Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 55

NIC

Omongannya memang kenyataan, justru karena kenyataan bagi pendengaran Cin Liong-hwi justru lebih mengecilkan arti dirinya diantara mereka. Sebetulnya biasanya dia sangat jelus dan iri kepada Hong thian lui, kini hatinya semakin terbakar dan dongkol sekali.

Baru saja Ling Hou mau membuka mata bicara baik Cin Liong-hwi tiba-tiba dilihatnya Cin Liong hwi meletakkan cawan araknya serta berseru heran, katanya, "Agaknya ada orang mengetuk pintu diluar?"

Ling Hou menjadi heran, ujarnya, "Hari sudah larut malam," katanya, "siapa lagi yang mau datang?"

"Anak Liong, coba kau tengok kedepan!" Cin Hou siau menyuruh anaknya membuka pintu.

"Semoga Tiat-wilah yang pulang," demikian Ling Hou-siau mengharap-harap.

Dalam pada itu Cin Liong-hwi sudah membuka pintu, tampak seorang laki-laki berusia pertengahan mengenakan topi bludru yang lebar menutupi separo wajahnya. Seorang tamu yang asing dan belum pernah dikenalnya, Cin Liong-hwi rada melengak, bentaknya, "Siapa kau?" orang asing itu menyahut lirih, "Jangan keras-keras biarlah aku masuk. Setelah bertemu dengan aku tentu Ling Hou tahu siapa aku adanya."

Keluarga Ling dan Cin sama-sama keturunan dari pahlawan gagah gunung Liang san, mereka mengasingkan diri secara rahasia di-kampung yang sepi tersembunyi lagi, kecuali beberapa kenalan lama, biasanya tak pernah berhubungan dengan orang luar. Teman keluarga Ling juga menjadi teman keluarga Cin, dasar cerdik Cin Liong hwi bisa berlaku waspada, selamanya dia belum pernah jumpa atau melihat orang asing ini, sudah tentu dia merasa curiga.

"Siapa she dan namamu? Datang dari mana? Sedikitnya harus kau kasih tahu padaku baru bisa kulaporkan kedalam," demikian tanya Cin Liong-hwi.

Orang itu mengerut alis, jawabnya, "Disini bukan tempat bicara, biarlah aku masuk dulu!" agaknya karena terburu hendak masuk sembari berkata tangannya lantas terulur maju serta mendorong Cin Liong hwi kesamping dengan perlahan-lahan.

Dasar sedang jengkel Cin Liong hwi semakin uring-uringan, pikirnya, "Setiap sahabat paman Ling dapat kukenal semua, orang ini tentu tak bermaksud baik." seiring dengan pikirannya secara gerak reflek ia menggesek sebelah kakinya terus menekuk dengkul rada jongkok sembari melancarkan ilmu Biau-kim-na-jiu tangannya membalik mencengkeram kepergelangan tangan orang; pikirnya hendak ajar adat pada orang.

Tak nyana begitu tangannya menyentil pergelangan tangan orang, mendadak terasa segulung tenaga keras membal balik menyentakkan tangannya. Keruan Cin Liong hwi sangat kejut, namun gerak geriknya juga cukup sebat, kedua jari dirangkapkan menjojoh ke-bawah menutuk jalan darah dilambung orang, tapi gampang sekali orang itu mendadak sikutnya menangkis, baru saja Cing Liong-hwi hendak merubah permainannya, tahu2 sudah kena disengkelit mundur, tanpa kuasa ia sempoyongan mundur beberapa langkah.

Orang itu melesat maju kedepan secara kebetulan memapah tubuh Cin Long hwi yang hampir terjungkal roboh. Saat mana mereka sudah berada didalam pekarangan rumah.

"Siapa itu bertingkah disini?" tampak Cin Hoa siau memburu keluar. Dibawah pancaran sinar rembulan begitu ia saling berhadapan dengan orang itu, kontan ia berseru tertahan.

Pada saat itu Ling Houpun sudah memburu keluar juga begitu melihat orang itu tanpa merasa ia menjadi kaget dan kegirangan, teriaknya, "Lu toako kiranya kau. Angin apa yang membawamu kemari? Aku suruh Tiat-wi menyampaikan selamat ulang tahunmu, apakah dia sudah kerumahmu?"

Ternyata orang ini bukan lain adalah Lu Tang-wan. Melihat orang tidak datang bersama puteranya, Ling Hou menjadi heran dan kuatir, maka begitu bertemu lantas mengajukan pertanyaannya itu.

"Ling toako," ujar Cin Hou Siau tertawa. "Kenapa kau begitu ceroboh, masa membiarkan sang tamu berdiri diluar dan kau ajak bicara disini?"

Ling Hou menjadi sadar, pikirannya, "Malam-malam Lu Tang-wan mencari aku, tentu kedatangannya sangat dirahasiakan!" bergegas ia menutup pintu serta menyeret Lu Tang-wan kedalam ruangan tamu.

"Liong-ji," ujar Cin Hou-siau setelah mereka duduk: "Ayo lekas berlutut kepada paman Lu. Bocah ini tidak tahu urusan, harap Lu-toako pandang mukaku suka memberi maaf akan kekurang ajaran tadi."

Lu Tang wan bergelak tawa, katanya, "Kiranya putera saudara Cin. Tak bisa salahkan dia. Tengah malam aku datang secara mendadak, sudah seharusnya ia berlaku hati hati dan waspada. Saudara Cin, kepandaian puteramu cukup hebat. Kau dapat mendidik puteramu sedemikian bagus, sungguh membuat aku ngiri. Jangankan salahkan dia," sembari berkata ia membimbing bangun Cin Liong-hwi.

Cin Hou-siau berkata, "Kenapa saudara Lu malah memujinya, bukankah sejurus saja dia tidak mampu menyambut seranganmu."

Lu Tang-wan berkata sungguh, "Para tunas muda mendatang yang kuat bertahan dari kebutan Hun-in-jiuku ini kukira tak banyak jumlahnya. Meskipun lwekang Cin si-heng rada lemah perubahan permainan tipu tipunya cukup baik dan tepat. Sekali pandang saja lantas aku tahu dia seorang anak yang sangat pintar. Kelak tentu punya harapan yang lebih tinggi dari kaum tua."

Cin Hou siau memang sering mengomeli puteranya tapi tujuannya supaya anaknya itu menjadi seorang yang berguna. Mendengar orang memuji puteranya, hatinya menjadi girang juga, "Begitulah harapanku. Lu toako harap kau suka memberi petunjuk kepadanya."

"Ah, kenapa sungkan. Ada kau sebagai ayah yang disiplin dan guru yang pandai, apa kau kuatir kepandaian puteramu tidak akan sempurna. Mengenai petunjuk aku tidak berani memberikan. Tapi dalam suatu kesempatan kelak aku harap Cin-siheng suka bertandang beberapa hari dirumahku, supaya Ling Tiat wi punya teman disana," dalam hati diam diam ia membatin: "Ilmu silat Tiat-wi jelas jauh lebih bagus dibanding dia, tapi soal kecakapannya terang jauh ketinggalan. Ai, ilmu silat dan raut muka sebetulnya memang sulit dicari keduanya yang sempurna."

Waktu kena disengkelit oleh Lu Tang-wan tadi sebetulnya Cin Liong-hwi merasa malu dan penasaran, belakangan serta mendengar orang memuji dirinya, hatinya menjadi senang dan terbuka. Segera ia menjura hormat serta menyatakan banyak terima kasih, mengambil air teh dan menyiapkan candu untuk Lu Tang-wan.

Waktu Ling Hou mendengar perkataan Lu Tang-wan supaya keponakan Tiat wi punya teman disana, sesaat ia menjadi tertegun namun lain saat ia menjadi kegirangan, cepat ia berkata, "Kalau begitu jadi anakku itu sudah sampai dirumahmu. Kenapa saudara Lu tidak membawanya pulang? Apakah telah terjadi sesuatu atas dirinya?"

Dilain pihak, Cin Hou-siau kelihatannya sedang tenggelam dalam pikirannya, serta merta ia menyalakan pelita lebih besar sehingga menyala lebih terang, dengan seksama ia pandang Lu Tang-wan.

Ternyata waktu ia mendengar Lu Tang-wan bergelak tawa tadi, hawa murninya kelihatannya kurang terhimpun, suaranya juga rada sember. Seorang tokoh Lwekeh selihay Lu Tang-wan adalah mustahil bila hawa murninya menjadi luber tanpa sebab, kalau itu benar sungguh sesuatu hal yang luar biasa.

Setelah sinar pelita lebih terang, ia dapat mengamati lebih jelas tampak muka Lu Tang wan rada berkeriut dan kuyu, tengah alisnya samar-samar ada setitik hawa hitam. Cin Hou-siau menjadi terkejut, pikirnya, "Apakah dia tengah terluka berat ?" Tapi karena Ling Hou sedang bicara dengan Lu Tang-wan, Cin Hou-siau sendiri juga ragu-ragu akan analisanya bila kurang tepat, kalau dikatakan tentu kurang enak. Terpaksa sementara waktu ia pendam isi hatinya.

Ling Hou seorang ahli dalam bahan-bahan peledak, sebaliknya ilmu silatnya biasa saja termasuk kelas kambing, kalau dibanding dengan sahabatnya Cin Hou-siau berbeda sangat jauh. Sudah tentu ia tidak tahu bila Lu Tang wan membekal luka dalam yang cukup parah. Apalagi ia sangat ingin mengetahui berita putranya, sudah tentu dia tidak begitu prihatin seperti Cin Hou siau.

Mendengar Ling Hou menanyakan Hong-thian-lui, sikap Lu Tang-wan menjadi kikuk katanya, "Ling-toako, bicara terus terang, kedatanganku ini adalah untuk menerima hukuman dan mohon maaf kepadamu, selain itu akupun perlu nyatakan terima kasih kepada kau."

Sudah tentu Ling Hou terkejut mendengar kata katanya itu, cepat ia bertanya, "Apakah Tiat-wi benar kena perkara ? Dia, bagaimana keadaannya sekarang?"

"Harap Ling toako melegakan hati, pada hari ulang tahunku itu Ling-siheng telah terpukul luka oleh si elang hitam Lian Tin san, untung luka lukanya tidak membahayakan jiwanya. Kira-kira satu bulan lagi baru bisa sembuh."

Sebagai tokoh silat kenamaan sudah tentu Cin Hou-siau mengenal macam apa tokoh si elang hitam Lian Tin-san itu, tanpa merasa ia menjerit kuatir, serunya gugup, "Apa Ling Tiat-wi berkelahi melawan Lian Tin-san ? Sungguh besar nyali bocah itu. Untung berada dirumahmu, Toako." menurut dugaan Cin Hou-siau, Ling Tiat wi tidak sampai terpukul mampus oleh Lian Tin-san tentu berkat bantuan Lu Tang wan.

Tak duga Lu Tang wan segera memberi penjelasan, "Supaya kalian berdua tidak kuatir dan terhibur, Ling siheng memang hanya terluka ringan saja. Tapi ia berhasil mengalahkan Lian Tin san sehingga dia melarikan diri ! hakikatnya tanpa aku turun tangan lagi."

Cin Hou-siau hampir tidak percaya akan pendengaran kupingnya, tanyanya tersekat sekat, "Tiat wi mengalahkan Lian Tin-san, apakah ucapanmu benar?"

"Apa kau kira aku guyon-guyon ?" ujar Lu Tang-wan tertawa geli. "hari itu banyak kawan dari berbagai tempat yang sudi meluangkan waktunya untuk menghadiri hari ulang tahunku, para tokoh-tokoh Kangouw yang kenamaan pun banyak yang hadir, paling tidak kira-kira tiga empat ratus orang. Di bawah sorotan mata para hadirin si Elang hitam Lian Tin san secara kenyataan telah digebah lari pontang panting oleh Ling siheng. Hehe, haha, maka tadi kukatakan Ling toako meskipun putramu sedikit terluka, namun luka lukanya itu cukup berharga. Anakmu sudah menjunjung nama dan angkat gengsi di hadapan sekian banyak orang orang gagah !"

"Ling-toako," seru Cin Hou siau ikut girang, "ucapan saudara Lu memang benar, peristiwa ini betul-betul sangat menggirangkan."

Ling Hou tertawa sambil mulutnya ternganga lebar, katanya, "Semua ini adalah berkat jasa saudara Cin. Tanpa adanya guru ternama ini, mana mungkin anakku ini mampu bergebrak dengan si Elang hitam !"

Dari samping Cin Liong-hwi mendengarkan percakapan mereka, semakin lama hatinya makin mendelu, pikirnya, "Tiat-wi bocah gendeng itu sekarang menjadi ternama sudah dihadapan tokoh silat diseluruh dunia, dia angkat gengsi perguruan. Sebaliknya putra kandung ayahku sekarang masih mengeram diatas gunung tanpa dikenal umum. Kelak bila aku kelana di Kangouw bila menyebut dia sebagai Suhengku, paling tidak aku hanya kecipratan getahnya saja," demikianlah Cin Liong-hwi berpikir secara negatif.

Sementara itu Lu Tang-wan sedang melanjutkan, "Ling-siheng memukul jatuh Lian Tin-san bukan saja menjaga nama baik dan gengsiku. Bagi dia karena bencana dia malah memperoleh keuntungan, namun bagi aku sungguh aku sangat menyesal dan prihatin. Oleh karena itu sengaja aku kemari untuk menyatakan terima kasihku kepada kalian berdua, disamping itu aku mohon maaf kepada saudara Ling karena aku tidak becus melindungi putramu."

"Lu-toako jangan bicara begitu, kau sudah menyempurnakan tujuan anakku, terima kasih saja belum sempat kuucapkan padamu. Tapi cara bagaimana dia sampai bergebrak dengan Lian Tin san ?"

"Begini . . . " selanjutnya secara panjang lebar Lu Tang-wan menceritakan kejadian hari itu secara blak-blakan, ia terangkan itu juga Lian Tin san yang hendak menuntut balas itu.

Posting Komentar