Warisan Jendral Gak Hui Chapter 41

NIC

"Aku juga tidak setuju !” seru Ciok Hok Lo-to. "Li Hok Tian tidak pantas menjadi seorang pemimpin, dia tidak akan dapat melindungi nama partai Bu-tong dan lagi apakah dia lebih unggul ilmu silatnya dari pada ilmu silatku ? Apakah dia lebih berwibawa dari padaku? Pokoknya aku tidak setuju dengan keputusan itu!”

seru Ciok Hok Lo-to dengan bersemangat.

Suasana dari mengurus kematian Hiong Hok Totiang kini beralih kearah urusan partai Bu-tong. Orang-orang Kim-sai diam begitu pula Kiam Ciu. Ji Tong Bwee dan Kuk Kiat mereka hanya mendengarkan saja pembicaraan dan perdebatan orang-orang Bu-tong itu. Bahkan mereka seolah-olah sama sekali telah melupakan bahwa ditempat itu sebenarnya kurang pantas untuk berdebat tentang kedudukan. Karena didengarkan orang lain, namun mereka adalah orang-orang yang berwatak keras dan tidak begitu memperhatikan aturan dalam pergaulan. Terdengar Li Hok Tian tertawa terbahak-bahak kemudian berseru : "Pada dewasa ini, dikalangan Kang-ouw aku telah mendapat banyak sokongan, lagi pula pedang pusaka yang terkenal nomor Wahid di kolong langit ialah Oey Liong Kiam telah berada ditanganku. Lihat !” seru Li Hok Tian sambil mencabut pedang Oey Liong Kiam dari sarungnya.

Kemudian Li Hok Tian memutar-mutarkan pedang itu, tampaklah kilauan sinar pedang pusaka itu. Diputar-putarnya hingga terdengar suara mendesing.

Kiam Ciu menyaksikan itu semua jadi terpesona.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara nyaring mengejek Li Hok Tian dan suara itu sanggup menembus suara tawa Li Hok Tian dan desauan angin yang ditimbulkan oleh putaran-putaran pedang Oey Liong Kiam itu.

Li Hok Tian mendengar suara itu akhirnya menghentikan permainannya, tampaklah wajahnya yang bangga dan gembira itu mendadak menjadi sangat pucat dan tegang. Berdirinya jadi goyah, dia tampak gemetar kakinya, tangan yang tadi tampak kuat dan memegang pedang Oey Liong Kiam dengan sombong itu kini tampak menggelantung seperti tidak bertenaga.

Bukan hanya Li Hok Tian saja yang bersikap seperti Itu. Tetapi segenap orang-orang yang berada di tempat itu tidak kecuali Kuk Kiat dan Hian Cin Tianglo seperti kehilangan semangatnya. Tetapi ketika Kiam Ciu dapat mengatasi pengaruh itu dia berpikir dan mengingat-ngingat.

"Nada suara ejekan itu tiada asing lagi bagiku” pikir Kiam Ciu.

Kemudian Kiam Ciu menoleh kearah datangnya suata tadi. Ternyata apa yang diduganya benar juga.

Di tempat itu tampak sebuah kereta yang sangat indah. Entah dengan cara bagaimana kereta itu dapat tiba di tempat itu begitu saja tanpa menimbulkan berisik kemudian tampaklah pintu kereta itu terbuka.

Semua mata memandang kearah pintu kereta yang sedang terbuka itu.

Tampaklah sepasang kaki putih mulus keluar menuruni tangga kereta, kemudian tampaklah seorang gadis jelita yang sangat menggiurkan wajah dan potongan tubuhnya. Semua orang mengagumi keadaan gadis itu, juga Tong Bwee sidara jelita kekasih Tong Kiam Ciu itu merasa iri menyaksikan kejelitaan gadis yang baru turun dari kereta indah itu. Gadis yang jelita itu ialah Cit Siocia.

Dengan suara lantang gadis itu lalu berseru : "Minggir !"“

Semua orang yang berada ditempat itu seperti terpukau. Mereka semuanya menyibak memberikan jalan kepada wanita muda yang jelita itu. Dengan tersenyum wanita jelita itu melangkah dengan sikapnya yang agung. Tiada seorangpun yang berani mengeluarkan suaranya. Mereka semuanya terbungkam, walaupun didalam hati mereka akan berbicara, namun mereka segan untuk membuka mulutnya. Ketika Cit Siocia berjalan didepan Tong Kiam Ciu, tampaklah dia memandang dan tersenyum kepada Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu mengangguk pula menjawab teguran halus gadis rupawan itu.

Cit Siocia melanjutkan langkahnya dan menghampiri Li Hok Tian. Adapun Li Hok Tian berdiri bagaikan patung yang tiada bernyawa, wajahnya pucat bagaikan kertas. Hanya tubuhnya tampak tergoyang, dia telah tahu apa yang akan terjadi atas dirinya.

"Li Hok Tian !” seru Cit Siocia sambil menuding kearah laki-laki yang dibentak itu, "Ternyata sifatmu sangat curang dan keji ! Kau telah berani menganiaya salah seorang pelayan wanitaku. kemudian kau telah berani mencuri pedang Oey Liong Kiam ! Semuanya itu terbukti dan apakah kau akan memungkiri ?”

Semua perkataan Cit Siocia itu menggebu-gebu otak Li Hok Tian. Dia tiada berani berbuat apa-apa lagi. Karera apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah benar semuanya. Maka Li Hok Tian hanya pasrah dan tanpa dapat berbicara dia telah tampak lunglai, karena dia tahu hukuman apa yang bakal diterimanya.

"Ayoh kembalikan pedang Oey Liong Kiam itu kepadaku ?” seru warita jelita itu membeliakkan matanya sambil menuding.

Li Hok Ttan seperti anak kecil yang berbuat kesalahan, kemudian dibentakbentak dan menurut saja, dengan langkah-langkah yang tampak kaku Li Hok Tian melangkah maju mendekati Cit Siocia. Li Hok Tian telah terkena pengaruh Pan-yok-sin-im sehingga semua perbuatannya itu dilakukan diluar kemauannya sendiri. Dia tidak berdaya lagi untuk menentang segala perintah Cit Siocia.

Dergan mengangkat kedua tangan Li Hok Tian mengangsurkan pedang itu kepada Cit Siocia. "Serahkan pedang itu kemari !” perimah Cit Siocia.

"Tahan !” seru Hian Cin Tianglo Bersamaan dengan itu tampaklah Tojin itu melompat menerkam leher Cit Siocia. Namun gadis jelita itu telah siap siaga. Bersamaan dengan lompatan Hian Cin Tianglo, dia telah memekik sambil menggerakkan ilmu Pan-yok-sim-im.

Hian Cin Tianglo melesat kesamping Cit Siocia terkamannya meleset bahkan dia sendiri telah terkena pengaruh ilmu pelenyap sukma iiu. Sesaat seperti orang linglung yang tidak mampu uutuk berpikir secara wajar, sedangkan Cit Siocia dengan sekali loncat telah menyambar pedang Oey Liong Kiam dari tangan Li Hok Tian. Kemudian Cit Siocia telah mencabut pedang itu dan dengan cepat pula telah menusuk kearah Hian Cin Tianglo.

Karena terperanjat dengan datangnya serangan itu, Hian Cin Tianglo berusaha untuk menyentil jari jemarinya. Tetapi tidak berhasil bahkan jari tangan terkena goresan pedang Oey Liong Kiam hingga mengucurkan darah.

Bagi Cit Siocia baru untuk pertama kalinya dia turun tangan sendiri untuk melukai lawan. Tetapi dia tidak bermaksud untuk membinasakan orang itu.

karena dia tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan.

Tetapi Hian Cin Tianglo sendiri merasa heran mengapa dia tidak mampu untuk menyerang gadis itu. Menurut perasaannya dia dalam keadaan sadar Tetapi mengapa niatnya untuk menyerang gadis itu menjadi buyar dan tidak bertenaga. Padahal ingatannya sadar. Apakah dirinya kena terpengaruh ilmu Pan-yok-sin-im ? "Tua bangka gila dan curang ! Itulah adalah peringatanku ! Adakah kau masih mau dihajar lagi ? Hayo pergi dari sini sebelum aku mengubah keputusanku !”

bentak Cit Siocia yang menjadi gusar karena diserang dengan sikap yang curang itu. Mendapat bentakkan itu sebenarnya bagi seorang tua seperti Hian Cin Tianglo yang sudah banyak malang melintang di dunia kang-ouw seharusnya menjadi marah tetapi saat itu Hian Cin Tianglo tidak dapat berbuat apa-apa, Dengan diluar kemampuannya sendiri dia telah ngeloyor pergi dan diikuti oleh Ciok Hok Lo-to dan Hian Biauw Cin jin., Adapun Li Hok Tian masih tetap berdiri mematung didepan Cit Siocia seolah-olah tak bernyawa lagi.

Sambil menudingkan pedang Oey Liong Kiam kearah Li Hok Tian, wanita itu memerintahkan kepada laki-laki penghianat itu untuk berlutut.

"Hayo berlutut dihadapanku !” bentaknya Li Hok Tian seperti kehilangan sifat kejantanannya. Telah menurut saja segala perintah. Dia telah berlutut dengan wajah tetap menunduk. Suasana sesaat menjadi sepi sekali. Cit Siocia juga diam dan hanya memandang kearah Li Hok Tian. Seolah-olah wanita itu sedang memberikan kesempatan kepada Li Hok Tian untuk berdoa atau mengingat kembali segala perbuatan laki-laki itu.

Memang betul kini Li Hok Tian telah teringat kembali segala perbuatannya.

Dia terbayang satu persatu apa yang telah diperbuat. Bermunculan peristiwaperistiwa kekejiannya. Mula-mula Pit Ki yang telah dia aniaya, kemudian pelayan wanita Cit Siocia yang telah dia lukai, namun dia tidak berhasil untuk menguasai Cit Siocia dengan nafsu kebinatangannya itu. Hanya mampu mencuri pedang Oey Liong Kiam kemudian dia kabur. Sekarang semuanya berantakan, gagal ! Kemudian suasana yang sepi itu digetarkan oleh sebuah suara yang merdu sekali. Tampaklah Cit Siocia telah menatap Li Hok Tian dan menyanyikan sebuah lagu yang sangat menyedihkan dan iramanya menyayat, Cit Siocia mengalunkan irama lagu menyayat hati dan mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im, dengan maksud untuk menyiksa Li Hok Tian.

Li Hok Tian mula-mula masih dapat bertahan mendengarkan alunan lagu itu.

Posting Komentar