Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 47

NIC

"Keempat orang itu, tokoh-tokoh kelas satu di dunia bu lim. Mengapa tiba-tiba berlari-Iari seperti orang yang ketakutan? Mungkinkah tia sudah kembali ke Gin Hua kok?" Baru saja I Giok Hong ingin menghambur ke depan untuk melihat apa yang sedang terjadi, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang menggelegar. Sumbernya dari lembah Gin Hua kok. Gadis itu segera menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Tampak batu-batu dinding di mulut lembah terpental dan berhamburan sehingga menimbulkan debu-debu yang tebal. Bahkan batu-batu itu melambung tinggi sampai kurang lebih tiga depa. Rasa terkejut I Giok Hong tak terkirakan lagi. Sejak kecil dia dibesarkan dalam lembah Gin Hua kok. Bahkan dinding batu yang berhamburan itu merupakan tempat bermainnya ketika masih anak-anak. Dia mengenal sekali kekokohan dinding batu itu. Tetapi siapa orangnya yang mempunyai kekuatan demikian besar, yang mampu menghantam batu itu sehingga pecan berhamburan?

Karena terkejutnya, langkah kaki I Giok Hong terhenti. Gadis itu tidak melangkah maju lagi. Tampak Leng Coa sian sing dan tiga iblis dari keluarga Lung bergerak semakin cepat ke arahnya. Gerakan keempat orang ini benar-benar menggunakan kecepatan yang semaksimal mungkin. Suara ledakan di belakang semakin bergemuruh sehingga gendang telinga terasa ngilu. Wajah keem¬pat orang itu tampak semakin pucat pasi. Dan saat itu sudah semakin mendekat ke arah I Giok Hong dan Tao Heng Kan. Wajah mereka penuh dengan debu, keringat membasahi seluruh tubuh, dan sikap mereka tampak benar-benar panik. Ketika sampai di depan I Giok Hong dan Tao Heng Kan, mereka sempat berhenti sejenak untuk menolehkan kepala melihat keadaan lembah Gin Hua kok. Kemudian mereka sama-sama mengluarkan suara pekikan histeris lalu meneruskan langkah kaki mereka untuk berlari ke depan.

Hati I Giok Hong dilanda rasa penasaran yang tidak terkirakan. Tanpa menunggu sampai jarak mereka terlalu jauh, dia langsung menghentakkan sepasang kakinya dan melesat melewati keempat orang itu. Dalam sekejap mata dia berhasil melewati atas kepala keempat orang itu dan menghadang di depan mereka. Pecut di tangannya segera diayunkan ke depan agar mereka tidak berani menerjang terus ke depan.

"Apa yang terjadi di dalam lembah?" ben-taknya segera.

Keempat orang itu tidak memberikan jawaban. Gerakan tubuh mereka terhenti.

"Minggir!" bentak Lung Goan Po.

Lung Sen dan Lung Ping segera bergerak ke samping dan terus berlari ke depan. Sedangkan Leng Coa sian sing lebih licik. Dari tadi dia sudah melihat tubuh I Giok Hong yang bergerak ingin menghadang mereka. Baru saja I Giok Hong melayang turun, dia sudah membalikkan tubuhnya dan berlari meninggalkan tempat itu dengan mengambil jalan memutar.

I Giok Hong sadar, bahwa menghadang keem¬pat orang dengan seorang diri itu bukan suatu hal yang mudah. Ternyata ketiga orang lainnya melarikan diri tanpa memperdulikan apa pun. Seandainya menghadapi Lung Goan Po seorang diri, I Giok Hong tentu tidak merasa khawatir.

I Giok Hong langsung mengeluarkan suara ter-tawa yang nyaring. Pecut di tangannya diayunkan untuk mengirimkan sebuah totokan ke bagian dada Lung Goan Po.

"Ketiga orang yang lainnya sudah melarikan diri, kau kira kau dapat lolos begitu saja?" bentak I Giok Hong.

Melihat pecut di tangan I Giok Hong melayang ke arahnya, Lung Goan Po segera membungkukkan tubuhnya dan berguling di atas tanah. Meskipun tubuh Lung berbentuk pendek gemuk, kecepatan gerakannya tidak sembarangan bisa diikuti orang lain. Setelah bergulingan tiga kali, tahu-tahu tubuhnya sudah berada pada jarak sejauh lima depaan.

Pakaian I Giok Hong tampak mengibar-ngibar. Tampaknya dia tidak sudi melepaskan orang itu begitu saja. Pecut di tangannya kembali diayunkan. Terdengar suara Tar! Tar! Tar! Tar! sebanyak empat kali. Semuanya mengarah ke tubuh Lung Goan Po.

Keempat pecut itu bukan main cepatnya, orang lain yang menyaksikan pasti hanya sempat melihat lintasan cahaya perak. Keempat serangannya mengenai tubuh Lung Goan Po. I Giok Hong khawatir tenaganya terlalu kuat sehingga orang itu tidak kuat menahannya. Apabila orang itu sampai mati, berarti gagal keinginan I Giok Hong untuk mengajukan pertanyaan. Karena itu dia segera menyurutkan tenaganya. Tetapi tidak disangka-sangka, kesempatan itu digunakan oleh Lung Goan Po. Iblis itu mengeluarkan suara raungan dan menerjang ke arah I Giok Hong sambil mencengkeram. Rangkuman angin yang kencang menerpa ke arah gadis itu.

I Giok Hong langsung tertegun. Ketika gadis itu memperhatikan keadaan Lung Goan Po. Dia heran melihat pakaian orang itu terkoyak di sana-sini kena lecutan pecut, tetapi kulitnya hanya meninggalkan jalur nierah darah sebanyak em pat tempat. Dia tidak terluka parah hanya kulit tubuhnya yang lecet sedikit.

Saat itu I Giok Hong haru menyadari bahwa nama besar tiga iblis dari keluarga Lung ternyata bukan nama kosong. Mereka masing-masing memiliki ilmu yang tinggi, bahkan menguasai sejenis ilmu yang dapat melindungi luar tuhuh. Mereka benar-benar bukan tokoh sembarangan.

Sikap I Giok Hong tinggi had, seperti ayahnya sendiri.

Tanpa sadar dia berseru memuji.

"Ilmu kebal yang mengagumkan," ucap I Giok Hong.

Tanpa menunggu terjangan Lung Goan Po sam¬pai, tubuhnya segera menggeser ke samping, pecut-nya disentakkan ke depan. Terlihat tali pecut itu melayang, kemudian membentuk lingkaran serta mengincar telapak tangan Lung Goan Po yang sedang mencengkeram ke arahnya. Pecut perak diayunkan dengan menggunakan jurus yang lihai sekali. Ketika I Giok Hong dilarikan, I Ki Hu memberontak terhadap pihak mokau dan membunuh ketua serta beberapa pen-tolannya yang berilmu tinggi. Setelah itu I Giok Hong dibawa serta menetap di lembah Gin Hua kok. Kemudian mereka jarang muncul di dunia kang ouw, karena I Giok Hong masih terlalu kecil. Sedangkan ilmu pecut ini diciptakan oleh I Ki Hu dengan menghabiskan waktu selama belasan tahun. Dalam setiap jurusnya pecut itu dapat membentuk tiga buah lingkaran. Ketika menghadapi Tao Heng Kan di Gin Hua kok, I Giok Hong justru menggunakan ilmu pecutnya yang hebat sehingga tubuh pemuda itu terlilit.

Ketika I Giok Hong mengayunkan pecutnya sehingga melingkar, tampaknya sekejap lagi tangan Lung Goan Po pasti akan terlilit. Tetapi justru sampai pada waktunya, laki-laki bertubuh gemuk pendek itu mencelat ke udara dan tiba-tiba mengirimkan dua buah tendangan. Tangannya yang tadinya bergerak mencengkeram malah ditarik kembali. Sedangkan tubuhnya terlentang ke belakang seperti dalam posisi tertidur di tengah udara.

Manusia bukan burung, tentu saja tidak bisa tidur di awang-awang. Lung Goan Po melakukan gerakan itu juga hanya sekejapan saja. Tetapi kakinya yang tiba-tiba mengirimkan tendangan justru menggunakan jurus yang hebat sekali. Sasarannya jantung I Giok Hong.

Pecut I Giok Hong luput dari sasarannya. Melihat Lung Goan Po menggunakan jurus serangan yang aneh, I Giok Hong menjadi semakin bersemangat. Dia tertawa merdu sambil menghen-tukkan sepasang kakinya. Tubuhnya mencelat ke atas kurang lebih satu depa setengah. Pakaiannya yang putih berkibar-kibar. Bukan main indahnya. Dengan melayang di udara, gadis itu menghentakkan pecutnya sehingga membentuk sebuah lingkaran dan ditujukan ke hagian leher Lung Goan Po.

Kali ini, tubuh Lung Goan Po sedang mencelat di tengah udara. Sudah pasti dia tidak bisa menghindar lagi. Apalagi gerakan pecut I Giok Hong cepatnya bagai kilat. Tiba-tiba terdengar suara jeritan dari mulut Lung Goan Po. Sepasang tangannya melindungi lehernya dengan panik. Tetapi tetap saja terlambat. Lehernya sudah terjerat oleh pecut I Giok Hong.

Setelah serangannya berhasil, I Giok Hong tetap tidak membiarkan lawannya begitu saja. Dia mengerahkan tenaga dalamnya. Lung Goan Po hampir putus nafasnya. Begitu disentakkan oleh I Giok Hong, tubuh iblis itu langsung melayang di udara dan terlempar sejauh enam-tujuh depa. Dia kelabakan setengah mati. Terdengar suara buk! Tubuhnya pun terhempas di atas tanah.

Pecut di tangan I Giok Hong laksana seekor uiar yang hidup. Lilitannya di leher Lung Goan Po begitu erat. Baru saja tubuh iblis itu menghempas di atas tanah, I Giok Hong sudah menghentakkan pecutnya kembali sehingga sekali lagi tubuh lawan¬nya melayang di udara. Lalu dibanting lagi ke atas tanah. Demikianlah dia melakukannya sebanyak tujuh-delapan kali berturut-turut. Meskipun Lung Goan Po pernah mempelajari ilmu kebal, sehingga dia dapat melindungi bagian luar tubuhnya agar tidak terluka parah. Tetapi berulang kali diangkat kemudian dibanting oleh I Giok Hong, mesti saja dia merasa isi perutnya seperti diaduk-aduk. Apalagi leher merupakan anggota tubuh yang pen-ting. Nafasnya pun menjadi sesak serta matanya berkunang-kunang. Hampir saja dia tidak dapat mempertahankan kesadarannya.

Setelah sembilan kali berturut-turut I Giok Hong mempermainkan Lung Goan Po, ia baru menghentikan gerakan pecutnya. Terdengar nafas Lung Goan Po tersengal- sengal. I Giok Hong me-ngendurkan genggaman tangannya. "Apa yang terjadi di dalam lembah? Cepat katakan!" bentak I Giok Hong.

Dada Lung Goan Po bergerak naik turun. Tubuhnya terkulai di atas tanah. Matanya mendelik ke atas, mana mungkin dia mempunyai tenaga untuk menjawab pertanyaan I Giok Hong.

I Giok Hong tertawa terkekeh-kekeh. Dia melihat Tao Heng Kan masih berdiri dengan termangu-mangu sambil memondong Lie Cun Ju.

"Dasar goblok! Mengapa kau tidak mengguna-kan kesempatan di saat aku bergebrak dengannya untuk melarikan diri?" kata I Giok Hong.

Wajah Tao Heng Kan merah padam. Dia menolehkan kepalanya dan menatap ke arah lem¬bah Gin Hua kok.

I Giok Hong melihat wajah Tao Heng Kan yang tampak menyiratkan ketegangan dan ketakutan. Matanya menatap ke arah Gin Hua kok lekat-Iekat. I Giok Hong merasa heran, dia segera mengikuti pandangan mata pemuda itu. Setelah melihat de¬ngan tegas, dia pun terkejut setengah mati. Ternyata getaran yang terjadi di dinding sekitar Gin Hua kok semakin menjadi-jadi. Bahkan suaranya pun makin menggelegar seakan terjadi gempa bumi yang dahsyat.

I Giok Hong tertegun sesaat.

"Siapa yang menghantam tembok sekitar Gin Hua kok?" tanyanya panik.

I Giok Hong mengayunkan pecutnya sambil berlari ke arah Gin Hua kok. Tetapi dia baru berlari beberapa langkah, tiba- tiba sesosok bayangan berkelebat. Orang itu menghadang di depannya. Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata Tao Heng Kan.

Tampak wajahnya menyiratkan kepanikan. "I kouwnio, cepatlah naik ke atas kuda dan tinggalkan tempat ini. Kalau lebih lama sedikit, pasti akan terlambat!"

Mendengar kata-kata Tao Heng Kan yang serius dan menyiratkan ketulusan, I Giok Hong tahu apa yang dikatakan pemuda itu untuk kebaikan dirinya sendiri. Hatinya langsung tergerak. Tapi dia tidak ingin pergi begitu saja.

"Tao Kong Cu, kau tidak perlu mencampuri urusanku!" kata gadis itu.

Lengan bajunya berkibar, dia melesat melewati samping Tao Heng Kan dan berlari menuju lembah Gin Hua kok. Tetapi ketika jaraknya dengan mulut lembah masih sepuluh depaan, tiba-tiba terdengar lagi suara gemuruh tadi. Ketika dia memperhatikan, ternyata sebagian lagi tembok yang me- ngelilingi lembah itu runtuh berserakan.

Di balik kepulan debu yang beterbangan di udara dan sekitarnya, terlihat sesosok bayangan tinggi kurus melesat dengan kecepatan yang sulit diuraikan dengan kata-kata dan menerjang ke arah I Giok Hong.

Melihat tembok yang mengelilingi lembah tern-pat tinggal rubuh tidak karuan, sukma I Giok Hong seakan melayang. Sesaat dia jadi termangu-mangu. Dia hampir tidak percaya dengan pandangannya sendiri. Di dunia ini mana mungkin ada orang yang bisa berlari secepat itu?

Gerakannya bahkan seperti terbang. Orang itu menerjang ke arahnya.

"Jangan dilawan!" teriak orang itu.

I Giok Hong dalam keadaan panik. Dia tidak mendengarkan teriakan orang itu. Ketika I Giok Hong mengayunkan pecutnya ke depan, kelihatannya pecut di tangannya telak mengenai orang itu. Tetapi kenyataannya justru tubuh orang itu melesat melewatinya. I Giok Hong tertegun. Apakah orang itu hanya sesosok bayangan? Mengapa pecut yang sudah telak mengenai tubuhnya bisa meleset? pikirnya dalam hati.

Tetapi bagaimana pun I Giok Hong adalah putri seorang tokoh sesat yang berilmu tinggi sekali. Setelah merenungkan sejenak, dia pun tahu sebab musababnya. Ternyata gerakan orang tadilah yang terlalu cepat. Begitu sampai di depannya langsung melesat melewatinya.

Tepat pada detik itu, I Giok Hong menganggap orang itu masih di depan matanya. Tetapi nyatanya hanya bayangan yang masih tertinggal saking cepatnya tubuh orang itu berkelebat. Karena itu pula pecutnya hanya mengenai tempat yang kosong. Bahkan orang itu pun sudah tidak kelihatan lagi. Entah kemana perginya.

Meskipun I Giok Hong sangat cerdas dan dalam sekejap sudah tahu sebab musababnya, tetap saja sudah terlambat. Dia merasa pundaknya mengencang. Cepat-cepat dia menolehkan kepalanya. Ter¬nyata bahunya dicengkeram oleh sebuah tangan yang kurus dan panjang. Bahkan tidak mirip ta¬ngan manusia. Dia pun hanya dapat melihat tangan orang itu tanpa dapat melihat bagian lainnya.

Begitu terasa ada lima jari yang mencengkeram pundaknya, I Giok Hong segera mengedarkan hawa murninya untuk mengadakan perlawanan. Tetapi rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, tanpa dapat ditahan lagi wajahnya pucat pasi dan keringat di-ngin bercucuran.

Posting Komentar