Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 37

NIC

"Kata-kata yang bagus!" Sembari memapah kedua orang saudaranya di kiri dan kanan, Lung Goan Po mendelik kepada Seebun Jit. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping berjalan dengan sebelah kaki, gerakan tubuh mereka tetap gesit. Dalam sekejap mata, mereka sudah keluar dari lembah Gin Hua kok.

Seebun Jit sadar kepergian mereka kali ini demi nienyembuhkan luka Lung Sen dan Lung Ping.

Setelah keduanya sembuh, mereka pasti kembali lagi. Diam-diam Seebun Jit menarik nafas panjang. Darah yang bergejolak di dalam dadanya sejak tadi, langsung tercurah keluar setelah perasaannya lebih lega.

"Hooakkkk!!!!"

Butiran darah memenuhi jenggotnya yang sudah memutih. Hal ini membuat tampang Seebun Jit berubah seperti tua dalam waktu yang singkat.

Setelah memuntahkan darah segar, Seebun Jit menggunakan goloknya untuk menopang dirinya. Baru saja kakinya hendak melangkah menuju pintu batu, entah mengapa begitu membalikkan tubuhnya, dari luar lembah sudah terdengar suara batuk-batuk kecil.

Seebun Jit tersentak kaget. Diam-diam hatinya khawatir, apabila di saat seperti ini datang lagi seorang musuh yang tangguh. Sudah pasti dirinya tak sanggup menghadapinya.

Cepat-cepat dia menghapus darah di sudut bibir dan jenggotnya dengan ujung lengan jubahnya. Setelah itu dia membalikkan tubuhnya kem¬bali, tampak di mulut lembah berdiri seorang laki-laki tua bertubuh kurus kering. Tampangnya licik dan tangannya menggenggam seekor ular hijau yang bentuknya aneh. Ekor ular itu malah melilit di lehernya. Panjangnya mungkin kira-kira tujuh ciok.

Seebun Jit memaksakan dirinya untuk me-ngembangkan seulas senyuman. "Leng Coa sian sing, ada keperiuan apa berkun-jung ke Gin Hua kok?"

Seebun Jit sadar bahwa Leng Coa sian sing jarang berkecimpung di dunia kang ouw sehingga orang-orang yang tahu namanya pun sedikit sekali, tetapi ilmunya memang tinggi sekali.

"Sahabat Seebun, tampaknya luka yang kau derita tidak ringan?" ujar Leng Coa sian sing sambil tertawa terkekeh- kekeh.

Seebun Jit tahu tidak mudah mengelabui orang yang satu ini. Karena itu dia tertawa getir.

"Terima kasih atas perhatianmu! Entah ada keperiuan apa Leng Coa sian sing bertandang ke Gin Hua kok ini?"

Sekali lagi Leng Coa sian sing tertawa terkekeh-kekeh.

Mimik wajahnya sungguh mencurigakan.

"Sahabat Seebun, apakah kau mengenali benda ini?"

Sembari berkata, dia mengeluarkan sebuah len-cana berbentuk segi tiga yang ukurannya sebesar telapak tangan. Lencana itu mengeluarkan cahaya berkilauan karena warnanya putih keperakan.

Seebun Jit tertegun melihatnya.

"Itukan lencana kokcu. Di dalam dunia bulim, siapa yang tidak kenal a pa lagi tidak tahu?"

"Memang betul. Melihat lencana ini, merasa seperti bertemu dengan pemiliknya sendiri. Sahabat Seebun, harap kau serahkan Lie Cun Ju kepadaku!"

Seebun Jit terkejut sekali.

"Leng Coa sian sing, lencana itu hanya boleh digunakan satu kali saja. Setelah itu harus dikembalikan kepada kokcu. Benda yang demikian berharga, mengapa kau menggunakannya untuk tujuan yang satu ini?"

"Loheng tidak perlu ikut campur! Aku mempunyai pertimbangan sendiri."

Diam-diam Seebun Jit berpikir dalam hati, dia begitu memperhatikan Lie Cun Ju justru karena dia mengenali pemuda itu sebagai putra tocu Hek Cui to, sahabatnya. Tetapi mengapa ke Tiga Iblis dari Keluarga Lung dan Leng Coa sian sing juga menginginkannya?

"Sahabat Seebun, apakah kau berani membantah perkataan kokcumu sendiri?" tanya Leng Coa sian sing sambil menggoyang-goyangkan lencana di tangannya. Sinarnya semakin berkilauan.

Seebun Jit mengangkat bahunya.

"Sayang orangnya sudah tidak ada di sini, apalagi yang dapat aku lakukan?"

Leng Coa sian sing tertawa terbahak-bahak.

"Tadi ketika kau bertarung dengan Tiga Iblis dari Keluarga Lung, orangnya masih ada di dalam lembah, kok tiba-tiba bisa tidak ada?"

Mendengar ucapan itu, diam-diam hati Seebun Jit terkesiap. Dia langsung tersadar bahwa kedatangan Leng Coa sian sing ini bersamaan wak-tunya dengan Tiga Iblis dari Keluarga Lung. Hanya saja dia sengaja menyembunyikan diri dan menunggu kesempatan baik!

Meskipun Seebun Jit belum mengerti mengapa Leng Coa sian sing dan Tiga Iblis dari Keluarga Lung menginginkan Lie Cun Ju, hatinya yakin mereka pasti berniat tidak baik. Karena itu, dia segera menenangkan hatinya.

"Leng Coa sian sing hanya tahu soal satunya tetapi tidak tahu mengenai yang lainnya. Ketika Tiga Iblis dari Keluarga Lung datang, sebetulnya Lie Cun Ju sudah tidak ada di sini, aku hanya ingin mempermainkan mereka saja!" sahut Seebun Jit.

Leng Coa sian sing merentangkan kedua tangannya kemudian mengangkat bahunya.

"Kalau kau bisa mempermainkan tiga iblis dari keluarga Lung, berarti kau juga bisa saja memper¬mainkan aku. Pokoknya aku tidak percaya apa yang kau katakan. Aku ingin memeriksa seluruh lembah ini."

Seebun Jit tertegun sejenak. "Berani-beraninya kau!" bentaknya.

Leng Coa sian sing tertawa terbahak-bahak.

"Dengan adanya lencana ini, kedudukanku sekarang sama dengan kokcu lembah ini. Kau yang berani-berani menentang pemegang lencana perak!" sahutnya.

Diam-diam Seebun Jit mengeluh dalam hati.Dia melihat Leng Coa sian sing membawa lencana perak.Seandainya sampai terjadi perkelahian de¬ngan orang itu dan diketahui oleh I Ki Hu, pasti Raja Iblis itu akan marah besar. Sama saja mengundang bencana. Karena I Ki Hu sudah menyatakan dengan tegas bahwa bertemu dengan pemegang lencana perak, tidak perduli siapa pun, ibarat bertemu dengan dirinya sendiri. Dengan demikian siapa pun tidak boleh menentang pemegang lencana itu. Tetapi Seebun Jit pernah menerima budi besar dari tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu. Dan sekarang dia berhasil menemukan putranya yang selamat tempo dulu. Mana mungkin dia menyerahkan Lie Cun Ju kepada Leng Coa sian sing ini?

Karena itu, dia menyurut mundur dua langkah dan menggetarkan golok di tangannya. "Leng Coa sian sing, kalau kau tetap berkeras ingin menggunakan lencana itu untuk menekan aku, maka aku juga tidak akan sungkan lagi!"

Kembali Leng Coa sian sing tertawa terbahak-bahak. "Sahabat Seebun, sekarang kau sedang terluka parah,

tetapi masih berlagak gagah. Kau bisa menggertak tiga iblis dari keluarga Lung sampai mereka mengundurkan diri. Tetapi kau tidak bisa menggertak aku. Apabila dalam tiga jurus, aku tidak dapat membuatmu terkapar di atas tanah menjadi mayat, benar-benar percuma nama besar Leng Coa sian sing yang telah dipupuk dengan susah payah selama ini."

Posting Komentar