"Yu Kang Tianglo, kau terlalu sombong"
Bentakan ini keras sekali dan kiranya dua orang berpakaian tosu tadi telah maju, yang seorang menghadapi Suling Emas, sedangkan yang kedua dengan gerakan tak acuh menggunakan kakinya melemparkan mayat lima orang pimpinan Khong-sim Kai-pang itu ke bawah panggung. Perbuatan yang kejam ini disambut suara berbisik dari mereka yang pro dan anti di golongan anggauta, baik yang kini sudah berpakaian bersih maupun yang masih berpakaian butut.
"Trakk"
Trakk"
Trakk"
Suara ini nyaring sekali sehingga menyakitkan telinga. Melihat betapa kedua telapak tangan pendeta yang menghampiri Suling Emas ditepuk-tepukkan menerbitkan suara nyaring itu, semua orang yang tadinya berisik menjadi diam dan memandang penuh keheranan dan kekaguman. Betapa dua telapak tangan dari kulit dan daging dapat mengeluarkan bunyi seperti itu?
"Sahabat-sahabat pengemis dengarlah baik-baik. Pinto (aku) berdua hanyalah tamu-tamu dari kelima pangcu (ketua) yang telah terbunuh secara keji oleh manusia sombong yang mengaku Yu Kang Tianglo ini. Pinto berdua adalah orang-orang sebawahan Locianpwe Bu-tek Siu-lam, bagaimana mungkin menyaksikan tuan rumah dihina orang tanpa turun tangan? Telah kita ketahui semua betapa para anggauta kai-pang di bawah pimpinan orang-orang lama yang mengaku suci dan bersih, hidup sengsara, kekurangan makan dan pakaian, bahkan kadang-kadang mengalami kelaparan. Kemudian golongan kami sebagai pimpinan baru telah mengangkat nasib para jembel sehingga mereka dapat memakai pakaian baik dan makan sekenyangnya setiap hari. Tak perlu dibicarakan panjang lebar siapa yang lebih patut menjadi pemimpin kai-pang. Sudah terbukti pula betapa kelima orang kai-pang yang terbunuh berjasa besar terhadap saudara-saudara semua. Kini muncul manusia sombong ini yang akan merampas kedudukan dan akan menyeret kembali saudara-saudara ke dalam lembah kesengsaraan."
Mendengar ini, terbangun semangat mereka yang tadinya berlutut ketakutan. Mereka teringat betapa dahulu, semenjak dipimpin oleh Yu Jin Tianglo dan oleh Gak-lokai serta Ciam-lokai, para anggauta hidup di bawah tekanan peraturan-peraturan keras sekali, bahkan mereka itu diharuskan hidup seadanya dan sederhana, sesuai dengan pendapatan serta hasil sumbangan para dermawan. Kemudian setelah Gak-lokai dan Ciam-lokai diusir dan pimpinan dipegang oleh lima orang ketua baru, uang mengalir masuk dengan berlebihan sehingga mereka dapat hidup jauh lebih baik, bahkan dapat pula bermewah-mewahan. Maka ketika mendengar ucapan tosu itu, mereka lalu saling bicara dan keadaan menjadi berisik kembali.
Suling Emas tercengang ketika melihat tosu yang membunyikan kedua telapak tangan tadi. Ia maklum bahwa tosu itu bukan sembarang orang, telah memiliki kepandaian tinggi dan tentu seorang ahli Tiat-ciang-kang (Ilmu Tangan Besi) yang telah melatih kedua telapak tangannya sehingga menjadi kuat dan keras laksana baja. Apalagi mendengar tosu itu mengaku sebagai orang sebawahan Bu-tek Siu-lam, ia menjadi tertarik. Memang selama perantauannya, ia mendengar akan munculnya seorang tokoh besar berjuluk Bu-tek Siu-lam ini. Akan tetapi sebelum Suling Emas menjawab, tiba-tiba terdengar suara Gak-lokai berteriak keras.
"Sungguh tamu-tamu yang tak tahu malu mencampuri urusan dalam Khong-sim Kai-pang"
Kemudian tubuh dua orang kakek pengemis kurus yaitu Gak-lokai dan Ciam-lokai sudah melayang dan meloncat ke depan Suling Emas menghadapi dua orang tosu itu. Ciam-lokai menghampiri Suling Emas dan berkata halus,
"Mohon Pangcu sudi membiarkan kami berdua memberi hajaran kepada tosu-tosu lancang ini."
Suling Emas cepat membisikkan nasihatnya.
"Baiklah, Ciam-lokai, kau nanti hadapi Si Hidung Besar itu dan awaslah terhadap telapak tangannya. Dia ahli Tiat-ciang-kang dan jangan sampai mengadu telapak tangan, akan tetapi serang kedua jalan darah di belakang sikunya."
Karena bisikan ini dilakukan seperti tanpa menggerakkan bibir, hanya dengan pengerahan, tenaga khikang yang sempurna, maka yang mendengar hanya Ciam-lokai seorang. Kakek bertongkat butut ini mengangguk-angguk. Ia percaya penuh akan kelihaian ketuanya yang sakti. Sementara ini, Gak-lokai Si Kakek Pengemis yang bertubuh bongkok, sudah melangkah maju, mengerahkan khi-kang dan berkata lantang sehingga suaranya mengatasi suara berisik para anggauta Khong-sim Kai-pang yang seketika menjadi tenang dan mendengarkan penuh perhatian.
"Sejak kapankah Khong-sim Kai-pang mempunyai penasihat-penasihat segala macam hidung kerbau? Urusan kai-pang adalah urusan dalam dan tidak boleh sama sekali dicampuri oleh orang luar. Hal ini sudah menjadi peraturan kai-pang sejak dipimpin oleh mendiang Yu Jin Tianglo dahulu. Sekarang ada tamu-tamu tak diundang yang berani lancang mencampuri urusan dalam, hal ini tak lain berarti sebuah tantangan"
Dua orang tosu itu menjadi merah mukanya. Tosu yang alisnya putih melangkah maju dan membentaki
"Jembel busuk. Tak tahukah kau siapa kami berdua? Kami adalah utusan Locianpwe Bu-tek Siu-lam. Berani kau menghina utusan beliau?"
Gak-lokai menjura dan menjawab suaranya tegas dan nyaring.
"Kami sama sekali tidak menghina siapapun juga, apalagi seorang tokoh besar seperti Locianpwe Bu-tek Siu-lam. Sebaliknya kalian inilah yang sudah menghina ketua kami. Kalian sebagai orang luar mana tahu peraturan dan sifat Khong-sim Kai-pang kami? Perkumpulan kami bukanlah perkumpulan segala macam jembel yang kelaparan dan yang hanya memikirkan tentang makanan dan pakaian belaka. Akan tetapi, kai-pang kami adalah perkumpulan orang-orang yang menjunjung tinggi kegagahan, orang-orang yang bertugas membela kebenaran dan keadilan tanpa pamrih, cukup dengan hidup sederhana atas kerelaan dan belas kasihan orang yang lebih mampu. Kalian bicara tentang hidup serba kecukupan dan menganggap penyelundup-penyelundup itu menjunjung tinggi derajat perkumpulan kami? Huh, bahkan merendahkan derajat, karena perbaikan nasib itu dilakukan dengan cara yang keji dan dengan cara yang lebih jahat daripada perampok-perampok hina"
"Setan kelaparan. Gak-lokai dan Ciam-lokai, pinto sudah tahu bahwa kalianlah yang menjadi penyakit dalam Khong-sim Kai-pang. Kalian mengandalkan apa berani bicara seperti itu di depan pinto?"
Bentak tosu hidung besar dengan marah.
"Pergilah, kalian terlalu rendah untuk berurusan dengan pinto. Biarkan orang yang sombong Yu Kang Tianglo bicara dengan kami"
"Heh-heh-heh. Hidung kerbau macam kalian ini mana ada harga untuk dilayani oleh Pangcu kami yang mulia. Kalau kalian hendak menantang, cukup kami yang akan melayaninya. Rekan Gak, kau minggirlah, biarkan tongkat bututku menghajar anjing hidung besar ini"
Gak-lokai tertawa lalu meloncat ke pinggir, lalu tubuhnya melayang ke bawah dan tahu-tahu ia telah menyelinap ke dalam ruangan depan kuil dan sebelum lain orang berani mencegah, ia sudah meloncat kembali membawa tiga buah bangku. Ia mempersilakan Suling Emas duduk di atas bangku, kemudian ia sendiri duduk di sebelah kiri Suling Emas. Bangku kosong ke tiga adalah diperuntukkan Ciam-lokai.
"Ha-ha, Tosu Alis Putih. Kami tidak tahu kau siapa, karena kau tamu tak diundang, silakan kau berdiri saja di sudut situ"
Kata Gak-lokai kepada tosu ke dua. Tosu ini marah sekali, mengepal tinju dan mendelik.