"Tong siauwhiap, bagaimana peraaanmu ?” tegur Kiam Ciu.
"Terima kasih atas batuan dan pertolonganmu, Aku sudah banyak kemajuan kini” bisik Kiam Ciu menjawab.
"Rupa-rupanya kapal akan segera merapat ketepian. Kita akan segera tiba dikota Pek-seng. Diluar hujan turun sangat lebatnya, angin topan sedang mengganas. Kulihat pula beberapa orang tokoh tua berada diatas telaga Angtok-ouw dengan tiga buah kapal besar mengejar kapal ini.” bisik Kim Ciu bersungguh-sungguh. "Oh . . .” bisik Kiam Ciu.
"Kulihat Tie-kiat-su-seng, Eng Ciuk Tay su, Siok-soat Shin-ni bahkan seorang yang berwajah aneh yang kudengar bernama Kun-si Mo-kun telah berhasil mendesak suhu. Ilmu silat orang tua itu sangat lilay dan aneh, ternyata dapat menandingi ilmu suhuku. Dia menuntut kepada suhu agar suhu membebaskan Tong siauwhiap. Aku telah mencuri obat-obatan ini dari tempat suhuku menyembunyikannya. Nah. makanlah obat ini dan aku yakin kau akan segera sembuh !” bisik Kim Ciu sambil menyodorkan sebuah benda berbentuk tabung dan didalamnya tersimpan obat-obatan.
Tong Kiam Ciu menerima penberian gadis itu, sesaat lamanya memandangi benda itu. Kemudian memakannya "Terima kasih atas perhatian dan pertolonganmu, Jika aku dapat keluar dari kapal ini lalu bagaimana kau nanti ?” tanya Kiam Ciu ragu dan tampak kuatir.
"Aku ikut kau, karena perbuatanku mencuri obat-obatan ini serta menolong membebaskan Tong siauwhiap ini adalah suatu pelanggaran yang besa r dan tak mungkin dapat diampuni lagi. Maka kalau Kwi Ong dapat mengetahuinya aku akan dibunuhnya” jawab Kiam Ciu.
Belum lagi selesai dengan kata-katanya tiba-tiba terdengar sebuah tertawa yang sangat keras dan mengejutkan. Begitulah kedunya terperanjat mendengarkan suara tawa yang mengguntur itu. Tapi semuanva itu segera berlalu. Kiam Ciu maupun Kim Ciu telah dapat menguasai diri lagi.
Ketika diperhatikan oleh Kiam Ciu ternyata orang yang baru datang itu tak lain adalah Kwi Ong. Maka ketika Kim Ciu menyaksikan bahwa yang baru datang itu adalah Kwi Ong, hatinya agak ragu-ragu tentang keselamatan Kun-si Mo-kun.
Apakah kakek aneh itu masih selamat, atau telah dapat dibinasakan oleh Kwi Ong? "Hmmm, Perbuatanmu bagusus sekali Kim Ciu. Tetapi kau tidak mau memperhitungkan terlebih dahulu, apa akibatnya atas perbuatanmu itu.. .”
damprat Kw Ong dengan suara serak dan mata melotot karera gusar.
"Akibatnya? Aku akan binasa ditanganmu ! Aku rela mati, paling banter tebusannya atas perbuatan ini hanyalah maut” jawab Kim Ciu.
"Brakk !” terdengar gebrakan keras sekali.
Berbareng dengan itu terasalah kapal itu tergoncang sangat keras ternyata kapal Kwi Ong itu bertabrakan dengan kapal lainnya.
"Bangsat! Mereka telah menabrak kapalku” seru Kwi Ong dengan suara makian yang kasar dan melupakan keadaan Kiam Ciu.
"Brak ! Brak ! Brug ! Brug!” terdengar suara gaduh dan goncangan hebat tiga kali, kemudian tampaklah dinding kapal itu pecah dan air telaga menyembur kedalam ruang bawah. Semua benda-benda yang berada didalam ruang bawah itu telah terapung dan suasana kacau balau. Mereka yang berada di tempat itu telah terbenam dalam air, cepat sekali air telaga menyembur dan memenuhi ruangan itu, kapal Kwi Ong lelah miring dan dengan cepatnya air telah memenuhi ruangan bawah.
Kiam Ciu juga tidak berdaya, entah bagaimana keadaannya saat itu. Dia telah melupakan dan semuanya hilang lenyap dan dia tidak sadarkan diri. Tahu-tahu dia telah berada di tepi telaga, dimulut sebuah gua.
Kiam Ciu bingung, dia telah berada di bagian yang mana ? Juga tidak terlihat ada orang lain di tempat itu. Hanya terdengar suara burung berkicau jauh sekali, kemudian terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang sangat merdu sekali.
Suaranya sangat lembut dan menyayat hati iramanya.
Dimasuki lorong gua itu, ternyata lantai gua itu terdiri dari pasir putih dan lembut sekali, terus saja Kiam Ciu memasuki gua sampai ke ujung sana dan tampaklah mulut gua yang terang.
Ketika Kiam Ciu sampai depan gua matanya memandang ke suatu pemandangan yang sangat mengagumkan, Seolah-olah suatu pertamanan yang sangat subur dan teratur rapi sekali. Bunga-bunga tertanam dengan sangat terawat. Pohon-pohon yang rata-rata pendek, serta saat itu sedang pada berbunga. Kagum Kiam Ciu memandang semuanya itu.
Sebuah bangunan rumah mungil dan tampak sangat terawat. Kemudian sebuah kolam yang airnya jernih dengan bunga teratai yang sedang berkembang pula. Kiam Ciu perlahan-lahan melangkah memeriksa disekitar tempat itu. Berkali-kali pemuda itu mengucuk matanya saking tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.
"Hem, apakah aku telah berada di surga?” pikir Kiam Ciu.
Sementara itu angin berhembus halus kali. Seolah-olah hanya membelainya.
Tercium bau harum sekali serta hawa yang sangat sejuk. Terdengar pula suara merdu irama lagu yang dinyanyikan sangat enak sekali kedengarannya. Merdu dan menyayat hati. Kiam Ciu melangkah dengan ragu-ragu mendekati tempat itu. Dari kejauhan dia telah melihat bayangan sesosok tubuh yang ramping dan indah sekali. Pohon rindang menghalangi sinar surva pagi itu. Dalam keremangan dan keteduhan pohon-pohon yang rindang dan rapat ini tampaklah semuanya itu syahdu. Indah dan mempesonakan hati. Keadaan itu tidak akan pernah berubah kalau tiada tangan manusia yang akan mengusiknya. Juga tidak dihancurkan oleh kekerasan dunia. Indah dan abadi.
WALAUPUN itu tidak akan mungkin terjadi. Tetapi Kiam Ciu mengharapkan semua itu tiada terusik. Maka dia sangat berhati-hati mendekati gadis yang sedang menyanyi dan mencurahkan getaran kalbunya yang sedang dirundung kesengsaraan. "Oh, mengapa gadis itu juga masih menyanyikan senandung duka ? Bukankah semuanya yang berada disini serba damai dan indah? Kalau begitu apakah benar menurut suhu Pek-hi-siu-si bahwa dunia ini penuh kepalsuan.. . “ pikir Kiam Ciu. Ketika itu Kiam Ciu telah berada sangaR dekat sekali dengan gadis yang sedang menyanyi. Ketika gadis itu telah berhenti menyanyi dan memalingkan wajahnya kearah Kiam Ciu. Pemuda itu sangat terpesona.
Gadis itu sangat cantik dan pakaiannya sangat indah, kecantikannya, belum pernah dilihat oleh Kiam Ciu. Maka pemuda itu menganggapnya kecantikan itu seperti bidadari. "Oh, apakah aku bermimpi ? Apakah dia seorang bidadari?” pikir Kiam Ciu dengan pandangan penuh terpesona kearah gadis itu.
Tiba-tiba gadis itu melambaikan tangannya ke arah Kiam Ciu. Pemuda itu ragu-ragu. Tetapi tempat itu tiada siapa-siapa, berarti yang dipanggilnya adalah dia ! Karena belum yakin bahwa yang dipanggil itu dirinya, maka Kiam Ciu menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari. Gadis itu menganggukkan kepala dan tampak tersenyum. Hati Kiam Ciu bergetar.
Setelah sampai didekat gadis itu, Kiam Ciu menghormat dan membongkok kearah gadis berwajah sayu itu.
"Apakah siocia yang menolong menyelamatkan diriku dari tangan Kwi Ong yang kejam itu ?” tanya Kiam Ciu ingin penjelasan.
Tetapi gadis itu gelengkan kepalanya. Kemudian menyahut pertanyaan Kiam Ciu dengan suara rawan kedengarannya.
"Tidak, aku tidak menolongmu. Kau terbawa oleh ombak telaga Ang-tok-ouw dan terdampar di tepi telaga. Kemudian kau dengan tidak sengaja telah memasuki sebuah gua sampai di tempat ini. Disinilah sebenarnya kota yang bernama Pek-seng itu. Kota yang telah hilang itu. Tempat ini telah banyak ditumbuhi semak belukar dan menjadi hutan lebat hingga lenyaplah bentuknya.
Sedangkan sebagian besar bangunan kota telah tertimbun tanah dan diatasnya telah ditumbuhi pohon-pohon besar. Tinggallah bangunan yang saya tempati itu satu-satunya yang tinggal” jawab gadis jelita yang berwajah rawan.
"Jadi lain-lainnya.. . apakah.. .” sambung Kiam Ciu gugup.
"Ya, aku tinggal ditempat ini seorang diri. Aku juga semula mencari kitab Pek-seng-ki-su. Ketika aku tiba ditempat ini, aku salah makan dedaunan dan buah-buahan yang akibatnya aku menjadi terganggu pikiran serta tidak mampu untuk meninggalkan tempat ini. Aku hanya dapat berjalan-jalan sebatas pekarangan gedung ini, lebih dari itu aku tidak kuat lagi, tubuhku gemetar dan cin-kiku saling berhantam bergolak” tutur gadis itu.