Iblis dan Bidadari Chapter 14

NIC

Kakeknya, dan juga ibu dan neneknya hanya memandang dengan melongo dan Ciok-taijin hanya menggeleng-geleng kepalanya saja. Baiknya pihak Pangeran Sim juga tidak terburu-buru dan menerima penundaan waktu ini oleh karena pada waktu itu, putera mereka juga belum pulang ke kota raja.

(Oo-dwkz-oO)

Kurang lebih sebulan kemudian, datanglah berita yang membuat Lian Hong dan Bwe Kim menangis tersedu-sedu, hingga Lian Hong jatuh pingsan ketika mendengarnya.

Berita ini merupakan sepucuk surat dari Ouwyang Sianjin yang diantarkan oleh seorang pesuruh, yang mengabarkan tentang kematian Ong Han Cu. Di dalam surat itu, Ouwyang Sianjin menjelaskan nama-nama dari lima orang yang telah membunuh Ong Han Cu dan sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, seorang di antara lima musuh ini adalah Leng Kok Hosiang yang dulu pernah datang mengganggu mereka dan kemudian dikalahkan oleh Ouwyang Sianjin.

Ciok-taijin hanya menghela napas berkali-kali dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Hm, demikianlah kalau orang hidup sebagai perantau yang berhubungan dengan para orang-orang kasar di dunia kang-ouw. Bertempur, melukai atau dilukai, menanam bibit permusuhan, menimbulkan sakit hati dan dendam dalam hati orang lain, kemudian bertempur lagi, membunuh atau dibunuh.”

Lian Hong yang sudah siuman kembali ketika mendengar ucapan kakeknya ini, lalu cepat berdiri dan dengan dada terangkat ia berkata.

“Kong-kong, ucapanmu memang benar. Akan tetapi, jiwa seorang gagah menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, ia tidak takut dan segan-segan untuk mengorbankan nyawanya. Kalau tidak ada orang-orang gagah yang membasmi orang- orang jahat dan membela orang-orang lemah tertindas, bagaimanakah keadaan dunia ini? Kejahatan akan merajalela. Karena itu, aku harus pergi mencari musuh-musuh yang membunuh ayah. Aku harus membalasnya!”

“Jangan, Lian Hong, jangan!” seru Ciok-taijin, “Kau seorang gadis muda, bagaimana kau bisa merantau dan mencari penjahat-penjahat yang berbahaya itu?”

“Jangan kuatir, kong-kong,” jawab gadis itu dengan sikap gagah. “Menurut surat suhu, sekarang juga suhu telah mencari jahanam Yap Cin yang berjuluk Si Luntung Sakti. Biarlah aku menyusul suhu dan membantunya untuk membasmi penjahat itu!”

“Jangan, Lian Hong, kau akan membuat kami merasa gelisah dan berkhawatir selalu,” kata C iok-taijin pula yang kini juga dibantu oleh nyonya Ciok. Bahkan Bwe Kim juga melarang anaknya jangan pergi menempuh bahaya itu. Lian Hong menjadi kewalahan dan tak dapat berkeras.

Akan tetapi pada malam harinya, gadis itu telah melarikan diri dan meninggalkan kamarnya dengan diam-diam. Hanya sepucuk surat surat yang ditinggalkan di meja kamarnya memberitahukan bahwa ia hendak menyusul suhunya di kota Kam-ciu untuk mencari Sin-wan (Lutung Sakti) Yap Cin. Ciok- taijin, isterinya, dan Bwe Kim merasa gelisah sekali dan Bwe Kim hanya dapat menangis.

Akan tetapi Ciok-taijin lalu memesan kepada isteri dan anaknya itu agar supaya hal ini jangan sempat terdengar oleh Pangeran Sim, akan berbahaya sekali. Tentu saja Pangeran Sim akan menjadi marah mendengar betapa calon mantunya lari m inggat untuk merantau seperti gadis kang-ouw yang liar.

(Oo-dwkz-oO)

Semenjak berhasil membunuh Pat-jiu Kiam-ong Ong Han Cu dengan cara yang amat curang bersama empat orang kawannya dan mendapat pembagian harta pusaka yang besar jumlahnya, Yap Cin menjadi seorang kaya raya. Ia tinggal di kota Kam-ciu sebagai seorang hartawan besar memiliki banyak rumah dan sawah, bahkan ia membeli sebuah kereta berkuda yang bagus sekali. Bekas penjahat ini lalu hidup dengan mewah dan kerjanya tiap hari hanya berpeles ir, naik kereta bersama kawan-kawannya yang menjadi tukang pukulnya, pergi ke kota-kota terdekat dan menghamburkan uang bagaikan pasir saja.

Pada suatu hari, ia sedang berkereta dengan lima orang kawannya yang naik kuda, baru pulang dari kota lain di mana ia tinggal setengah bulan lamanya dan di mana ia mempunyai seorang sahabat baik yang mengajaknya berpelesir. Ketika rombongannya tiba di luar kota Kam-ciu, tiba-tiba mereka melihat seorang gadis cantik jelita berpakaian ringkas sedang berjalan seorang diri. Gadis ini bukan lain adalah Lian Hong yang sedang menuju ke Kam-ciu untuk menyusul suhunya dan mencari musuh besar ayahnya, yakni Yap Cin.

Melihat seorang dara muda jelita berjalan seorang diri di tempat yang sunyi, timbullah kegembiraan dan kekurangajaran Yap Cin dan kawan-kawannya. Mereka menghentikan kendaraan dan kuda di dekat gadis itu dan ketika Lian Hong menengok, enam orang laki-laki jahat itu menjadi bengong saking terpesona oleh kecantikan Lian Hong. Mereka merasa seakan-akan sedang mimpi bertemu dengan seorang bidadari dari kahyangan yang tersasar di dalam hutan.

(Oo-dwkz-oO)

YAP CIN segera melompat turun dari dalam keretanya dan untuk memamerkan kepandaiannya, ia melompat sambil mempergunakan gerakan Burung Walet Menyambar Air dan kedua kakinya turun dengan amat ringannya di depan nona itu. Diam-diam Lian Hong menjadi terkejut juga melihat laki- laki setengah tua yang berpakaian mewah ini memiliki ginkang yang sedemikian hebatnya. Ia menjadi curiga dan berlaku hati-hati sekali.

“Nona, bolehkan aku bertanya, nona hendak pergi ke mana?” tanya Yap Cin sambil memberi hormat dan memainkan senyum dimulutnya.

Lian Hong adalah seorang gadis yang tabah dan banyak bergaul maka ia tidak berlaku malu-malu. Sungguhpun ia merasa tak senang melihat kelancangan laki-laki ini, namun ia menjawab juga dengan singkat.

“Hendak ke Kam-ciu,” Semua orang yang merubungnya tersenyum mendengar jawaban ini dan laki-laki berpakaian mewah itu bahkan tertawa senang.

“Kebetulan sekali, kebetulan sekali!” serunya berkali-kali dengan muka girang. “Kami pun sedang menuju ke Kam-ciu. Silakan naik ke dalam keretaku saja, nona. Tidak enak berjalan seorang diri di tempat sunyi ini, lagi pula tentu lelah kalau berjalan kaki.”

Lian Hong merasa mendongkol sekali. Ia maklum sedang berhadapan dengan orang-orang kurang ajar, akan tetapi agar jangan menimbulkan keributan, ia tersenyum dan menjawab,

“Terima kasih, tidak bisa aku menerima ajakan seorang yang tidak kukenal. Lebih baik aku berjalan kaki saja dan harap kalian jangan menggangguku lebih lama lagi.”

Akan tetapi Yap Cin dan kawan-kawanya merasa seakan- akan kejatuhan bulan ketika menyaksikan senyum di bibir gadis itu. Memang Lian Hong amat cantik jelita, apalagi kalau ia sudah tersenyum. Sukarlah kiranya mencari laki-laki yang takkan jatuh hati apabila melihat ia tersenyum.

“Jangan berkata begitu, nona. Kau tentu hendak artikan belum mengenal, bukan tidak mengenal. Apa salahnya kalau sekarang kita berkenalan? Kau takkan merasa kecewa berkenalan dengan orang-orang seperti kami yang sudah terkenal di Kam-ciu,” jawab Yap Cin sambil tertawa-tawa.

“Kau benar-benar takkan kecewa, nona manis!” kata seorang dari pada kawan-kawan Yap Cin. “Ketahuilah bahwa kau sedang berhadapan dengan Yap-wangwe (hartawan Yap), tokoh terkenal di kota Kam-ciu.”

Bagaikan sinar terang she Yap ini terlintas diotak Lian Hong. Ia mainkan senyumnya lagi dan bertanya, “Ah, jadi kaukah yang terkenal sebagai Yap-wangwe di Kam-ciu? Bolehkah aku mengetahui siapakah nama wangwe yang selengkapnya?” Yap Cin menyeringai dengan girang sekali. Disangkanya bahwa gadis ini mulai silau dan tertarik karena namanya sebagai seorang hartawan besar, maka cepat-cepat ia berkata, “nona yang baik, namaku Yap Cin, dan ketahuilah bahwa selain terkenal sebagai seorang hartawan yang berbudi baik, akupun terkenal di kalangan dunia persilatan sebagai Sin-wan (Si Lutung Sakti)!”

Saking terkejut dan girangnya dapat bertemu dengan musuh besarnya yang memang sedang dicari-cari, wajah yang cantik itu sampai menjadi pucat dan sepasang matanya memancarkan cahaya berapi-api.

“Jadi kaukah jahanam busuk yang bernama Sin-wan Yap Cin? Kau bersiap siagalah untuk mampus ditanganku!” Sambil berkata demikian, Lian Hong lalu mencabut keluar pedang tipisnya dan selendang merahnya. Tentu saja Yap Cin dan kawan-kawannya menjadi heran melihat sikap nona ini.

“Eh, nona manis, kau siapakah dan mengapa kau bersikap seperti ini? Apakah salahku kepadamu?” tanya Yap Cin yang masih memandang rendah kepada dara muda ini.

Lian Hong tersenyum dengan bibir mengejek. “kau hendak mengenal aku? Baiklah, buka telingamu lebar-lebar, binatang rendah! Aku adalah Ong Lian Hong dan Pat-jiu kiam-ong Ong Han Cu adalah ayahku!”

Pucatlah muka Yap Cin mendengar ini. Sama sekali tak pernah disangkanya bahwa Ong Han Cu mempunyai seorang puteri dan bahwa puterinya itu kini te lah berdiri dihadapannya. Akan tetapi ia adalah seorang kang-ouw yang berkepandaian tinggi dan sudah banyak pengalamannya, maka tentu saja ia tidak takut menghadapi seorang gadis muda seperti Lian Hong.

“Nona manis, biarpun kau puteri dari Pat-jiu kiam-ong, akan tetapi dengarlah nasehatku . Kau takkan dapat berbuat sesuatu terhadapku dan sayanglah kalau kau menyia-ny iakan usia muda dan kecantikanmu. Dari pada kau memusuhiku, marilah kita bersahabat. Ayahmu sendiri tidak dapat mengalahkan aku, apalagi kau!”

“Mulut busuk! Kalau kau dan kawan-kawanmu tidak mempergunakan kecurangan dan kekejian, mana kau dapat menangkan ayah? Bersiaplah untuk mampus!” Gadis ini dengan sengit lalu maju menyerang dengan pedang dan selendangnya.

Posting Komentar