Hong-thian-lui menarik napas panjang, katanya menghela napas : "Tak heran kau bilang tahu orangnya tahu mukanya tak tahu hatinya. Sungguh tak nyana Khu Tay-seng melakukan perbuatan serendah itu. Tapi cara bagaimana kau mendengar pembicaraan rahasia mereka ?"
Geng Tian berkata : "Kemarin waktu aku berada di Sam ciok-kang, kawanan penjahat itu kebetulan ditempat itu juga. Aku berada dibelakang mereka, sekali pandang lantas aku tahu mereka adalah kaum persilatan, mereka tiada yang memperhatikan aku. Sam-ciok-kang apakah kau tahu tempat itu?"
"Tempat itu merupakan tiga persimpangan jalan, ada batu yang berukir menunjukkan jalan, karena lumutan, huruf huruf diatas batu itu menjadi aos dan burang tak bisa dibaca lagi."
"Benar, ditempat itulah, waktu aku hendak tanya jalan kepada orang disana, kebetulan para penjahat ini juga mencari tahu kepada seorang petani yang kebetulan lewat. Yang mereka tanya adalah alamat Lu Tang-wan Lo-sian-seng. Begitu mendengar nama tuan penolongku sudah tentu aku lantas pasang kuping."
"Kukira mereka tidak memberitahu kepada petani itu untuk urusan apa mereka mencari Lu Tang- wan bukan ?"
"Sudah tentu tidak. Namun menimbulkan rasa curigaku. Lu Tang-wan adalah tuan penolongku, untuk apa kawanan penjahat ini mencari beliau? Bila mana sahabat Lu Tang-wan syukurlah, tapi jika mereka itu musuh, tidak bisa tidak aku harus turut campur. Oleh karena itu aku lantas menguntit mereka secara diam diam. Untung jalan yang mereka tempuh harus menerobos hutan dan jalan pegunungan, dari kejauhan aku menguntit jejak mereka ternyata tidak konangan."
Hong thian lui sudah saksikan Ginkang-nya yang hebat, dengan tertawa ia berkata : "Seumpama tidak berada didalam hutan, untuk mengetahui jejakmu, mereka juga tidak mampu."
Selanjutnya Geng Tian meneruskan ceritanya : "Setelah beberapa lama, mungkin menyangka daerah itu sepi, diatas pegunungan lagi, tentu tiada orang lain, maka mereka lantas bicara sesuka hati. Salah seorang berkata : "Khu Tay-seng bocah itu apakah laporannya dapat dipercaya ?"
Seorang yang lain menyahut : "Buat apa ia membual kepada kita ? kali ini adalah kesempatan yang sukar dicari, umpama menubruk tempat kosong juga tidak menjadi soal."
Orang yang bicara duluan tadi berkata pula : "Bukan takut menyergap tempat kosong, aku kawatir Khu Tay-seng bocah itu terlalu mementingkan pribadinya sendiri, bocah she Ling ..."
Belum orang ini selesai bicara, seorang yang lain segera mencegah : "Hus, hati-hati, meskipun di sini tiada orang lain, waspadalah bila dalam hutan ada orang pasang kuping."
Orang itu tertawa, ujarnya : "Kecuali kuping angin lalu. Baiklah, kalau kau takut dicuri dengar orang, kita tak usah memperbincangkan nama orang ini."
"Hehehe, meskipun aku bukan kuping angin lalu, tapi pernah melatih ilmu mendekam ditanah mendengarkan suara jauh. Sudah tentu mereka tidak menduga akan hal ini."
"Orang she Ling yang mereka bicarakan itu pasti aku. Apa yang mereka bicarakan mengenai aku ?"
Orang itu berkata : "Bocah she Ling itu pernah membantu Lu Tang wan mengalahkan musuh besar Lian Tin-san, sehingga Lu Tang-wan tidak cidera dan mendapat malu di depan umum."
Seorang lain tertawa, katanya : "Peristiwa itu sudah menjadi berita hangat dan tersebar luas dikalangan Kangouw. Ciok-jiko apa takut kami tidak tahu seluk beluknya?"
Orang she Ciok itu buka mulut : "Justru karena peristiwa itu, maka aku merasa sangsi."
Tanya orang itu, "apa yang kau sangsikan ?"
"Aku pernah tanya seorang tamu yang tinggal beberapa hari dirumah Lu Tang-wan, katanya putri Lu Tangwan berhubungan intim dengan bocah she Ling."
Kawannya itu terbahak-bahak, ujarnya : "Ciok-jiko, memangnya kau takut terhadap perempuan kecil ? Anggap saja perempuan itu memang jatuh cinta pada bocah itu, lalu kenapa ?"
Seorang lain menimbrung : "Benar, asal usul bocah ini (suaranya sangat lirih, beberapa patah katanya tak jelas terdengar ) . . . Apa kita harus lepaskan dia ? Seumpama dia sudah menjadi menantu Lu Tang wan, kita juga harus sikat dia."
Orang she Ciok itu berkata lagi : "Aku kawatir laporan Khu Tay-seng palsu tentang asal usul bocah she Ling itu, karena ia kawatir bocah she Ling itu merebut Piaumoaynya."
Sampai di sini kawan-kawannya baru sadar, katanya : "O, sekarang aku paham Ciok-jiko, tadi kau bilang Khu Tay-seng mementingkan pribadinya, kiranya tentang soal ini. Tugas yang harus kita lakukan umpama salah gasak satu dua orang tidak menjadi soal."
Orang she Giok itu berkata : "Kalau salah gasak dua tiga orang lain sudah tentu tidak jadi soal. Tapi persahabatan Lu Tang-wan amat luas, dia tidak pernah salah atau melanggar hukum kerajaan, bila bocah she Ling itu bukan buronan yang harus kita incar, kuanjurkan kita jangan bermusuhan dengan Lu Tang-wan, kedudukan kita harus dirahasiakan, jikalau Lu Tang wan menuntut balas terhadap kita, dia bisa menuntut dengan aturan kangouw, tak mungkin kita gencet dia dengan kekuatan hukum."
Mendengar penjelasan ini, kawannya itu menjadi sangsi, mereka bertanya, "Tokko toako, bagaimana menurut pendapatmu?" Orang yang mereka panggil Tokko toako adalah Tokko Hiong itulah.
Tokko Hiong menepekur, sesaat lamanya baru menjawab : "Tidak usah gelisah, apakah benar bocah she Ling itu adalah buronan yang harus kita tangkap, cukup hanya angkat tangan saja lantas dapat kuketahui."
Kawan kawannya heran, tanyanya: "Hah, cara bagaimana kau bisa tahu?"
Sahut Tokko Hiong kalem : "Menurut apa yang kutahu, orang itu berlatih Bit-le-ciang. Meski Bit le ciang aku tidak bisa, namun aku pernah lihat."
Mendengar Tokko Hiong bisa membedakan tulen dan palsu, beramai ramai mereka berkata: "Kalau begitu melegakan. Kalau bocah itu tulen, bila kita berhasil meringkusnya, umpama Lu Tang wan tahu, apa dia berani menanggung resikonya."
Geng Tian dengan jelas menuturkan pembicaraan yang dicuri dengar itu kepada Hong-thian-lui, akhirnya ia berkata, "Hari itu mereka tidak menyebut asal usulmu, tapi aku sudah curiga. Orang she Ling yang bisa gunakan Bit le ciang ilmu warisan orang gagah digunung Liang-san, tentu adalah anak keturunan Hong-thian lui Ling Tin. Ternyata dugaanku tepat." lalu ia meneruskan lagi : "Sekarang kau mau percaya bukan bahwa Khu Tay seng bocah keparat itu hendak mencelakai jiwamu? Huh, bila tidak kupandang muka Lu-hujin, aku tidak memberi ampun padanya."
Sejenak Hong-thian lui terlongong, mendadak menghela napas panjang.
"Saudara Ling, baik baik saja kenapa mengeluh?"
"Tidak jadi soal bila Khu Tay seng hendak mencelakai aku, aku kawatir, kawatir....."
"Kau kawatir nona Lu ditipu olehnya?"
"Benar, mereka adalah Piau-heng-moay, betapapun nona Lu tidak menyangka bahwa Piaukonya seorang yang keji bermartabat rendah. Ada orang macam itu berada disampingnya, setiap hari kumpul bersama, betapa aku tidak akan kawatir."
"Bagus, apa kau ingin aku kembali melaporkan hal ini kepada mereka ibu beranak ?"
Hong thian lui geleng kepala, ujarnya: "Mana mungkin Luhujin mau percaya keteranganku? Kawatirnya dia malah anggap kau sekongkol dengan aku untuk menfitnah keponakannya. Giok yau sendiri juga belum tentu percaya, lebih baik tak usah dikatakan saja."
"Kulihat nona Lu ketarik terhadap kau, walaupun kau tidak berada disampingnya. Khu Tayseng jangan harap dapat merebutnya."
Merah muka Hong thian lui, katanya menyeringai : "Saudara Geng jangan kau berkelakar." dalam hati diam diam ia berkata, "Semoga begitulah!"
"Baiklah, nanti kami bicarakan urusan penting saja. Eh, apa pula yang tengah kau pikirkan?"
"Tokko Hiong pernah berkata bahwa mereka adalah kaki tangan In tiong-yan, aku tengah berpikir, cara bagaimana Khu Tay-seng berkenalan dengan mereka? Menurut Tokko Hiong, terang mereka kemari karena perintah In-tiong-yan untuk melawan aku." dalam hati ia membatin bila ucapan Tokko Hiong itu benar, maka peristiwa hari ini tiada hubungannya dengan Khu Tay-seng.
Geng Tian tertawa lantang, katanya: "Saudara Ling, kau seorang jujur, apakah ucapan Tokko Hiong juga kau percayai? Tapi memang ingin aku tanya kepada kau, orang macam apakah sebetulnya In-tiong-yan itu?"
Benak Hong thian lui berpikir : "Rahasia Ping-hoat karya Go Yong itu tiada halangannya kuberitahu kepada kau." lalu ia bercerita pengalamannya di Liang-san, dimana ia berjumpa dengan In-tiong-yan dan Hek-swan-hong secaca blak blakan dikisahkan kepada Geng Tian.
Geng Tian merasa hambar, katanya, "Menurut ceritamu, In-tiong yan adalah 'tuan putri' dari kerajaan Kim?"
"Menurut kabarnya, Wanyen Tiang ci, komandan Gi-lim-kun dari kerajaan Kim punya seorang putra dan seorang putri, In-tiong-yan bisa jadi adalah putri Wanyen Tiang-ci."
Mendadak Geng Tian berkata, "Bagaimana asal usul In-tiong-yan aku tidak tahu. Tapi menurut apa yang pernah kudengar, In-tiong-yan tidak seburuk apa yang kau ucapkan tadi."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Hong thian-lui melengak.
"Meskipun aku jauh berada di Kanglam namun sering ayah kedatangan para sahabatnya dari utara, menurut kisah mereka, seolah olah In-tiong-yan adalah pendekar perempuan !"