Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 48

NIC

Agaknya tidak me leset dugaan dan harapan Cai Sun. Tak la ma kemudian, daun pintu ka mar itu terbuka dan Ok Cin Hwa nampak keluar setelah menutupkan lagi daun pintu dari luar. Pakaian dan rambutnya kusut, bahkan kancing-kancing bajunya hanya tertutup sebagian sehingga Cai Sun dapat me lihat sebagian kulit dan dada yang kuning mulus. Wanita itu mengha mpirinya sambil tersenyum man is sekali.

Cai Sun bangkit berdiri me nyambut dengan pujian. "Wah, engkau hebat sekali, Adik manis. Mana Pui-taijin?"

"Dia kelelahan dan tidur, harap jangan diganggu." bisik wanita itu dengan muka merah dan na mpak tersipu.

"Ha-ha, engkau sungguh hebat, menga lahkannya dalam waktu singkat, tidak ada seperempat jam. Ha-ha, lawannya yang seimbang adalah aku, ha-ha!" Cai Sun la lu maju merangkul wanita itu yang mandah saja ditarik sambil dirangkul, me masuki ka mar yang di sebelah kanan.

Tadi ketika dia mendengarkan dari luar di antara kesunyian dalam kamar sebelah kir i, dia mendengar suara dipan berderit dan Pui-kongcu terengah-engah, maka sudah bangkitlah berahinya sampai ke ubun-ubun. Maka, begitu dia me masu ki kamar yang kosong itu, dia me mpererat rangkulannya dan mende katkan mukanya menc ium mulut Ok Cin Hwa. Yang dicium ma ndah saja sehingga Cai Sun mencium mulut itu penuh nafsu. Akan tetapi pada saat dia mengecup bibir perempuan itu, tiba-tiba tengkuknya dihantam oleh tangan miring yang amat kuat.

"Kekkk....!" Tubuh Cai Sun menjadi le mas dan dia pun pingsan seketika! Untuk mencegah agar robohnya Cai Sun tidak menimbulkan suara, Cui Hong sudah menja mbak rambutnya dan menyeretnya keluar kamar, merebahkannya di atas lantai. Ia bekerja dengan cepat sekali. Ia tadi tidak berani menotok Cai Sun untuk meroboh kannya seperti yang dilakukannya pada Ki Cong karena ia tahu bahwa Cai Sun lihai. Kalau sampai totokannya meleset tentu Cai Sun akan berteriak dan rencananya dapat menjadi gagal. Maka, ia me mperguna kan pukulan dengan tangan miring pada saat Cai Sun menc ium tadi sehingga ia yakin takkan gagal. Cui Hong me ludah dan mengusap bibirnya dengan ujung lengan baju. Muak rasanya teringat akan ciuman tadi. Ia me ludah ke arah muka Cai Sun, kemudian me ngeluarkan borgol dari ra mai besi yang sudah dipersiapkan untuk keperluan itu. Diborgolnya kedua tangan Cai Sun itu ke belakang tubuhnya, kemudian ia menotok beberapa jalan darah untuk me mbuat orang itu t idak dapat bergerak atau menge luarkan suara kalau siuman dari pingsan nanti. Setelah itu, ia pun me masuki kamar sebelah kiri. Ternyata Pui Ki Cong juga sudah menggeletak di atas lantai dalam keadaan tertotok, tak mampu bergerak atau bersuara, hanya matanya saja yang bergerak-gerak me mandang kepada Cui Hong dengan ketakutan. Kiranya ketika tadi Ki Cong masuk dan mengha mpirinya, ia melayani orang itu bercakap-cakap dan bergurau.

Akan tetapi ketika tangan Ki Cong mulai meraba-raba dan hendak menciumnya, secepat kilat tangan kiri Cui Hong me- notok jalan darah dan Ki Cong roboh seketika tanpa ma mpu berteriak. Cui Hong lalu me mbuat dipan bergerak-gerak, dan kakinya menginjak-injak perut Ki Cong sehingga orang itu menge luarkan suara terengah-engah seperti yang didengarkan oleh Cai Sun tadi. Kini Cui Hong juga me mborgol kedua tangan Ki Cong, dan menyeret tubuhnya dengan cara menja mba k dan menar ik ra mbutnya. Ki Cong hanya terbelalak ketakutan dan kedua matanya mengeluarkan air mata, bahkan kini celananya menjad i basah saking takutnya.

Cai Sun juga sudah siuman dan dia teringat akan segala yang dialaminya tadi. Mula- mula dia terheran dan merasa seperti mimpi. Kedua tangannya diborgol, bahkan dia tidak ma mpu menggerakkan kaki tangan, tidak ma mpu menge luarkan suara. Ketika pintu kamar kir i terbuka dan muncul Ok Cin Hwa yang menyeret tubuh Pui Ki Cong, barulah dia tahu bahwa semua itu bukanlah mimpi buruk, melainkan kenyataan! Dan dia pun me ngeluarkan keringat dingin dan matanya terbelalak ketakutan. Akan tetapi, Cui Hong kini sudah menja mbak ra mbut kepalanya dan menyeret dua tubuh itu menuju ke ruangan kecil di antara kedua kamar itu. Dilepas kannya papan lantai dan ternyata di tempat itu terdapat lubang yang bergaris tengah satu meter, la menyeret tubuh dua orang musuhnya itu ke dalam lubang, lalu ditutupnya kemba li papan lantai itu dengan rapi dari bawah. Ternyata lubang itu merupakan sebuah terowongan yang mene mbus ke dasar jurang di belakang pondok!

Memang sela ma ini Cui Hong tidak tinggal diam menganggur. Ia telah me mpersiapkan segala-galanya sehingga ketika muncul kese mpatan yang amat baikitu, yaitu ketika anak buah musuh-musuhnya mulai mencari wanita bernama Ok Cin Hwa, semua telah dipersiapkannya, dari tempat jebakan sampai terowongan untuk melarikan diri tanpa diketahui oleh seratus pasukan yang mengepung pondokitu!

Tak seorang pun akan menyangka bahwa ia dapat me larikan dua orang musuhnya itu dari dalam pondok tanpa diketahui orang! Dan s iapa pula yang menduga bahwa Ok Cin Hwa, perempuan yang dianggapnya me mbantu komplotan itu untuk menjebak Kim Cui Hong, ternyata adalah musuh itu sendiri!

Cia Kok Han dan Su Lok Bu bersama seratus orang anak buahnya berjaga di tempat masing-mas ing dengan hati diliputi ketegangan. Mereka sudah me mpersiapkan senjata untuk menyergap, begitu ada orang masuk ke hutan mendekati pondok. Akan tetapi, sampai lewat tengah ma la m, tidak nampak ada orang datang. Juga tidak ada gerakan sesuatu di dalam pondok.

"Hemm, sialan! Kita kedinginan dan dikeroyok nyamuk di sini, akan tetapi mereka berdua tentu kini sedang men iduri perempuan itu!" Su Lok Bu men gomel, karena dia mengenal baik orang-orang maca m apa adanya Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun. Dua orang laki-laki mata keranjang, tukang main perempuan. Kini semalam suntuk berada di sebuah pondok kosong, bersama seorang janda muda yang manis. Mudah saja diduga apa yang akan mereka lakukan.

"Terkutuk me mang iblis betina itu. Kenapa ia tidak juga muncul?" Cia Kok Han juga mengo mel. Memang berat tugas mereka saat itu. Malam begitu dingin dan di hutan itu terdapat banyak nyamuk yang mengeroyok mereka. Akan tetapi mereka tidak berani me mbuat api unggun dan terpaksa harus menahan se mua derita. Untuk mengha mpiri pondok dan me lihat ke dalam, mereka pun t idak berani. Hal itu akan merug ikan karena siapa tahu perempuan iblis itu kini sedang meng intai dan kalau me lihat bahwa pondoknya dikepung banyak musuh, tentu perempuan itu tidak berani mende kat.

Dua orang jagoan itu bersama seratus orang anak buahnya, melewatkan malam yang menyiksa di hutan itu. Mereka harus tetap dalam persembunyian mereka, tidak berani mengeluarkan suara, tidak berani keluar. Mereka sudah menyumpah-nyu mpah di dalam hati.

Baru setelah terdengar ayam berkokok dan burung- burung pagi berkicau tanda bahwa fajar mulai menyingsing, Cia Kok Han dan Su Lok Bu yang sudah tidak sabar lagi, meloncat ke luar dari te mpat perse mbunyian mereka dan mengha mpiri pondok. Siasat mere ka telah gagal! Ikan yang dipancing tidak mau menyambar umpan! Hasilnya hanya kulit muka mereka merah- merah dan gatal-gatal, juga seluruh sendi tulang linu dan pegal.

Keduanya mendorong pintu pondok terbuka dan mereka me longo. Kosong pondokitu. Keduanya meloncat ke arah dua buah kamar itu, mendorong daun pintu kamar terbuka. Kosong pula!

"Heiii....! Ke mana mereka?" Cia Kok Han berseru heran. "Tak mungkin mere ka bertiga menghilang begitu saja!"

kata Su Lok Bu. Tentu saja dua orang jagoan itu menjad i terkejut, terheran kemudian panik karena setelah mereka me mer iksa seluruh pondok, jelaslah bahwa Pui Ki Cong, Koo Cai Sun dan Ok Cin Hwa me mang benar telah lenyap tanpa men inggalkan jejak.

Wajah kedua orang jagoan ini menjad i pucat sekali.

"Tak masuk akal!" kata Cia Kok Han sambil me mbanting kakinya. "Bagaimana mungkin mereka lenyap dari tempat yang terkepung ketat itu? Dan siapa pula yang dapat datang ke pondok ini tanpa kita ketahui? Sungguh aneh sekali!"'

Su Lok Bu yang sejak tadi termenung, kini berkata, "Datang secara berterang rasanya tidak mungkin. Akan tetapi bagaimana kalau datangnya itu secara rahasia?"

"Secara rahasia? Kalau begitu ada jalan rahasianya di sini." kata Cia Kok Han, terkejut.

"Hanya, itulah satu-satunya kemungkinan. Mari kita mencarinya."

Dua orang jagoan ini la lu me manggil anak buah mereka dan pondok itu pun penuh dengan perajurit yang sibuk mencari jalan rahasia. Tidak sukar untuk dite mukan karena tempat itu tidak begitu luas. Tak lama kemudian mereka pun sudah me mbongkar papan dan mereka mene mukan terowongan bawah tanah itu.

"Celaka! Dari sinilah mereka keluar atau.... dilarikan orangl" teriak Cia Kok Han dan dengan hati-hati, bersama Su Lok Bu dan dengan senjata di tangan, mereka lalu me masu ki terowongan itu, diikuti pula oleh anak buah mereka.

Posting Komentar