Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 46

NIC

"Apa yang ingin kau katakan barusan? Meng-apa akhirnya kau tidak jadi mengatakannya?" tanya I Giok Hong.

Tao Heng Kan tertegun. Seakan dia menjadi bimbang karena I Giok Hong berhasil menebak isi hatinya. Tampak dia menarik nafas panjang.

"I kouwnio, seandainya terjadi perkelahian di antara kita, mungkin aku tidak dapat mengalahkanmu. Tetapi kalau kau sampai melukaiku sedikit saja, bisa menimbulkan kemarahan seorang tokoh besar. Mungkin ayahmu sendiri tidak sanggup berbuat apa-apa terhadap tokoh yang satu ini."

I Giok Hong mendengar nada suara Tao Heng Kan yang serius dan wajahnya juga menandakan bukan orang yang sedang bergurau. Tetapi dia tidak percaya di dunia bu lim ada tokoh yang ayahnya sendiri tidak berani mencari gara-gara dengannya. Tapi di samping itu dia juga tahu Tao Heng Kan tidak berdusta. Kemarahan dalam hatinya agak reda seketika, bibirnya tertawa sumbang.

"Kalau begitu, kau tidak ingin berkelahi de-nganku, justru karena kebaikanku sendiri?"

Wajah Tao Heng Kan menjadi merah padam. Dia merasa malu sekali.

"Memang demikianlah maksudku," ujar Tao Heng Kan. "Boleh saja aku tidak berkelahi denganmu, asal kau kembalikan orang yang kau panggul itu. Aku pun akan menyudahi urusan ini," kata I Giok Hong.

Kata-kata dan tingkah laku I Giok Hong kali ini sudah terhitung sungkan sekali. Karena Gin leng hiat dang I Ki Hu tidak pernah memandang sebelah mata terhadap siapa pun, sebagai putrinya jelas I Giok Hong mempunyai sifat yang sama. Apabila dia bersedia melepaskan Tao Heng Kan begitu saja, bagi orang yang mengenalnya benar-benar merupakan suatu kejadian yang langka. Bahkan I Giok Hong sendiri tidak mengerti mengapa dia demikian menaruh simpatik terhadap pemuda tam¬pan yang ada di hadapannya ini.

Di dalam hati Tao Heng Kan juga dapat merasakan sikap istimewa I Giok Hong terhadap dirinya. Tetapi dia benar-benar mempunyai kesulitan tersendiri yang membuatnya tidak dapat menyerahkan Lie Cun Ju.

Tao Heng Kan menyelinap ke dalam lembah Gin Hua kok untuk menculik Lie Cun Ju sebetulnya mendapatkan waktu yang tepat. Karena pada saat itu Seebun Jit sudah terluka parah, I Ki Hu pun sedang bepergian. Tetapi semua ini dilakukannya bukan karena dia sudah mengintai datangnya kesempatan. Kalaupun saat itu Seebun Jit belum terluka dan I Ki Hu ada di dalam lembah Gin Hua kok, tetap dia harus menculik Lie Cun Ju.

Karena itu, mendengar permintaan I Giok Hong, dia terpaksa tertawa getir serta meng-gelengkan kepalanya.

"I kouwnio, aku tahu sikapmu yang rela melepaskan aku pergi begitu saja merupakan hal yang sulit ditemui. Tapi . . . aku masih mempunyai satu permohonan, entah I kouwnio bersedia me-ngabulkannya atau tidak?"

Sembari berkata, sepasang mata Tao Heng Kan yang menyiratkan penderitaan menatap I Giok Hong lekat-lekat. Gadis itu sendiri merasa bahwa selama ini hatinya belum pernah mempunyai perasaan yang demikian ganjil. Tanpa terasa wajahnya menjadi merah. Diam-diam dia berpikir dalam hati.

"Aneh sekali! Rasanya aku ingin mendengarkan perkataannya. Mengapa bisa mempunyai perasaan seperti ini? Apa sebabnya?"

Di dalam hatinya berpikir, tetapi mulutnya sudah langsung menjawab.

"Ada urusan apa? Silakan utarakan saja!"

Wajah Tao Heng Kan langsung berseri-seri. Padahal sebelumnya wajahnya yang tampan selalu murung. Tetapi begitu terlihat cerah, malah penampilannya semakin gagah. Sungguh tidak mudah menemukan pemuda yang demikian tampan dan enak dipandang. Tanpa dapat ditahan lagi, hati I Giok Hong bergetar.

"Seandainya I kouwnio bisa mengijinkan aku membuka Lie kongcu ini, seumur hidup aku tidak akan melupakan budi kebaikan nona," ujar Tao Heng Kan.

Mendengar ucapannya, I Giok Hong menjadi tertegun. Aku membawa Tao Ling mengikuti tia menuju Si Cuan yang jauh. Tahu-tahu di tengah perjalanan, tia menghentikan kereta kuda dan ber-pesan wanti-wanti agar aku kembali ke Gin Hua kok dan membawa Lie Cun Ju menuju rumah kediaman keluarga Sang di Si Cuan. Tia me-ngatakan kami akan bertemu di sana. Bahkan ketika menyampaikan perintah itu, sikap tia serius sekali. Sedemikian seriusnya sampai aku belum pernah melihatnya. Ini berarti perintahnya itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sean¬dainya aku menemuinya dengan tangan kosong, kemungkinan aku akan mendapatkan hukuman berat, pikirnya dalam hati.

Seandainya permintaan Tao Heng Kan saat ini merupakan hal yang lainnya, mungkin I Giok Hong bisa mengabulkannya mengingat pemuda itu sudah menarik simpatinya. Tetapi justru hal inilah satu-satunya permintaan yang tidak dapat dikahulkan.

Dia termenung beberapa saat. Teringat kembali kata- katanya sendiri yang demikian tegas tadi, dia jadi tidak enak hati. Bibirnya memaksakan seulas senyuman.

"Tao kongcu, urusan ini aku sendiri tidak bisa mengambil keputusannya."

Rona berseri-seri di wajah Tao Heng Kan sirna seketika. "Apakah ayahmu menyuruhmu kembali ke Gin Hua kok

untuk mengambil orang ini?"

I Giok Hong menganggukkan kepalanya, "Dugaanmu memang benar."

Wajah Tao Heng Kan berubah hebat. Kakinya menyurut mundur beberapa langkah.

"I kouwnio, ini ... ini . . ." Sampai cukup lama dia tergagap tanpa dapat meneruskan kata-katanya.

I Giok Hong merenung sejenak.

"Tao kongcu, apakah keadaanmu sama denganku? Yakni menculik orang ini bukan atas kemauan sendiri, melainkan atas desakan orang lain? Dan apabila kau tidak sampai membawa orang ini, kau akan tertimpa musibah besar?"

Wajah Tao Heng Kan pucat pasi. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Karena itu I Giok Hong justru semakin yakin bahwa dugaannya tidak salah.

"Kalau begitu, aku tidak usah menanyakan siapa orang itu. Aku sudah dapat membayangkan bahwa orang itu berilmu tinggi sekali. Biarpun kita bergabung menghadapinya, kita tidak sanggup mengalahkanriya . . ."

Berbicara sampai di situ, wajahnya yang cantik kembali merah padam. "Aku justru mempunyai sebuah jalan yang mungkin bisa menguntungkan kita bersama. Sekarang ini ayah dan adikmu sedang menunggu di Si Cuan. Bagaimana kalau kita bersama- sama menuju tempat itu dulu, setelah bertemu dengan tia dan adikmu, baru kita tentukan kembali langkah berikutnya."

Tao Heng Kan terkejut setengah mati mende-ngar keterangan I Giok Hong.

"Adikku bersama-sama dengan ayahmu sekarang?"

I Giok Hong menganggukkan kepalanya. Baru saja gadis itu ingin menjawab pertanyaan Tao Heng Kan, tiba-tiba di belakangnya terdengar sebuah suara.

Suara itu persis seperti langit akan runtuh atau bumi membelah dalam waktu seketika. Baik Tao Heng Kan maupun I Giok Hong sama-sama terkejut. Serentak mereka menolehkan kepalanya. Tampak dari lembah Gin Hua kok yang terlihat dari kejauhan ada empat orang yang berlari-lari kalang kabut. Gerakan tubuh keempat orang itu cepat sekali. Meskipun jaraknya sangat jauh, dapat dipastikan bahwa mereka adalah Leng Coa sian sing dan tiga iblis dari keluarga Lung.

Lari mereka bukan seperti tiga orang yang bersaudara itu mengejar seorang lawan, atau yang satu mengejar yang tiga. Bahkan tampaknya keem¬pat orang itu seperti melarikan diri secara serabutan seakan ingin menyelamatkan jiwa masing- masing. Dua di antaranya, yakni Lung Sen dan Lung Ping malah tampak bergulingan karena terjatuh-jatuh. Mereka lari kalang kabut, tam¬paknya seperti lupa bagaimana mengerahkan ilmu ginkang yang mereka kuasai.

I Giok Hong yang melihatnya sampai terheran-heran. Gadis itu berpikir dalam hati.

Posting Komentar