Rajawali Lembah Huai Chapter 46

NIC

“Ehhh. ??” Goan Ciang cepat mengelak, akan tetapi tongkat itu menyerangnya bertubi-tubi

dengan gerakan yang amat dahsyat, dan dia segera mengenal ilmu tongkat yang hebat itu. Itulah ilmu tongkat yang kemarin dimainkan oleh Yen Yen untuk menyerangnya! Diapun cepat memainkan Sin tiauw wu ciang hota untuk melindunginya, danbaru setelah dia memainkan ilmu ini, pemuda dusun itu terdesak dan akhirnya meloncat ke belakang, agak terhuyung.

“Kenapa engkau menyerangku? Siapa engkau?” tanyanya, mengira bahwa pemuda ini tentu seorang murid lain dari Pek Mau Lokai yang lihai sekali, tidak kalah lihai dibandingkan Yen Yen.

“Hemm, bukankah kakek memsan kepadaku agar mengajakmu berlatih untuk kemajuan ilmuku?” terdengar suara Yen Yen dan Goan Ciang kini terbelalak memandang pemuda remaja itu yang tertawa lepas di depannya, tawa khas Yen Yen!

“Yen-moi! Kau. ? Ih, apa-apaan engkau ini? Menyamar seperti ini dan mempermainkan aku. ”

“Toako, aku telah dikenal banyak orang, kalau tidak menyamar tentu dalam waktu setengah hari saja memasuki sebuah dusun atau kota aku akan dikenal dan ditangkap. Dan aku tidak mempermainkanmu, hanya untuk menguji apakah penyamaranku cukup baik.”

“Wah, baik sekali, Yen-moi. Sungguh mati, sedikitpun aku tidak pernah mengira bahwa engkaulah pemuda remaja dusun yang ketolol-tololan dan penakut ini! Engkau memang hebat!”

“Pemuda” yang nampak masih muda sekali itu tertawa. “Sudah, simpan pujianmu itu dan cepat mandi. Di sana ada sumber air jernih dan ini aku membawakan pengganti pakaian untukmu.” Dari buntelan pakaiannya, Yen Yen mengeluarkan satu stel pakaian berwarna biru terbuat dari kain yang kuat dan bentuknya sederhana, seperti pakaian yang biasa dipakai orang dusun. Akan tetapi pakaian itu bersih sekali.

Wajah Goan Ciang berubah kemerahan. “Aih, aku menyusahkanmu saja, Yen-moi. Akan tetapi, di tempat sunyi ini, dari mana engkau bisa mendapatkan pengganti pakaian untukku?” Dia mengamati wajah Yen Yen dan diam-diam merasa kagum dan geli. Setelah ini dia tahu bahwa ‘pemuda’ itu adalah Yen Yen, maka dari muka yang nampak kotor itu, dia dapat mengenal wajah Yen Yen.

“Tentu saja tidak mungkin mendapatkan pakaian di sini! Aku memang sengaja membawanya, kumintakan dari seorang di antara anggota kita yang kebetulan membawa bekal pakaian dan yang bentuk tubuhnya sama denganmu. Sudahlah, cepat mandi dan berganti pakaian, kita harus melanjutkan perjalanan.”

“Ke mana ”

“Nanti saja! Mandi dulu!” kata Yen Yen dengan sikap seorang ibu membentak anaknya yang banyak rewel.

Goan Ciang pergi ke sumber air yang memang airnya bening itu. Dia segera menanggalkan pakaiannya dan mandi, menggosok-gosok bersih debu yang menempel di kulit tubuh bersama keringat. Tangannya menggosok dengan batu halus, mulutnya bersiul dan matanya ber sinar- sinar, hatinya merasa gembira bukan main. Tiba-tiba siulnya terhenti dan dia termenung.

Betapa mudahnya dia melupakan Lee Siang! Akan tetapi, segera dia mengusir penyesalan ini. Untuk apa berduka terus mengenangkan seorang yang sudah mati? Tidak, masa depan yang harus dipandangnya, cita-citanya. Masa lalu sudah mati dan lewat, tidak boleh mengganggu ketenteraman hatinya. Kini bukan lagi Lee Siang yang harus dikenang, melainkan Yen Yen! Gadis inipun hebat, seperti Lee Siang, bahkan lebih lagi. Dengan Yen Yen di sampingnya, dia akan mampu berbuat banyak! Diapun bersiul lagi dan melanjutkan mandinya sehingga dia merasa segar lahir batin dan setelah mencuci pakaiannya, dia kembali ke gubuk dengan pakaian bersih yang ukurannya pas dengan tubuhnya.

Yen Yen menyambutnya dengan perintah. Twako, duduklah di atas batu ini dan jangan bergerak-gerak.” Dengan heran Goan Ciang duduk dan melihat gadis itu menghampirinya dengan sebuah kotak kecil di tangan. Ketika gadis itu berjongkok di depannya dan mengamati wajahnya dari jarak dekat sehingga dia dapat merasakan hembusan napas gadis itu mengusap pipinya, dia semakin heran. “Hemm, apa lagi ini, Yen-moi?” akhinrnya saking tak tahan untuk mengetahui, dia bertanya.

“Aku sedang mempelajari bentuk mukamu, apa kiranya yang paling menonjol dan mudah diingat orang,” jawab Yen Yen. Goan Ciang tidak mengerti dan semakin heran, juga agak rikuh karena gadis itu mengamati wajahnya seperti orang mengamati dan menilai sebuah benda yang aneh!”

“Apa sih maksudmu?” tanyanya, alisnya berkerut.

“Alismu! Benar, alismu mempunyai bentuk istimewa, harus diubah!” “Apa? Apa maksudmu?”

“Toako, semua orang akan mengenalmu. Bahkan gambarmu dipasang di mana-mana sebagai seorang buruan. Apakah engkau senang dengan keadaan ini? Kita tidak akan dapat bergerak dengan leluasa. Engkaupun seperti aku, harus menyamar.”

“Hemm, itukah maksudmu! Kenapa tidak bilang sejak tadi? Akan tetapi, aku tidak pernah menyamar dan. ”

“Serahkan saja kepadaku. Bukankah engkau tadi tidak mengenalku? Aku ahli menyamar, dan kalau aku sudah selesai dengan wajahmu, bahkan orang yang paling dekat denganmu tidak akan mengenalmu lagi.”

“Kau hendak mencoreng moreng mukaku?”

“Tidak. Penyamaran dengan mencoreng moreng muka adalah penyamaran kasar dan bodoh, hanya dilakukan para pemain wayang di panggung, dengan bedak tebal, gincu dan sebagainya. Nah, duduklah diam. Aku akan mengubah sedikit bentuk alismu yang seperti bentuk golok itu.”

Goan Ciang maklum akan kebenaran pendapat Yen Yen. Memang dia akan dikenal orang di mana-mana karena pemerintah Mongol telah memasang gambarnya sebagai seorang buronan. Dan dia tentu tidak akan leluasa bergerak. Maka, diapun pasrah saja. Akan tetapi, melihat wajah gadis itu demikian dekat dengan wajahnya, walaupun itu sudah seperti wajah seorang pemuda, membuat dia merasa canggung dan untuk mengatasi getaran jantungnya, diapun memejamkan matanya. Dia tadi melihat gadis itu mengambil alis mata palsu, dengan bulu rambut alis yang aseli, menggunakan gunting dan merasa setelah dia memejamkan mata betapa gadis itu membongkar dan menambah rambut alisnya, menggunakan semacam getah sebagai alat penempel. Bentuk alisnya diubah, mungkin dipertebal dan diperpanjang.

“Alis tambahan ini akan melekat terus, biar kau gosok dan cuci dengan airpun tidak akan dapat lepas, kecuali kalau kaucabuti. Itupun mungkin akan membuat kulinya terluka dan berdarah. Satu-satunya cara untuk melepas alis palsu itu adalah menggunakan semacam minyak jarak yang ada padaku. Nah, sekarang giliran alismu sudah berubah. Matamu juga harus diubah bentuknya.”

Goan Ciang terkejut. “Ihh! Apakah mataku akan kausayat-sayat pelupuknya?”

Gadis itu tertawa dan Goan Ciang memejamkan mata lagi untuk melihat kilatan gigi putih seperti mutiara berderet, ujung lidah yang merah dan rongga mulut yang lebih merah lagi.

“Tentu saja tidak! Matamu terlalu lebar, mudah diingat orang. Kalau ujungnya diberi sedikit goresan, akan nampak sipit seperti mata orang kebanyakan.” Gadis itu kini menggunakan pena bulu dengan semacam tinta hitam yang tidak dapat luntur, membuat garis di kedua tepi mata Goan Ciang. Seperti seorang pelukis, ia membuat garis hitam, lalu mundur untuk melihat hasilnya, mencoret lagi sampai akhirnya ia menghela napas lega dan puas.

“Bagus, sekarang bentuk matamu sudah berubah. Garis hitam di tepi matamu inipun tidak akan hilang oleh air, akan tetapi jangan digosok terlalu kuat kalau engkau mandi atau mencuci muka, terutama jangan dengan air panas. Sekarang, coba kulihat apa lagi yang perlu diubah agar wajahmu benar-benar kehilangan jejak bentuk lamanya.”

Posting Komentar