Warisan Jendral Gak Hui Chapter 46

NIC

"Hari ini kita telah berkumpul disini. Kau Tong Kiam Ciu, adalah seorang anak muda yang telah menggemparkan rimba persilatan Kau masih sangat muda dan baru saja terjun dikalangan Kangouw, tetapi namamu telah banyak dipuji dan dipuja orang. Bukan saja karena kelihayanmu, tetapi karena sepak terjangmu yang suka menolong dan budiman itu yang banyak dihormati. Orang hingga aku siorang tua bangka ini, merasa hormat padamu ! Marilah kita minum untuk kehormatan itu !” seru Shin Kai Lolo sambil mengangkat mangkuk araknya dihadapan Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu berdiri dan menghormat kemudian mengangkat mangkuknya sambil tersenyum dan menyahut dengan kata-kata menghormat pula.

"Kau orang tua kelewat memujiku!” seru Tong Kiam Ciu.

"Hee. . . hee. . . hee kau terlalu merendahkan diri arak muda !” sambung nenek itu setelah selesai meneguk araknya kemudian tampik dia memperhatikan sesuatu dan berseru dengan suara berubah nadanya Hemmm, kita kedatangan tamu lagi. Hei tamu ! Jika kau ada urusan mengapa tidak segera datang saja kemi !” seru Shin Kai Lolo dengan memandang ke suatu arah.

Semua yang hadir di tempat itu berhenti berbicara dan tertawa, mereka berusaha mendengarkan sesuatu, kemudian Tong Kiam Ciu telah meloncat dan menghormat kepada orang-orang tua didekatnya.

"Biarkan aku pergi dulu untuk menyelidiki keadaan !” setu Tong Kiam Ciu.

kemudian seorang laki-laki yang bertubuh pendek dengan wajah seram dan alisnya tebal kaku serta hidungnya yang besar. Orang itu bernama Ho Beng wakil ketua Ouw-ki-pang tahu-tahu telah berdiri dan beranjak kedepan "Tong siauwhiap! Aku juga turut! Aku dari sebelah kanan dan kau kesebelah kiri” seru Ho Beng sambil melangkah keluar dari ruang pesta itu.

Setelah sampai diluar mereka berpisah, Tong Kiam Ciu membelok kekiri, sedangkan Ho Beng kesebelah kanan Suasana diatas geladak kapal layar itu seketika menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin berhembus dan gerakan air membentur lambung perahu.

Tong Kiam Ciu memanjat tiang layar, dari atas dia memandang kebawah memeriksa keadaan perahu itu, Tetapi sampai sebegitu jauh Tong Kiam Ciu tidak melihat ataupun mendengar suara apa-apa yang mencurigakan.

Apakah Shin Kai Lolo salah mendengar karena terlalu banyak minum?” pikir Tonn Kiam Ciu. Ia lekas-lekas turun tangan dan ketika tiba diatas geladak dia sangat terperanjat ketika dihadapannya terlihat Shin Kai Lolo telah berada di tempat itu dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak mengeluarkan suara.

"Angkatan tua, mengapa kau juga turut keluar?” tegur Kiam Ciu.

"Hehehe kau masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Kita dalam keadaan begini harus hati-hati . . “ sambung Shin Kai Lolo dengan suara setengah berbisik. "Ya . . “ sahut Kiam Ciu.

"Apa kau tidak melihat sesuatu?” bisik Shin Kai Lolo sambil melirik ke sekitar tempat itu. "Tidak” jawab Kiam Ciu sambil mengerutkan keningnya "Rupa-rupanya kau juga dalam kesulitan?” tegur Shin Kai Lolo.

"Biasa saja, kesulitan yang mana?” jawab Kiam Ciu gugup.

Nenek itu tersenyum mendapat jawaban Kiam Ciu. Tetapi senyuman itulah justru yang membuat hati Kiam Ciu jadi gelisah.

"Kau masih muda dan belum berpengalaman, kau harus berhati-hati dalam keadaan ini . .” bisik Shin Kai Lolo mengulangi kata-katanya tadi dan tersenyum.

Kiam Ciu memandang wajah nenek itu kemudian dia menarik kesimpulan bahwa Shin Kai Lolo hanya mempermainkan dirinya, atau memang terlalu banyak minum arak? "Memang aku dalam kesulitan, aku mencari seorang musuh besarku sampai sekarang belum dapat kuketemukun.. .” bisik Kiam Ciu.

"Hah?” sahut nenek itu sambil memandang kearah Kiam Ciu.

"Ya, benar aku telah berusaha untuk mencari musuh besarku itu hampir selama satu tahun, tetapi sampai saat ini belum juga kuketemukan. Karena.. . . . . “

sambung Kiam Ciu terputus lagi.

"Karena apa ? Siapakah musuh besarmu itu?” tanya Shin Kai Lolo.

Sambil menunjuk kearah bulan Kiam Ciu menyahut.

"Menurut suhuku Pek-hi-siu-si, bahwa musuh besarku itu bernama Ciam Gwat” sahut Tong Kiam Ciu.

"Hem, Ciam Gwat ? Dia sangat sukar dilihat orang. Hanya beberapa jago silat saja yang pernah melihatnya, ilmu silatnya sangat lihay.. .” sambung Shin Kai Lolo tampak sebaris guratan asam di wajah nenek itu.

Tetapi Kiam Ciu mendesaknya. Pemuda itu merasakan, seolah-olah Shin Kai Lolo pasti telah mengetahui rahasia musuh besarnya itu.

"Angkatan tua apakah kau kenal atau telah pernah mengenalnya?” tanya Kiam Ciu mendesak dan berharap.

"Ya.” jawab nenek itu sambil mengangguk.

"Lalu.” sahut Kim Ciu tak sabar.

"Kau sebenarnya hampir menemuinya. Kau telah mendapat suatu alat untuk menemukan musuh besarmu tetapi karena kau belum mengenalinya maka kesempatan itu telah kau lepaskan berlalu saja!” Shin Kai Lolo menjelaskan.

Justru karera keterangan itulah maka Kiam Ciu bertambah penasaran.

Pemuda itu bertambah gelisah. Mengapa nenek itu mengatakan bahwa dia telah mendapat jalan dan mendapat kesempatan yang baik sekali untuk menjumpai Ciam Gwat, yang mana kesempatan itu Yang mana jalan itu? Semuanya itu membuai hati pemuda itu bertambah gelisah saja.

Gurunya sama sekali tidak memberikan gambaran orang yang sedang dicarinya itu. Baik wajahnya, bentuk tubuhnya maupun kelihayannya. Dia hanya mengenal namanya saja. Itupun nama gelar musuh besarnya itu saja dan sama sekali dia tidak mengenal wajahnya maupun ketangguhan orang yang akan dihadapinya itu. Kiam Ciu bertambah bingung dan mendongkol dengan keterangan Shin Kai Lolo tadi. Kau hampir menemukannya, kau telah mendapat jalan ! Semuanya itu menggelisahkan hatinya. "Angkatan tua, jika aku telah menemukan jalannya Maka beritahukanlah padaku keterangan-keterangan yang jelas agar aku dapat menemukan Ciam Gwat dengan cepat. Aku akan merasa sangat berterima kasih padamu", kata Kiam Ciu memohon dan menghormat nenek itu.

Sesaat lamanya Shin Kai Lolo terdiam. Nenek itu memejamkan matanya, kemudian terdengar helaan nafasnya, sikapnya kini telah berubah syahdu.

Posting Komentar