Kwi Lan tertawa.
"Yu Siang Ki, engkau belum pernah bertanding denganku, belum pernah melihat kepandaianku, akan tetapi sudah berkali-kali memuji. Guruku memang lihai, akan tetapi tidaklah terlalu aneh. Orang-orang sakti seperti Pak-kek Sian-ong dan Lang-kek Sian-ong itu barulah patut disebut orang-orang sakti dan aneh luar biasa."
Siang Ki terkejut dan cepat menatap wajah gadis itu dengan penuh perhatian.
"Apa? Engkau pernah berjumpa dengan kedua Locianpwe itu? Mengenal mereka?"
Kwi Lan mencibirkan bibirnya. Hatinya masih mengkal kalau ia teringat kepada dua orang kakek itu, menganggap mereka itu keterlaluan sekali sikapnya terhadap Siangkoan Li,
"Tentu saja aku sudah pernah bertemu dengan dua orang tua bangka seperti monyet"
"Aiihhh.. Kwi Lan, bagaimana engkau berani..?"
"Memaki mereka monyet? Di depan mereka pun aku berani memaki-maki mereka. Boleh jadi mereka lihai dan aneh, akan tetapi mereka itu layak dimaki, dan seandainya aku memiliki ilmu kepandaian seperti Bu Kek Siansu, tentu mereka berdua itu sudah kuberi pukulan seorang satu sampai kapok"
Kini Siang Ki memandang bengong. Makin lama makin mengherankan gadis ini.
"Kau.. kau pernah berjumpa pula dengan.. dengan Bu Kek Siansu?"
Kwi Lan mengangguk, bangga melihat keheranan pengemis muda ini. Tanpa disadarinya, Siang Ki memegang lengan gadis itu erat-erat dan dengan penuh gairah ia bertanya.
"Benarkah itu, Kwi Lan? Benarkah ada manusia dewa itu? Aku hanya mendengar namanya seperti dongeng yang diceritakan Ayah"
"Mengapa aku berbohong? Aku sudah melihatnya, dan memang kakek tua renta itu lihai dan aneh akan tetapi juga goblok"
Kali ini sepasang mata Siang Ki memandangi muka Kwi Lan dengan penuh curiga dan keraguan.
Gadis ini berani memaki Pak-kek Sian-ong dan Lam-kek Sian-ong, hal itu sudah merupakan sesuatu yang tak masuk akal dan terlalu luar biasa karena sebagian besar orang kangouw, menyebut nama dua orang kakek ini pun dengan berbisik-bisik. Akan tetapi sekarang gadis ini tidak hanya berani memaki mereka, bahkan berani mengatakan bahwa Bu Kek Siansu goblok. Ini sudah keterlaluan sekali. Nama Bu Kek Siansu sudah disanjung-sanjung oleh semua pendekar, dianggap guru besar yang setara dengan Tat Mo Couwsu dan juga disegani, semua tokoh dunia hitam, dianggap seperti manusia dewa yang entah sudah berapa ratus tahun usianya. Akan tetapi gadis ini menyebutnya goblok. Kalau tidak mendengar dengan kedua telinganya sendiri, tak mau Siang Ki mempercayai hal ini.
"Kwi Lan, maukah engkau menceritakan kepadaku tentang perjumpaanmu dengan tiga orang kakek sakti itu?"
Dengan penuh gairah pemuda ini berkata sehingga membangkitkan semangat Kwi Lan untuk menceritakan pengalamannya bersama Siangkoan Li. Ketika mendengar penuturan itu, Yu Siang Ki menghela napas panjang dan berulang kali ia mengangguk.
"Ah, kalau begitu keliru persangkaanku. Patut dikasihani keadaan Siangkoan Li dan biarlah kelak aku akan membantunya jika keadaan mengijinkan. Keadaan antara dia dan aku banyak persamaannya. Dia bertugas membangun dan membersihkan Thian-liong-pang sedangkan aku harus membangun kembali dan membersihkan Khong-sim Kai-pang dan kaum pengemis. Kalau benar seperti yang kau ceritakan bahwa kedua orang Sian-ong itu sudah ditundukkan dan berjanji kepada Bu Kek Siansu untuk memihak kebenaran, kita boleh bernapas lega, Kwi Lan. Hanya orang-orang seperti mereka itulah yang kelak akan sanggup membendung datangnya iblis-iblis jahat yang akan menguasai dunia persilatan."
"Yu Siang Ki, aku sudah terlalu banyak bercerita. Sekarang kau ceritakanlah pengalamanmu, tentang Ayahmu yang terkenal itu dan tentang kau sendiri."
Memang begitu berjumpa, Yu Siang Ki merasa suka dan cocok sekali dengan gadis yang wajar dan polos ini. Apalagi ketika mengetahui bahwa Kwi Lan she Kam, biarpun tidak ada hubungan dengan Kam Bu Song si Suling Emas, namun persamaan she ini saja sudah menambah rasa suka di hatinya karena semenjak kecil memang Siang Ki sudah memuja nama Suling Emas yang dipuji-puji selalu oleh ayahnya. Kini mendengar permintaan gadis ini tanpa ragu-ragu lagi ia lalu bercerita.
Yu Kan Tianglo adalah seorang tokoh partai pengemis Khong-sim Kai-pang. Ia putera Ketua Khong-sim Kai-pang akan tetapi semenjak kecil menghilang dan mempelajari Ilmu silat tinggi. Setelah berusia tiga puluh tahun ia muncul dan mencari musuh besar yang membunuh ayahnya, yaitu seorang di antara Thian-te Liok-kwi yang menjadi raja pengemis, It-gan Kai-ong. Di dalam usahanya yang amat sukar ini karena It-gan Kai-ong memiliki kesaktian yang hebat, ia mendapat bantuan Suling Emas sehingga akhirnya berhasil membunuh tokoh iblis itu.
Semenjak itu, Yu Kang Tianglo tidak pernah lagi muncul di dunia kang-ouw. Biarpun secara diam-diam ia masih suka kadang-kadang mengadakan hubungan dengan para pimpinan kai-pang, namun ia sendiri mengasingkan diri dan beberapa tahun kemudian menikah dengan puteri seorang sahabatnya, juga seorang pendekar silat yang mengasingkan diri. Dari pernikahan ini lahirlah Yu Siang Ki. Akan tetapi sungguh malang nasib Yu Kang Tianglo, ketika melahirkan, isterinya meninggal dunia. Hal ini terjadi karena tempat tinggal mereka yang menyendiri di lereng Bukit Thai-hang-san, jauh tetangga sehingga pada saat melahirkan. Yu Kang Tianglo sendiri tidak berada. di rumah, sedang pergi mencari pembantu.
Ketika ia pulang ke pondok bersama seorang wanita yang biasa membantu orang melahirkan, isterinya telah menggeletak tak bernyawa di samping seorang bayi yang menangis keras. Isterinya mati karena kehabisan darah. Yu Kang Tianglo hidup dengan hati mengandung kedukaan besar. Ia makin tak mau lagi muncul di dunia ramai. Hidupnya dlcurahkan untuk merawat dan mendidik Siang Ki sehingga ketika pemuda ini, berusia dua puluh tahun, ia telah mewarisi semua kepandaian ayahnya. Betapapun juga, Yu Kang Tianglo tak pernah mau mengingkari asal-usulnya sebagai putera kai-pang (perkumpulan pengemis) sehingga bukan hanya dia, bahkan puteranya pun semenjak kecil diharuskan memakai pakaian yang dihias tambal-tambalan seperti pakaian pengemis.
"Demikianlah, Kwi Lan. Ketika Ayah mendengar bahwa dunia pengemis kembali rusak dan terancam hebat oleh tokoh-tokoh sesat sehingga banyak pengemis dibawa menyeleweng, Ayah menjadi kaget dan marah sekali. Hal ini sungguh menjadi malapetaka karena jantung Ayah yang selalu lemah dan sakit-sakit semenjak ibu meninggal dunia, mendapat serangan yang membawa Ayah meninggal dunia pula. Ayah hanya berpesan agar aku mewakili Ayah untuk menolong kaum pengemis, terutama sekali Khong-sim Kai-pang."
Kwi Lan mendengarkan penuturan itu dengan hati penuh iba. Kiranya pemuda ini juga bernasib buruk di waktu kecilnya, tidak ada bedanya dengan Tang Hauw Lam maupun Siangkoan Li. Semenjak kecil sudah dirundung malang dan kini hidup sebatang kara di dunia.
"Saudara Siang Ki, karena engkau selalu melakukan perantuan di dunia kang-ouw, kulihat engkau mengenal semua tokoh kang-ouw yang sakti-sakti dari golongan hitam maupun putih. Karena Ayahmu adalah sahabat baik pendekar sakti Suling Emas, tentu engkau tahu baik tentang riwayat pendekar itu."
"Aku hanya mendengar dari penuturan mendiang Ayah. Biarpun hatiku amat kepingin, namun belum pernah aku mendapat kehormatan berjumpa dengan pendekar itu."
"Dalam percakapan kaum sesat di puncak Cheng-liong-san tadi, aku mendengar mereka menyebut-nyebut nama Ratu Khitan yang katanya masih sanak dekat dengan Suling Emas, bahkan katanya menjadi.. eh, kekasihnya. Tahukah engkau akan hal itu?"
Yu Siang Ki menggeleng kepalanya.
"Ayah tidak tahu akan hal itu. Aku pun tidak tahu benar. Yang kutahu bahwa Ratu Khitan kabarnya juga memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi, dan aku pernah mendengar pula dari luaran bahwa ratu itu dahulu menjadi adik angkat Suling Emas. Tentang hubungan asmara di antara mereka, aku tidak tahu. Yang pasti, sampai sekarang Suling Emas tidak pernah menikah, juga Ratu Khitan yang kabarnya cantik jelita itu sampai sekarang tak pernah menikah."
Berdebar jantung Kwi Lan. Berdebar dan merasa tidak enak. Menurut kata Bibi Sian gurunya, dia adalah puteri Khitan. Kalau Ratu Khitan tidak pernah menikah, bagaimana ia bisa menjadi puterinya? Siapakah ayahnya?
"Ah, bagaimana mungkin seorang ratu tidak menikah?"
Ia pura-pura merasa heran dan bertanya.
"Bukankah seorang raja atau ratu itu membutuhkan keturunan untuk kelak diwarisi tahta kerajaan?"
Yu Siang Ki mengangguk-angguk.
"Aku tidak tahu mengapa Ratu Khitan yang terkenal itu tidak menikah. Akan tetapi aku mendengar dari para pedagang keliling yang seringkali mengembara ke Khitan bahwa sesungguhnya ia tidak menikah namun Ratu Khitan mempunyai seorang putera angkat. Agaknya putera angkatnya itu pun telah mewarisi kepandaian ibunya. Namanya Pangeran Talibu, dan sudah beberapa kali pangeran itu mengadakan perjalanan ke selatan. Ilmu silatnya tinggi, orangnya tampan bukan main dan sebentar saja namanya pun terkenal sebagai seorang yang tangguh."
Makin tidak nyaman rasa hati Kwi Lan. Kalau benar seperti yang dituturkan gurunya secara singkat sekali bahwa dia puteri Ratu Khitan mengapa ia sejak kecil ikut Bibi Sian? Mengapa Ibu kandungnya sendiri tidak merawat dan mendidiknya, bahkan mengangkat seorang putera? Apakah karena aku perempuan? Makin penasaran rasa hati Kwi Lan sehingga tampak mukanya kemerahan, matanya menyinarkan api kemarahan.