Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 56

CSI

Setelah selesai Lu Tang wan menambahi, sembari tertawa, "Hari itu murid tunggal Lu Tang-wan mengocar kacirkan semua murid-muridku dan keadaan yang serba sulit itu bila aku benar dapat mengalahkan si Elang hitam juga kurang dapat dibanggakan. Untung sebagai seorang angkatan lebih muda, putramu tampil kedepan merobohkan mereka guru dan murid. Maka tadi kukatakan putramulah yang telah menegakkan gengsi dan mukaku, aku bicara dengan kenyataan, sedikit pun tidak mengagulkan dia."

Betapa girang Ling Hou sukar dilukiskan dengan kata-kata. Katanya, "Siaute ada menulis sepucuk surat kubawakan anakku supaya disampaikan kepadamu, kukira saudara Lu sudah membacanya bukan?" dalam hati ia membatin, "Tiat-wi bocah itu sudah membantu dia begitu besar artinya, urusan perjodohan ini terang tak perlu disangsikan lagi."

"O ya, sudah saatnya aku membicarakan urusan pribadi ini dengan Ling toako, sifat dan ilmu silat putramu jarang dicarikan bandingan, hehe ini, Siaute tidak perlu banyak kata," wajahnya mengulum tawa, namun tawanya kelihatan dipaksakan.

Kelihatan Ling Hou belum meraba maksud kata-katanya yang mengandung arti lain, katanya girang, "Banyak terima kasih akan pujianmu kepadanya, Ialu bagaimana menurut maksud saudara Lu?"

Pelan-pelan Lu Tang-wan berkata, "putramu sedang merawat luka lukanya dirumahku, setiap hari putrikulah yang meladeninya, kelihatannya mereka berdua sangat cocok. Tapi, tapi....."

"Tapi bagaimana?" tanya Ling Hou tercengang.

"Tapi menurut istriku, katanya usia mereka masih sangat muda apalagi putrinya sedang merawat luka lagi, lebih baik menunggu setelah luka-luka anakmu sembuh baru dibicarakan lagi."

Penjelasan Lu Tang wan sebetulnya cukup jelas dan merendah, tapi lapat lapat ia memberi tahu bahwa dia dan putrinya menyenangi Ling Tiat wi, hanya karena sang istri sementara belum setuju, maka harus ditunda dulu.

Mau tidak mau timbul rasa curiga Ling Hou. "Mungkin luka yang diderita Tiat-wi bakal membuatnya cacat seumur hidup. Sehingga Lu toaso harus menunda sementara setelah luka-lukanya itu sembuh baru membicarakan lagi soal perjodohan ini?" hatinya menjadi kurang senang, katanya tawar : "Banyak terima kasih akan rawatan putrimu kepada anakku itu, kita bicarakan kelak setelah luka-lukanya sembuh juga baik."

"Harap saudara Ling tidak salah paham, bicara terus terang, bila minta aku segera mengadakan perjamuan nikah dalam satu setengah tahun ini, hati ada maksud namun tenagaku takkan mampu melaksanakan."

Ling Hou merasa diluar dugaan, dia heran, batinnya : "Apa maksudnya ini ?" tengah ia kebingungan terdengar Cin Hou siau sudah menyela bicara, "Kalau saudara Lu tidak katakan, aku pun tidak berani banyak bertanya. Adakah sesuatu yang kurang sehat atas badan saudara Lu ?"

Lu Tang-wan bergelak tawa ujarnya, "Tak malu saudara Cin sebagai ahli silat yang kenamaan, kau dapat melihat bahwa aku terluka dalam."

Ling Hou terperanjat, tanyanya, "Siapa orangnya yang mampu melukai kau saudara Lu ?"

"Sungguh menyesal, aku dilukai orang itu, nama atau shenya sedikitpun aku tidak tahu. Ingin aku mohon keterangan dari kalian berdua."

"Itulah kejadian magrib tadi, kejadiannya hanya beberapa jam yang lalu," Begitulah Lu Tang wan menceritakan pengalamannya yang aneh. Pengalamannya ini membuat Cin Hou-siau heran dan kuatir.

Ternyata Lu Tang-wan belum pernah bertandang kerumah keluarga Ling, dia hanya tahu nama kampungnya tapi tidak tahu dimana letak dan jurusannya. Pengalaman anehnya itu justru terjadi pada waktu ia bertanya dijalan.

Lu Tang wan berkata, "Cuaca sudah hampir gelap, sepanjang jalan ini sepi tiada tampak seorangpun berlalu lalang, tengah aku celingukan dan kuatir tiada seorang yang dapat kutanyai jalan secara kebetulan ada seorang laksana dedemit saja menerobos keluar dari dalam hutan. Waktu kulihat, tampak orang ini rada luar biasa."

Cin Liong-hwi menjadi ketarik, tanyanya, "Apanya yang luar biasa ?"

"Raut muka orang itu kaku membesi tanpa expresi. Tapi tak dapat mengelabui sepasang mataku, terang dia mengenakan kedok."

"Hah, mengenakan kedok muka, terang dia dari kalangan hitam."

"Aku sedang menimang apakah aku perlu tanya kepadanya, tahu tahu dia sudah bertanya dulu kepadaku, katanya, "Kau tuan ini rada asing bagiku, apakah tuan datang dari luar daerah? Harap tanya siapa yang hendak kau cari?''

"Dari logat kata-katanya kudengar dia pasti orang setempat meski aku tahu dia dari golongan hitam, hanya tanya jalan saja apa pula halangannya?"

"Begitu kukatakan kampung kediaman saudara Ling, orang itu lantas berkata pula: "Tentu kau hendak mencari Ling Hou bukan?! Kukatakan benar, lalu bagaimana? Orang itu lantas menyeringai dingin : "Tidak kenapa. Aku hanya ingin menjajal kepandaian Bian ciang yang diagulkan oleh Lu Tang wan di-daerah Ciangkang timur itu, hari ini beruntung dapat bertemu disini, mohon suka memberi petunjuk."

Cin Hou-siau berseru heran, katanya, "Kalau begitu jelas dia sudah tahu siapa kau sebenarnya?''

"Aku curiga dia sebagai komplotan si Elang hitam, entah cara bagaimana dapat mengetahui rahasia asal usul saudara Ling, mesti dan sudah tahu bahwa aku bakal datang kemari maka sengaja mencegat ditengah jalan."

"Kalau benar begitu, berarti akulah yang menyebabkan kau menderita." Demikian kata Ling Hou cemas.

Merah muka Lu Tang wan, katanya, "Saudara Ling, ucapanmu ini bukanlah anggap aku orang luar malah? Jangan kata putramu sudah menanam budi kepada aku, mengandal hubungan kental kita selama ini betapapun aku tidak takut kena kerembet oleh kau," sebetulnya kata katanya terakhir ini rada menyimpang dari suara sanubarinya. Memang secara tepat kata kata Ling Hou mengenai lubuk hatinya.

"Mereka ada berapa banyak orang?" tanya Cin Hou-siau. Menurut perhitungannya, bila satu lawan satu orang yang dapat melukai Lu Tang-wan jumlahnya tidaklah banyak. Maka dia ajukan pertanyaan ini. "Hanya dia seorang saja !" jawab Lu Tang wan sambil menghela napas rawan. "Dia menang dulu baru turun tangan, tak malu sebagai seorang tokoh kosen,'' bicara sampai disini ia membuka bajunya seraya berkata lagi, "Saudara Cin, pengalaman dan pengetahuanmu luas apakah kau kenal ilmu pukulan beracun apakah ini, mungkin dari sini dapat diketahui sumber penyelidikan?"

Tampak pakaian sebelah dalamnya sobek hangus persis benar seperti telapak tangan manusia, sedang kulit dadanya berbekas sebuah tutukan jari warna hitam. Cin Hou siau adalah seorang ahli dalam bidangnya, setelah memeriksa sekian lamanya jantungnya berdebar keras pikirnya, "Tenaga pukulan orang itu dapat menembus kain baju melukai tubuh orang, tenaga pukulan lunak yang hebat ini sungguh luar biasa. Dada Lu Tang wan hanya terluka oleh tutukan jarinya saja, sembilan bagian dari kekuatan pukulan telapak tangan itu kena dipunahkan. Kekuatan Lwekang Lu Tang wan inipun jarang diketemukan di Bulim.''

"Apakah saudara Cin sudah dapat meraba asal usul pukulan jahat ini?''

Cin Hou siau tertawa getir, sahutnya, "sungguh menyesal entah pukulan beracun macam apa ternyata begitu lihay?"

Lu Tang-wan berkata, "Aku terkena sebuah pukulan keparat itu, diapun beracun, kuberondong tiga jotosan, luka yang dideritanya mungkin juga tidak ringan. Hehe, bila dia berani bertempur lebih lama lagi, asal kuat bertahan selama setengah matang hio, pasti aku bakal mampus ditangannya. Sayang dia tidak berani, aku masih kuat berdiri sedang dia sudah ngacir."

Posting Komentar