Si Rajawali Sakti Chapter 44

NIC

ooOOoo

Kaisar Sung Thai Cu, pendiri Kerajaan Sung dan sebagai kaisar pertama ternyata merupakan seorang pemimpin sejati. Bekas panglima yang dulu bernama Panglima Chou Kuang Yin ini benar-benar memiliki sikap bijaksana dan melaksanakan politik yang lunak dan mengusahakan perdamaian. Dia sungguh berbeda dari para pimpinan sebelumnya.

Sepanjang Jaman Lima Dinasti (907 -960) selama setengah abad negara menjadi ajang perebutan kekuasaan. Sampai lima kali terjadi penggantian kerajaan yang masing-masing hanya bertahan beberapa tahun saja. Hal ini adalah karena para pemimpin yang tadinya berjuang menumbangkan kekuasaan Kerajaan atau Kaisar yang dianggap tidak bijaksana dan lalim, semula memang mengajak rakyat jelata untuk berjuang menumbangkan Kaisar yang lalim. Setelah perjuangan berhasil baik walaupun mengorbankan banyak sekali nyawa rakyat dan menimbulkan banyak kejahatan, si pemimpin mendirikan kerajaan baru dan menjadi-Kaisar, maka sejarah pun berulang. Orapg yang tadinya menjadi pemimpin yang gagah, yang berjuang atas nama rakyat, setelah berhasil dan menjadi Kaisar, menjadi, lupa diri! Kekuasaan dan harta benda membuatnya lupa akan dasar perjuangan mereka semula. Mereka menjadi mabuk kekuasaan sehingga bertindak sewenang-wenang karena merasa paling berkuasa, mabuk kesenangan duniawi, menumpuk harta kekayaan. Orang- orang yang dekat dengan Kaisar yang baru sanak keluarganya dan sahabat-sahabat yang kesemuannya merupakan penjilat-penjilat, diberi kekuasaan. Maka berpesta poralah mereka itu, sekelompok orang yang berkuasa, menjilat atasan dan menekan bawahan. Maka, dalam beberapa tahun saja terjadi lagi pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan kaisar yang lalim itu.

Akan tetapi setelah Jenderal Chou Kuang Yin mendirikan Kerajaan Sung dan dia menjadi kaisar pertama berjuluk Sung Thai Cu (960-976), terjadi perubahan besar. Kaisar Sung Thai Cu sama sekali tidak mabuk kekuasaan, tidak menjadi congkak dan angkuh, tidak haus akan kesenangan dunia, tidak melakukan penindasan dan tidak memperkaya diri sendiri atau keluarganya. Dia bertindak adil, bahkan murah hati terhadap mereka yang tadinya menentang berdirinya Kerajaan Sung.

Sikap inilah yang membuat sebagian besar rakyat mendukungnya. Karena kalornya bersih, maka dengan sendirinya para pembantunya juga bertangan bersih karena takut kepada Kaisar yang pasti akan menghukum pembantunya yang bertangan kotor. Sebaliknya kalau Kaisarnya bertangan kotor, dengan sendirinya para pembantunya juga bertangan kotor dan atasan tidak akan berani menegur bawahan karena sama-sama kotor. Jelaslah bahwa pemerintahan yang. bersih hapus dimulai dari atas! Bawahan tidak membutuhkan pelajaran saja dalam hal kebersihan, melainkan terutama sekali membutuhkan tauladan! Dahulu, para kaisar sebelum Sung Thai Cu, para atasan itu amat tidak bijaksana bahkan licik. Mereka menuntut agar bawahan mereka bersih padahal mereka sendiri kotor sekali. Mana mungkin berhasil ajakan berbersih-bersih?

Kaisar Sung Thai Cu memberi tauladan yang amat baik. Sebagian besar para menteri dan panglimanya mencontoh! sikapnya. Karena itulah maka Kerajaan Sung tidak seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya, yang berganti-ganti karena! selalu timbul pemberontakan. Menurut sejarah, Kerajaan Sung dapat bertahan sampai tiga ratus tahun lebih!

Namun, seperti biasa dikatakan orang, tiada gading yang tak retak, atau lebih tepat lagi, tidak ada manusia dan hasil usahanya yang sempurna. Demikian pula dalam pemerintahan Kaisar Sung Thai Cu. Memang sebagaian besar para menteri dan pembantunya terdiri dari orang-orang yang setia dan jujur, tidak suka melakukan tindakan korupsi. Akan tetapi, ada saja kecualinya. Yaitu mereka yang merasa tidak puas dengan keadaannya, mereka yang dikuasai nafsunya menghendaki yang lebih. Biarpun mereka ini tidak berani terang-terangan melakukakn korupsi dan pelanggaran, namun diam-diam mereka mencari kesempatan. Orang-orang seperti inilah yang berhasil digaet oleh Pangeran Chou Ban Heng untuk mendukung ambisinya. Selain mereka yang ingin mencari keuntungan yang dijanjikan oleh Jenderal Chou itu, juga terdapat mereka yang sehaluan dengan Jenderal Chou, yaitu mereka yang diam-diam masih setia kepada Kerajaan Chou yang telah jatuh. Bagi mereka, usaha membangun kembali Kerajaan Chou merupakan kewajiban yang harus mereka perjuangkan. Mereka sama sekali tidak menganggap bahwa usaha membangun Kerajaan Chou dan menumbangkan Kerajaan Sung itu sebagai pemberontakan. Sama sekali mereka bukan memberontak, melainkan mengambil kembali kekuasaan yang sudah dirampas oleh Jenderal Chou Kuang Yin yang mereka-anggap pemberontak.

Jenderal Chou tidak mau bertindak gegabah. Dia sudah cukup sabar menyusun kekuatan, kini bukan merupakan pemberontakan dari luar menggunakan pasukan, melainkan pemberontakan dari dalam! Pada suatu malam Jenderal Chou mengadakan pertemuan dengan para pendukungnya. Dia tidak bodoh, tidak maui menggunakan gedungnya sebagai pusat berkumpulnya kelompok yang sehaluan itu. Dia memilih sebuah rumah peristirahatan milik seorang panglima di luar kota untuk berkumpul mengadakan pertemuan. Sebagai Penasehat Angkatan Perang, tentu saja dia berhubungan dekat dengan para panglima, maka kalau dia berkunjung ke rumah peristirahatan Panglima Coa, hal itu tentu saja wajar dan tidak menimbulkan kecurigaan.

Malam itu yang berkumpul di rumah peristirahatan yang terjaga ketat olehi anak buah Panglima Coa, ada belasan orang. Jenderal Chou sendiri, diikuti Chou Kian Ki dan Ong Hui Lan, tiga orang guru Kian Ki yaitu Kanglam Sin-kiam Kwan In Su yang berusia enam puluh tahun, I m Yang Tosu juga berusia! enam puluh tahun, dan Hongsan Siansu Kwee Cin Lok berusia enam puluh tahun lebih. Hadir pula Panglima Coa sendiri sebagai tuan rumah, beberapa orang pembesar sipil dan militer. Mereka berkumpul di sebuah ruangan yang cukup luas dan tertutup, pada luar ruangan itu terjaga ketat sehingga tidak akan ada orang luar melihat atau mendengarkan rapat pertemuan Itu.

Pertama-tama Perwira Cu melaporkan kepada Jenderal Chou. Perwira Cu ini bertugas sebagai pemimpin para mata-mata atau penyelidik yang disebar di seluruh kota raja.

"Seorang anak buah melaporkan bahwa beberapa hari yang lalu muncul seorang tokoh kangouw wanita yang terkenal sekali karena kelihaiannya. Ia berjuluk Ang- hwa Niocu dan menurut keterangan mereka yang mengetahui, Ang-hwa Niocu ini seorang petualang besar yang datang dari utara. Kabarnya ia keturunan puteri Kolekok yang sakti dan yang dulu pernah menggegerkan kerajaan Chou yang berjuluk Hwa Hwa Moli."

"Ah, aku dulu pernah bertemu dengan Hwa Hwa Mo-li. Akan tetapi ia telah tewas dalam perang. Jadi yang kau ceritakan itu puterinya?" kata Hongsan Siansu.

"Benar, Siansu. Ia seorang gadis, usianya sekitar dua puluh lima tahun dan cantik sekali, juga ilmu silatnya tinggi. Menurut para penyelidik, sekarang ini ia datang di kota raja bersama seorang pemuda yang tampaknya menjadi sahabat baiknya.

Pemuda itu pun merupakan seorang yang lihai, murid Siauwlimpai bernama Liu Cin berjuluk Siauwlim Eng-hiong, agaknya menjadi sahabat baik Ang-hwa Niocu." "Siapa nama aseli Ang-hwa Niocu itu?" tanya Jenderal Chou karena dia merasa tertarik.

"Ampun, Goan-swe (Jenderal), para penyelidik belum dapat mengetahui namanya karena ia selalu menggunakan nama julukannya."

"Panglima Cu, cepat engkau pergi, cari tahu namanya dan sedapat mungkin, bujuk ia agar mau memenuhi undanganku ke sini. Juga murid Siauwlimpai itu."

"Baik, Goanswe." Perwira Cu memberi hormat dan meninggalkan gedung Itu. Pertemuan rapat itu dilanjutkan dan Jenderal Chou berkata dengan suaranya yang lantang dan tegas.

"Saudara sekalian! Kita sudah sepakat bahwa kita tidak mungkin tinggal diam saja melihat betapa Panglima Chou Kuang Yin merebut tahta kerajaan, mendirikan Kerajaan Sung yang baru dan dia mengangkat diri sendiri menjadi Kaisar Sung Thai Cu. Pengkhianatan ini harus dihukum. Akan tetapi kita pun menyadari bahwa belum tiba waktunya bagi kita untuk merebut tahta kerajaan dan membangun kembali Kerajaan Chou dengan menggunakan kekerasan atau pemberontakan. Untuk itu, kekuatan kita belum cukup besar, tidak akan mampu mengalahkan pasukan Sung.

Karena itu, satu-satunya cara terbaik hanyalah melakukan penggerogotan kekuatan lawan dari dalam. Kita memperkuat diri dari dalam dengan jalan mengusahakan agar rekan-rekan kita bisa mendapatkan kedudukan yang terpenting dalam pemerintahan Kerajaan Sung. Kita tarik mereka yang merasa tidak puas dengan Kerajaan Sung untuk menjadi sekutu kita, sedangkan kita usahakan agar para pejabat yang setia kepada Kaisar Sung Thai Cu disingkirkan. Dengan demikian, perlahan-lahan kita membuat kedudukan Kaisar Sun menjadi lemah dan kita sendiri semakin kuat. Kita juga undang semua tokoh d dunia kangouw untuk memperkuat kedu dukan kita. Kita sokong mereka yang membuat kekacauan di daerah-daerah agar rakyak menderita, karena kahau rakyat menderita maka akan timbul perasaan tidak suka kepada pemerintah Kerajaan Sung. Setelah keadaan Kerajaan ini mulai lemah, dan kita semakin kuat, maka akan tiba saatnya kita mengerahkan kekuatan dan mengambil alih kekuasaan. Sekarang aku minta tanggapan dan pendapat kalian."

Rata-rata mereka semua menyatakan setuju dengan rencana itu. Seorang diantara mereka, panglima sebuah pasukan keamanan, berkata.

"Maaf, Chou Coanswe. Kalau kita membiarkan terjadinya kerusuhan dan kekacauan, tentu saya sebagai panglima pasukan keamanan akan dipersalahkan karena menjaga keamanan adalah tugas saya. Bahkan Goanswe sebagai Penasehat Angkatan Perang tentu juga akan mendapat teguran dari Sribaginda Kaisar."

"Ah, Lai Ciangkun, kita harus cerdik. Kita yang membuat kerusuhan itu dengan mengerahkan orang-orang kangouw sehingga kerusuhan yang terjadi tentu di daerah yang berada di luar jangkauan kita secara cepat. Dan kekacauan itu berpindah-pindah sehingga tidak mungkin menyalahkan fcita. Kita juga mengadakan aksi pembersihan, akan tetapi yang kita bersihkan adalah mereka yang menentang kita dan yang setia kepada Kaisar Sung. Orang-orang rimba persilatan yang mendukung Kaisar Sung harus kita tentang dan kalau perlu dibinasakan dengan dalih bahwa merekalah yang menimbulkan pengacauan dan kerusuhan itu. Adapun

orang-orang kangouw yang setia kepada Kerajaan Chou dan mendukung kita harus kita rangkul dan kita ajak bekerja sama."

"Saya mengerti, Chou Coanswe. Akan tetapi kalau mereka itu menanyakan imbalannya?" tanya pula Panglima Lai.

"Harta dan kedudukan! Itulah imbalannya. Jangan mereka khawatir, kalau perjuangan kita berhasil, mereka pasti akan kami beri kedudukan dan harta kekayaan yang ditimbun oieh Kerajaan Sung aka dibagi rata!" Jenderal Chou berhenti sebentar lalu memandang kepada semua orang dan bertanya. "Bagaimana, apakah masih ada yang ada menanggapi dan bertanya? Silakan, jangan ragu karena rapat ini memang diadakan untuk kita perbincangkan bersama perjuangan kita ini."

Semua orang terdiam, agaknya tidak ada yang hendak bertanya lagi. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara yang halus merdu.

"Maaf, Paman. Saya ingin mengeluarkan pendapat saya setelah mendengar semua pembicaraan tadi." Yang bicara adalah Ong Hui Lan dan semua orang menoleh dan memandang kepadanya.

"Bagus, Hui Lan! Memang sebaiknya setiap orang mengeluarkan pendapat masing- masing karena itulah gunanya diadakan rapat seperti ini. Katakanlah, apa pendapatmu?"

"Paman, saya sungguh tidak setuju dengan rencana yang Paman bicarakan tadi. Suhu selalu mengajarkan kepada saya bahwa dalam segala urusan, kita tidak boleh bertindak curang! Kalau kita berhadapan dengan musuh dan melawannya, kita harus melawan secara gagah. Kalah menang bukanlah masalah, akan tetapi yang penting, kita harus bertindak benar dan gagah, tidak menggunakan cara yang licik dan curang. Maka, terus terang saja, Paman, cara-cara yang tadi direncanakan itu sama sekali tidak sejalan dengan semua yang telah saya pelajari!"

Tentu saja semua orang yang berada di situ terkejut bukan main mendengar ucapan gadis itu. "Nona Ong !" seru Hongsan Siansu dengan suara menegur. "Ini bukan

urusanmu, engkau tidak boleh mencampuri "

"Siapa yang mencampuri? Kalau aku tidak boleh bicara, lalu mengapa aku diajak ikut berunding di sini?" bantah Ong Hui Lan dengan suara yang masih lembut, walaupun sepasang alisnya berkerut.

"Lan-moi, ingat bahwa ayahmu menyuruh engkau membantu perjuangan. ayahku." kata Chou Kian Ki mengingatkan.

"Memang benar dan aku pun siap membantu. Ki-ko, akan tetapi kalau harus melakukan kecurangan, terpaksa aku tidak dapat membantu."

"Eh-eh........ tenang dulu, agaknya ada.kesalah-pahaman di sini " kata Jenderal

Chou sambil mengangkat tangan menghentikan perdebatan itu. Kemudian dia berkata kepada Hui Lan dengan sikap manis budi dan suaranya lembut. "Hui Lan, anak baik, agaknya engkau belum mengenal seluk-beluknya perjuangan. Engkau tahu bahwa kita semua sedang berjuang untuk membangun kembali Kerajaan Chou yang telah dijatuhkan oleh Sung Thai Cu yang dulu juga seorang panglima Chou bernama Chou Kiang Yin, bukan?"

“Saya tahu, Paman."

"Sepuluh tahun Kerajaan Chou kita dijatuhkan dan sekarang kita berusaha untuk merebut kembali dan membangun Kerajaan Chou. Nah, dalam semua pertentangan seperti ini, sudah biasa kalau orang mempergunakan siasat! Siasat untuk mencapai kemenangan, Hui Lan.Yang kau sebutkan sebagai kecurangan itu sesungguhnya hanyalah siasat belaka dan itu sama sekali tidak salah."

Hui Lan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Paman, dalam siasat seperti itu akan jatuh korban orang-orang yang tidak bersalah dan itu bertentangan dengan pendirian saya. Saya hanya membantu tindakan yang benar dan adil, dan tidak mungkin saya mencampuri apalagi membantu tindakan yang tidak adil dan tidak benar karena dengan demikian saya akan menjadi penjahat. Maafkan, Paman, baiknya saya tidak mencampuri perundingan ini." Gadis itu lalu keluar di ruangan persidangan dan kembali ke kota raja, langsung ke gedung Pangeran Chou!

Suasana menjadi sunyi sekali setetah Hui Lan pergi. Akhirnya Jenderal Chou menghela napas panjang dan bergumam seperti bicara pada diri sendiri. "Ahhh, anak yang masih hijau dan tidak tahu tentang perjuangan " Dia lalu menyuruh

para petugas untuk menjaga di luar ruangan itu agar jangan ada yang mendengarkan, terutama Hui Lan. Setelah pintu ditutup dan ruangan itu dijaga ketat di bagian luarnya, Jenderal Chou berkata

Posting Komentar