela dan membantah baginya?" teriak Ting-yat gusar.
"Gi-kong, coba ceritakan apa yang kau lihat di Thay-an tempo hari.
Seorang Nikoh setengah baya lantas melangkah maju dan berkata: "Di kota Thay-an Tecu melihat sendiri Sau Peng-lam, Sau-suheng, berada bersama Gi-lim Sumoay sedang minum arak di Cui-sian-lau, jelas kelihatan Gi-lim Sumoay berada di bawah ancaman Sau-suheng hingga terpaksa ikut minum arak, sikapnva kelihatan takut dan susah." Meski sudah dilapori hal ini, tidak urung Ting-yat menjadi gusar pula demi mendengar lagi untuk kedua kalinya, mendadak ia menggebrak meja sehingga beberapa buah mangkuk pangsit sama mencelat dan jatuh berantakan.
Para murid Lam-han kelihatan serba susah, diam2 merekapun menganggap perbuatan Toasuko mereka itu keterlaluan.
Kalau sang Toasuko menghajar anak murid Ciamtay Cu-ih masih dapat dibenarkan karena murid Tang wan memang terkenal busuk.
Tapi mengapa seorang Nikoh cilik juga diseretnya ikut minum arak di rumah makan, betapa pun perbuatan ini tidaklah pantas dan tak dapat dibenarkan.
Apalagi Nikoh muda ini adalah murid Siong-san-pay, sedangkan watak Ting-yat Suthay terkenal sangat keras, tentu urusan ini tak dapat diterimanya, bila persoalan ini sampai diributkan, andaikan Toasuhengnya tidak dihajar sampai mati oleh guru, sedikitnya juga akan dipecat dan diusir.
Air mata Leng Seng ber-linang2, ucapnya dengan nada rada gemetar: "Susiok, kukira..
kukira Gi-kong Suci telah ....
salah lihat.
" "Mana bisa kusalah lihat," jengek Gi-kong.
"Gi-lim Sumoay adalah saudara seperguruanku sendiri, masa aku pangling" Bentuk Sau-subeng itu juga sangat mudah dikenali, tidak nanti kusalah lihat." "Jika begitu, mengapa tidak kau panggil Gi-lim Suci" tanya Leng Seng.
"Aku tidak berani," jawab Gi-kong.
"Memangnya kau pun takut Toasuko kami menyeret kau ikut minum sekalian?" kata Leng Seng.
Ucapan ini membuat geli semua orang.
tapi tiada seorang pun yang berani tertawa.
Segera Ting yat Suthay membentak: "Seng-ji, jangan sembarangan omong!" "Soalnya.
masih ada seorang lagi yang berduduk bersama mereka.
aku tidak berani bertemu dengan orang itu," tutur Gi-kong.
"Oo! Siapa dia?" tanda Leng Seng.
"Thio Yan-coan," jawab Gi-kong.
Serentak anak mund Lam-han sama bersuara kaget, para tamu lain juga berubah pucat demi mendengar nama Thio Yan-coan.