Golok Sakti Chapter 69

NIC

"Engko Jong. ... gunaku kau sudah berkorban ini betul betul hatiku tidak mengasih. Kau tidak ada, apa artinya hidupku oh Engko Jong, kau..."

Nona Kim menangis makin sedih, hingga Ho Tiong Jong yang melihatnya menjadi teturutan mengucurkan air mata, ia tidak pernah mengimpi, bahwa sinona begitu tebal cintanya terhadap dirinya.

Tapi, ya, apa hendak dikata, Hidupnya hanya sampai besok malam saja dan sekarang ia sudah dapat menolong jiwanya orang yang pernah melepas budi padanya, hatinya sudah bukan main senangnya, sebelumnya ia menemukan ajalnya dapat menolong nona Kim, kematiannya nanti tidak membuat ia penasaran dan rela menyambut malaikat elmaut.

"Sudahlah adik Hong, kau jangan nangis terus-terusan nanti masuk angin" menghibur si pemuda dengan suara parau karena sangat sedih.

Dengan air mata berlinang linang Kim Hong Jie mengatakan isi hatinya.

"Engko Jong, sejak kau meninggalkan rumahku pada lima tahun berselang, tidak barang sesaat aku melupakan dirimu. Aku senantiasa menantikan kedatanganmu kembali supaya kau dapat merampungkan ilmu golok keramat yang sama sekali ada delapan belas jurus. Kan hanya dua belas jurus saja, masih belum cukup untuk kau pakai malang melintang didunia Kang ouw yang penuh dengan bahaya. Tapi setelah dinantikan setahun dua tahun, tiga dan sampai lima tahun tidak juga kelihatan muncul. Kau bayangkan sendiri, bagaimana cemas dan risau-nya hatiku memikirkan dirimu, Aku sangat menguatirkan keselamatanmu..."

Sampai disini, Kim Hong Jie tidak tahan dengan rasa sedihnya dan menangis semakin keras, hingga Ho Tiong Jong tanpa disadari telah memeluk si nona dan mengusap-usap dahinya serta membetulkan rambutnya yang riap- riapan dengan penuh kasih sayang.

"Adik Hong, aku berdosa terhadapmu, kau. .... oh kalau aku tahukan ada demikian, betapa merindukan diriku, sudah tentu aku tidak akan membawa adat sendiri yang angin-anginan- Nah sekarang kau berhenti menangis."

"Lima tahun berselang," kata pula sigadis, "Aku dapat membuktikan peribadimu yang luhur ketika kau tolong mengembalikan bonekaku yang kecemplung itu. Waktu itu kau tidak menghiraukan hawa dingin, kau telah menolongku. Kini, kini.... aku mendapat bukti lebih nyata lagi tentang kemuliaan hatimu terhadapku.."

"Adik Hong," menyelak Ho Tiong Jong. "Betul-betul aku merasa bangga mendapat pujianmu dan perhatianmu yang

demikian besar, aku dapat mengerti akan isi hatimu terhadapku. Aku juga merasa, hatiku ada begitu dekat dengan kau, hanya.... hanya sayang ada itu perbedaan-.."

Ho Tiong Jong tak dapat meneruskan kata-katanya, ia berkata sampai disitu juga sudah merasa keterlepasan-

Kim Hong Jie hentikan sesenggukkannya dan menatap wajahnya si anak muda. "Engko, long, kau kata tadi perbedaan perbedaan apa itu?" tanyanya.

"Perbedaan tingkatan kita, Kau dari tingkatan atas dan aku dari tingkatan yang paling rendah, seorang gelandangan seperti aku, mana orang tuamu memandang mata dan mengijinkan kau bergaul dengan aku? Ah, adik Hong, sebaiknya kita akhiri sampai disini saja perkenalan kita, karena makin rapat kita bergaul makin membuat hatiku jadi lebih sengsara saja..."

"Ah, Engko Jong... Tidak. tidak.... apa itu tingkatan tidak ada dalam kamusku perihal tingkatan atau derajat, kau adalah orang yang paling mulia."

"Adik Hong, Sudahlah, ucapanmu ini aku kuatir akan membuat kau menyesal dibeakang harinya."

"Tidak mungkin" kata si gadis sambil membanting-bantingkan kakinya, ia menangis lebih keras dari semula hingga saking sedihnya, ditambah kakinya lemas karena kelamaan ia dirantai oleh si kakek aneh, maka seketika itu juga Kim Hong Jie menjadi pingsan-

Ho Tiong Jong yang menyaksikan si nona pingsan dalam pelukannya menjadi sangat gelisah, sebelumnya ia bertindak apa-apa mendadak mincul Souw Kie Han-

Tanpa kata apa apa lagi si kakek telah menotok urat tidurnya si nona, sehigga Kim Hong Jie jatuh pulas dengan nyenyaknya.

"Bocah." kata si kakek. "Sekarang kau boleh antar dia keluar dari tempatku, jangan datang-datang lagi kesini. Kau ingat, racun dari jarum Pencabut Rokh yang sudah bersarang dalam tubuhmu itu, hanya akan mengijinkan kau hidup dalam waktu dua belas jam saja. Selainnya sute lohu Kong Jat Sin yang dapat menolong dirimu, sudah jangan harap lain orang dapat menolongnya."

Ho Tiong Jong sangat mendongkol pada si kakek, tapi apa ia bisa bikin? ia tidak ladeni Souw Kie Han mengoceh, hanya lantas ia pondong si nona untuk dibawa turun dari gunung Sie ban-leng, kemudian dengan melalui Liu soa kok (lembah pasir berjalan) ia terus membawa si nona sampai dlkaki gunung Hui cui san.

Ia memilih suatu tempat dibawah satu pohon untuk meletakkan si nona supaya gampang dilihat oleh orang yang berlalu lintas ditempat itu, ia mengharap si nona lekas diketahui oleh orang dari Seng Kee Po supaya lekas pulang dan berkumpul kembali dengan ayahnya.

Melihat si nona masih tidur dengan nyenyaknya, hatinya Ho Tiong Jong menjadi sangat sedih, ia mengusap-ngusap jidatnya si nona sekian lamanya, Hatinya jadi melamun pikirnya kalau dirinya ada sederajat dengan si nona, Kim Hong Jie memang ada satu pasangan yang tepat bagi dirinya.

Ia menyesalkan dirinya yang bernasib sangat buruk. terus menerus menemukan halangan saja, Besok malam racunnya Tok kay akan bekerja disusul oleh bisa jarum pencabut Roch dari si kakek, untuknya sudah tak dapat lolos lagi dari kematian, Mau pergi ketempat si Dewa obat Kong Yat Sin, dimana? ia tidak tahu tempatnya Dewa obat itu.

Kalaupun tahu tentu letak tempatnya ada sangatjauh dan sebelumnya ia menemui Kong Yat Sin jiwanya sudah melayang ditengah perjalanan-

Mengingat akan nasibnya dan mengingat akan kecintaannya Kim Hong Jie dan Seng Giok cin yang demikian besar atas dirinya, diam-diam dirinya merasa sangat sedih dan tanpa merasa saat itu ia telah mengucurkan air matanya.

Pelahan-lahan tangannya merogoh sakunya dan dikeluarkanlah batu kumala api (Hwe-giok), ia pegang tangannya si nona yang halus dan batu itu dikepalkan dalam telapakan tangannya Kim Hong Jie.

"Adik Hong, baik baiklah kau menjaga diri.." ia berkata sendirian sambil mengelus sekilas jidat dan pipinya sinona yang sedang tidur nyenyak. Nasib telah menentukan kita berpisahan, semoga dilain penitisan saja kita berjumpa kembali, selamat berpi....sah adik Hong."

Ia menutup kata katanya dengan suara terputus-putus dan menyeka air matanya yang berlinang linang, Kemudian ia bangun berdiri, setelah sejenak mengawasi lagi si gadis, perlahan-lahan meninggalkan sinona balik lagi ke Liu soa kok.

XXI. KAKEK ANEH DIKEPUNG

Ketika ia hampir sampai di tepi lembah pasir berjalan itu. tiba-tiba ia melihat ada kira-kira dua puluh orang sedang berkumpul, kuda-kuda tunggangnya mereka ditambat tidak jauh dari mereka berdiri, Rupanya mereka sedang berunding matanya mengawasi kearah depan, hingga tidak mengetahui kalau Ho Tiong Jong diam diam telah sembunyikan dirinya tidak jauh dari mereka.

Orang-orang itu kiranya ada pentolan-pentolan dari Perserikatan Benteng perkampungan-

Diantaranya Ho Tiong Jong kenali ada Seng Eng dengan puterinya seng Giok Cin, Kim Toa Lip ayahnya Kim Hong Jie, Hui Siauw Beng, Hui Seng Kang, nona Lauw Hong In, Kong soe Jin, semuanya terdiri dari dua puluh orang tua muda.

Meskipun dalam kalangan Perserikatan Benteng perkampungan sudah ada keretakan menjadi tiga partai, ternyata diwaktu menghadapi kesulitan mereka bisa bersatu padu untuk mengatasinya. semuanya bersemangat untuk menolonGi kawan-kawannya yang dalam bahaya.

Yang paling tengik lagaknya Kong Soe Jin yang cengar cengir seperti monyet kena terasi. jikalau beromong-omong dengan wanita, Nona Seng semua melihatnya, maka ia selalu menjauhkan dirinya.

lain dari itu hatinya memang sedang terbenam oleh rasa sedih, memikirkan akan nasibnya Kim Hong Jie, yang menjadi kawan akrabnya. Air mukanya bermuram durja, ia tidak banyak omong, seperti yang kehilangan semangatnya.

Ho Tiong Jong yang menyaksikan dari kejauhan merasa... kasihan kepada nona Seng.

Sebentar lagi kelihatan seng Eng, Kim Toa Lip dan Hui Siauw ceng masing-masing mengangkat sebuah batu sebesar satu kaki persegi, yang sudah diikat tambang.

Mereka pada mengerahkan tenaga dalamnya. Batu-batu itu kemudian dilemparkan ke seberang persis jatuh ditepi bawah gunung Si ban leng.

Bagus sekali ketika batu-batu itu melayang miring dengan membawa tambang, kemudian pada menancap ditempat tujuannya dengan kokoh sekali. oleh karenanya orang jadi bisa melewati padang pasir berjalan itu diatas tambang yang melintang itu.

Yang pertama maju, adalah cianpwee Toa-nio yang dikenal paling mahir ilmu meng entenGi tubuhnya. Nyonya tua itu, benar saja dapat menyebranGi pasir berjalan dengan selamat diatasnya tambang setelah disebrang, si nenek telah membikin kokoh pula batu-batu yang menancap tadi, maka dengan bergiliran telah berjalan diatas tambang itu Kim-Toa Lip. Hui Siauw ceng dan lain-lainnya.

Justeru diwaktu Ciauw Toa-nio dan Kim Toa Lip sedang memegangi lambang membantu kawan-kawannya menyebrang, tiba-tiba meluncur turun dari atas gunung seorang kakek yang bukan lain ada Souw Kie Han sendiri.

Ia membentak dengan bengis. "Hei lekas hentikan perbuatan kalian, jangan coba membikin ribut ditempat lohu, Lekas kembali:" Mereka terkejut, tapi hanya sejenak saja.

Mereka tidak takut pada kakek aneh itu, cuma saja karena menyerbu ketempat orang tanpa ijin, mereka menjadi ragu-ragu untuk memberi alasannya. Tapi Ciauw Toa nio yang mulutnya lancang sudah berteriak keras.

"Kakek jahat!! Kau jangan sok jago-jagoan dan menang sendiri, Lekas kembalikan itu anak muda yang kau sudah tahan, baru nyonya mu dapat mengampuni jiwamu dan dengan hormat akan kembali lagi dari sini."

"Hmm." menyelak Souw Kie Han sangat mendongkol "Kau enak saja bicara, kalian jatuhkan dulu lohu, baru bicara tentang pengembalian anak-anak nakal itu yang sudah datang kemari tanpa ijin lohu."

ciauw Toa nio ketawa cekikikan seram, matanya mendelik mengawasi pada si kakek aneh dari goa Pek cong-tong, tapi sudah tentu saja tidak dibuat jerih oleh yang tersebut belakangan. Maka ia telah berkata pula.

"Nenek tidak berguna, kau jangan banyak lagak nanti lohu bikin kau tahu rasa untuk kelancanganmu datang disini."

"Baik." teriak si nenek "Lihat saja nanti siapa yang akan dikasih tahu rasa aku atau kau sendiri?"

sementara itu kawan-kawannya Ciauw Toa nio sudah menyebrang semuanya. Sambil urut-urut jenggotnya dan tertawa bergelak gelak Souw Kie Han berkata.

"Kalian tentu dari Perserikatan Benteng Peikampungan, bukan?"

Posting Komentar