Ui-bin-houw menjulurkan tangannya, menangkap lengan Lui In dan menariknya dengan kuat agar wanita itu terlepas dari rangkulan suaminya. Akan tetapi suami isteri itu berangkulan sedemikian eratnya sehingga ketika Lui In tertarik, Souw Cin juga ikut terbetot. Agaknya mereka tidak dapat dipisahkan lagi. Si Harimau Muka Kuning marah dan memerintahkan kepada algojonya yang brewok ltu.
"Pisahkan mereka!"
Sang algojo nampaknya gembira dengan perintah ini. Sambil menyeringai lebar dia menghampiri suami isteri itu. "Heh-heh, kalau perlu kupatah-patahkan semua jari tanganmu, orang Mancu, agar engkau tidak dapat lag! memegangi isterimu. Ha-ha-ha!"
Algojo yang tinggi besar dan brewok itu menggerakkan tangannya yang besar dan panjang, menangkap lengan Souw Cln dan agaknya ia hendak melaksanakan ancamannya, yaitu mematah-matahkan semua jari tang an pemuda Mancu itu.
Pada saat itu terdengar bentakan nyaring, "Lepaskan tanganmu!" dan sebuah kerikil menyambar, tepat mengenai tangan algojo yang mencengkeram tangan Souw Cin.
"Takk …… aduuhh ……!" Algojo itu melepaskan pegangannya dan menyeringai kesakitan. Punggung tangannya terasa nyeri sekali dan ketika dia memandangnya, temyata punggung tangannya itu luka berdarah. Sesosok bayangan berkelebat melewati kepala anak buah gerombalan yang membuat lingkaran, tahu-tahu sudah berhadapan dengan algojo itu.
Sang algojo terkejut akan tetapi juga marah sekali. Dengan mata melotot lebar menghardik.
"Kamu yang menyambit tanganku tadi?"
Penyambit yang kini masuk ke dalam lingkaran itu adalah Ma Giok. Dia mencari dan mengejar para gerombolan dan dengan mudah dapat menemukan mereka di puncak bukit itu dan menolong Souw Cin yang terancam algojo itu.
"Benar, aku yang melakukannya!" kata Ma Giok dengan Iantang.
"Jahanam, engkau sudah bosan hidup!" teriak algojo itu yang cepat mencabut sebatang golok besar dari pinggangnya dan tanpa banyak kata lagi dia menyerang dengan sambaran goloknya ke arah leher Ma Glok. Agaknya dia akan memenggal leher Ma Giok dengan sekali sabetan. Akan tetapi dengan mudah Ma Giok menundukkan kepalanya sehingga golok itu menyambar lewat di atas kepalanya dan sebelum algojo itu tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja dia sudah diserang seperti sambaran kilat.
"Wuutt …… krekk!" Tulang lengan kanannya patah dan golok itu terlepas dan tangan kanan Ma Giok menyusul ke arah tengkuknya.
“Desss, …… !" Tubuh aIgojo yang tinggi besar itu terpelanting dan dia tidak mampu bangun kembali!.
Melihat ini, enam orang pimpinan yang disebut Enam Harimau itu sudah berloncatan bangkit. Mereka segera mengenal Ma Giok yang tadi membuat mereka melarikan diri. Enam orang pemimpin gerombolan itu menjadi marah sekali. Mereka sudah mencabut golok mereka dan menyerang sambil mengepung Ma Giok. Pendekar ini sudah pula mencabut sebatang pedang dari punggungnya dan begitu dia menggerakkan pedang itu, tampak gulungan sinar berkelebatan menyambut serangan enam batang golok itu.
Terdengar suara berkerontangan berulang-ulang disusul patahnya golok dan robohnya enam orang pimpinan gerombolan, lima orang di antaranya terluka parah, hanya seorang saja yang terluka ringan pada pundaknya karena dia memiliki tingkat kepandaian yang lebih tinggi daripada tingkat teman-temannya. Dia adalah Ui-bin-houw yang terluka pundak kanannya.
Ma Giok sudah menyarungkan pedangnya kembali dan dia bertolak pinggang, membentak dengan suara nyaring berpengaruh. "Hayo, siapa lagi yang hendak mencari kematian! Aku, Lam-liong (Naga Selatan) Ma Giok yang akan mengakhiri kejahatan kalian!"
"Lam-liong ……. !!??” banyak suara menyebut julukan ini dan mereka nampak gentar. Bahkan Ui-bin-houw segera berlutut, diturut oleh semua anak buahnya.
"Maafkan kami, tai-hiap. Karena tidak mengenal, maka kami berani lancang menyerang tai-hiap. Akan tetapi, kalau tai-hiap benar Lam-liong, kenapa taihiap membela jahanam Mancu ini? Dia adalah Souw Cin, putera Souw-taijin, pembesar Mancu yang sudah sepatutnya kita basmi! Bukankah tai-hiap terkenal sebagai pemimpin para pejuang? Kami juga pejuang yang menentang penjajah Mancu, tai-hiap!"
Ma Giok mengerutkan alisnya yang hitam tebal. "Hemm, pejuang macam apa kalian ini? Merampok harta, menculik wanita, semua untuk kesenangan kalian. Pejuang sejati tidak melakukan, kekejian seperti ini. Kalian hanya segerombolan perampok keji dan jahat yang menggunakan kata perjuangan sebagai kedok! Orang-orang macam kalian ini bahkan mencemarkan nama dan kehormatan para pejuang sejati. Penjahat-penjahat macam kalian sudah sepatutnya dibasmi habis!"
Semua anggauta gerombolan menjadi pucat ketakutan. Ui-bin-houw cepat berlutut dan memberi hormat. "Ampun, taihiap. Ampunkan kami yang bodoh. Mulai saat ini kami berjanji akan menjadi pejuang-pejuang yang baik!"
Ma Giok sudah terbiasa dengan janji orang-orang macam ini. Dalam perjalanannya sebagai pejuang yang sudah bertahun-tahun berjuang menentang penjajah semenjak bangsa Mancu berkuasa, dia sudah bertemu dengan banyak gerombolan yang membonceng nama perjuangan untuk melakukan kejahatan demi kesenangan mereka sendiri. Dia tersenyum mengejek dan berkata singkat,” kita sama lihat saja nanti!"
Setelah berkata demikian, dia memberi isyarat kepada Souw Cin dan Lui In yang masih saling berangkulan. "Mari, kuantar kalian pulang."
Suami isteri ini merasa lega sekali. Sama sekali mereka tidak menyangka akan dapat lolos demikian mudahnya dari ancaman maut. Mereka cepat bergandeng tangan pergi meninggalkan tempat itu, diikuti oleh Ma Giok yang menjaga agar mereka tidak diganggu atau diserang. Akan tetapi gerombolan itu agaknya sudah kehilangan nyali mereka dan tidak berani mengganggu Naga Selatan yang amat lihai itu.
Tentu saja kedatangan mereka bertiga disambut dengan keharuan dan kegembiraan. Souw-taijin menyuruh puteranya dan mantunya untuk berlutut di depan Ma Giok dan menghaturkan terima kasih. Dia sendiri bersama isterinya berulang kali menjura dan mengucapkan terima kasih. Ma Giok cepat mengangkat bangun suami isteri muda itu., Lalu dia memandang kepada Kui Siang yang ikut menyambut dengan girang.
"Kui Siang, mari kita lanjutkan perjalanan." kata Ma Giok.
Kui Siang mengangguk, akan tetapi Souw-taijin dan isterinya cepat menjura kepada Ma Giok dan berkata, "Ma-taihiap, kami mengharap dengan sangat agar taihiap dan Kui Siang tinggal saja di sini. Kami akan merasa senang sekali." kata pembesar Mancu itu. Ma Giok menggeleng kepala keras-keras. Bagaimana mungkin dia tinggal di rumah seorang pembesar Mancu? Dia yang biasanya memimpin para pejuang yang menentang pemerintah Mancu!
"Tidak, Souw-taijin. Saya harus pergi melanjutkan perjalanan sekarang juga." katanya.
Tiba-tiba Nyonya Souw berkata. "Kalau tai-hiap tidak bisa, biarkanlah Kui Siang tinggal di sini, taihiap. Kami merasa kasihan kepadanya. Kandungannya besar dan perjalanan jauh akan buruk sekali terhadap kesehatannya. Setidaknya biarkan ia sampai melahirkan anaknya di sini.
Ma Giok hendak menolak, akan tetapi dia teringat akan keadaan Kui Siang. Bagaimanapun juga, dia tidak berhak memutuskan dan diapun maklum bahwa apa yang dikatakan nyonya pembesar itu benar. Kui Siang akan menderita kalau harus melakukan perjalanan jauh dengan kandungan yang telah besar. Maka, dia lalu memandang kepada Kui Siang dan bertanya.